Rasanya aku butuh asupan kafein saat ini. Apalagi setelah mendengar perkataan Jaehyun tadi malam, aku khawatir setiap malam tidak bisa tidur dengan nyenyak karena masalah ini.
Dia kutinggalkan di rumah, aku merasa diantara kami berdua ada rasa canggung satu sama lain. Entah karena fakta yang baru kami temukan, dirinya tak sanggup lagi untuk mengingat lebih banyak siapa dirinya.
"Aakkkh" pekikku terkaget ketika Mark menarik paksa lenganku ke halaman belakang.
"Mark! Stop it!"
"Sam, maksudmu apa benar Jaehyun itu Jeffio?"
Oh ya, semalam sempat aku mengabari yang lain di group chat bahwa Jaehyun sudah ingat. Aku bisa menebak reaksi mereka yang mati penasaran ketika bertemu nanti.
"Uhm...ya dia bilang gitu," jawabku.
"Wait, kalau Jaehyun itu Jeffio. Lalu Jeffio yang ada di kelas itu siapa?"
"What? Maksudmu Jeffio masuk hari ini?"
Mark mengangguk dengan cepat. Aku tak habis pikir, orang gila mana yang masih tenang bersekolah setelah menerorku di kastil waktu itu.
"Apa Jaehyun ikut kesini?" tanya Mark.
Aku menggeleng. "Dia kutinggalkan di rumah. Entah sampai saat ini pun aku khawatir kalau ia akan memaksakan dirinya untuk mengingat."
Mark hanya melemaskan kedua pundaknya pasrah, entah mengapa kami harus bertindak sejauh ini.
.
Lantas kami masuk ke dalam kelas. Dan disanalah dia, Jeffio yang memasang wajah psychopathnya itu duduk tepat di belakang kursiku.
Dengan memberanikan diri aku duduk dan menjalankan aktifitasku sebagai murid sekolah seperti biasanya. Terlihat dari bangkunya—Emily, Taeyong dan Doyoung menghujamiku dengan tatapan penasaran. Namun aku paham, bukan hal yang tepat membahas ini di hadapan Jeffio.
Saat pelajaran dimulai pun orang di belakangku ini tak berkutik sama sekali, aku takut membayangkan seolah-olah dia akan melakukan sesuatu yang buruk padaku dari belakang.
.
.
.
Saat loceng jam istirahat dibunyikan, dengan segeranya aku pergi ke luar kelas. Dan seperti dugaanku—Emily, Taeyong, Doyoung dan Mark menunggu penjelasanku di sana.
"Not here!" bisikku yang melintasi mereka menuju ke rooftop.
Lantas mereka mengikutiku ke atas. Semoga saja Jeffio tidak curiga, apalagi menyerang kami tiba-tiba.
"What happened? Bener kan kata Carlotta?" tanya Emily.
Aku mengangguk dan menelan ludahku dengan kasar.
"Terus Jeffio yang ada di kelas itu siapa?" Taeyong menyela.
"A-apa dia Julia?" sahut Mark. "Saat kita bersembunyi, Paman Sam memanggil Jeffio itu Julia kan?"
"A-apa benar?" tanya Emily ragu.
"Apa maksud kalian Julia hidup lagi? Jangan bercanda kalian!" timpal Doyoung.
Mark memutarkan bola matanya. "Maksudku, di dalam raga Jeffio itu arwah Kakaknya. Julia."
Ada benarnya juga, apakah itu inti perjanjian mereka dengan iblis?
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]
Fiksi PenggemarSatu-satunya pria astral yang Sam percayai dalam hidupnya ialah teman khayalan. Semua terlihat abu-abu dengan stigma kutukan yang Ia dapat dari orang-orang di sekitarnya "Skizofrenia Lee". Sebutan gila masih terbiasa didengar oleh gadis yatim-piatu...