"SH—AMAS—H... Oh, 'Shamash'. Itu judul bukunya!"
"Apa? Tunggu, benarkah?" tanyaku kaget.
Di sampul bukunya terdapat bentuk bintang terbalik. Bahkan awalnya aku kira buku itu memang terbalik, tapi ternyata tidak.
"Sam! Ayolah!" decak Taeyong kesal. Mungkin karena melihatku berbicara sendiri.
Aku mengabaikan Taeyong dan fokus mendengarkan penjelasan Jaehyun. Aku kaget saat dia ternyata mengerti isi dari buku ini.
"Bacalah," ujarku menyodorkan buku itu ke arah Jaehyun.
Tiba-tiba Doyoung mengguncangku. "Sam, please. Jangan buat kami bingung."
Aku tak bergeming, arah pandangku masih tertuju pada sorot mata Jaehyun yang nampaknya serius mempelajari isi buku.
"Argh," seketika Jaehyun memekik kesakitan.
"Kenapa?" tanyaku.
Aku melihat Doyoung berusaha menyentuhku tetapi Emily menghalanginya. Mungkin hanya dia yang percaya padaku.
"Tiba-tiba aku membayangkan sesuatu," ujar Jaehyun yang menopang kepalanya kesakitan.
"Bayangan apa?" tanyaku panik.
"Entahlah, rasanya makin aku pahami—makin aku teringat sesuatu."
"Memangnya tentang apa buku itu?"
"Ritual—perjanjian dengan iblis, antara Julia dan Jeffio," ujarnya gemetar.
Aku memekik kaget saat Jaehyun mengatakan hal itu. Berbagai pertanyaan pun muncul di benakku saat ini.
"Please Sam, jelaskan dulu pada kami!" sahut Mark.
Aku menelan ludah dengan kasar dan menarik napas dalam-dalam.
"Okey, terserah kalian mau percaya atau enggak. Tapi Jaehyun bisa membaca tulisan di buku ini—dan anehnya, dia memekik kesakitan ketika berusaha memahami isinya," jelasku berkerut. "Dan isi dari buku itu tentang perjanjian dengan iblis. Antara Julia dan... adiknya, Jeffio."
Aku melihat ekspresi mereka yang masih setengah percaya kepadaku.
"Tunggu, aku percaya kamu. Tapi kenapa bisa teman khayalanmu—ah Jaehyun maksudku. Kenapa dia bisa paham tulisan di buku itu?" tanya Doyoung.
"Emh..."
Oke, aku buntu. Sebenarnya aku pun tidak tahu kenapa Jaehyun bisa memahami isi buku itu. Dan sekarang teman-temanku menganggap aku gila sepenuhnya. Rasanya aku sedang mengarang sesuatu.
"Argh," pekik Jaehyun yang makin kesakitan.
"Jangan dipaksa, cukup Jae!" ujarku menginterupsi.
"Wait, jam berapa ini?" gumam Mark yang menatap sekitar yang semakin gelap.
Kami pun terkaget karena jam di handphone kami sudah menunjukkan pukul 6 sore. Rasanya kami membuang-buang waktu hanya untuk mencari masa lalu kehidupan yang ada di kastil ini.
"Ambil saja buku itu, kita membahasnya nanti," ujar Doyoung.
Lantas kami bergegas ke bawah dengan cepat. Syukurnya, belum ada tanda-tanda Paman Hyeon atau Jeffio berkeliaran di kastil ini. Lantas kami pun menggeledah seisi kastil dengan berlarian ke sana kemari.
Kami berpencar untuk mencari Jesslyn ke setiap sudut kastil. Aku takut Jess disembunyikan di suatu tempat rahasia yang tidak kami ketahui. Mark yang menemaniku mencoba membuka gulungan denah dengan panik. Tapi nihil—tak ada satu pun dari kami yang menemukan keberadaan Jess di dalam kastil. Bahkan kami pun sudah berkali-kali berpapasan satu sama lain demi mencari dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]
FanficSatu-satunya pria astral yang Sam percayai dalam hidupnya ialah teman khayalan. Semua terlihat abu-abu dengan stigma kutukan yang Ia dapat dari orang-orang di sekitarnya "Skizofrenia Lee". Sebutan gila masih terbiasa didengar oleh gadis yatim-piatu...