"Jadi, maksudmu Jaehyun itu bukan khayalanku?" tanya Sam merinding.
"Bukan, aku bisa menjamin. Bahkan orang pintar sekalipun tidak dapat membaca buku ini hanya dengan mempelajari huruf-hurufnya," ujar Bibi Choi.
Emily menyela. "Jadi apa Jaehyun ini ada hubungannya dengan perjanjian iblis di buku? Am I wrong?"
Bibi Choi meraih buku di tengah-tengah mereka dan memberikannya pada Sam. "Perlihatkan padanya tulisan di dalam. Jika ia mengerti, dia akan ingat siapa dirinya," ucap Bibi Choi dingin.
Sam meneguk ludahnya sendiri, merasa gugup saat dirasa semua ini tergantung padanya.
"Ng... aku tidak yakin, tapi terakhir kali dia kesakitan saat membacanya."
"Cobalah lagi," ujar Bibi Choi.
Sementara Emily, Doyoung, Taeyong, dan Mark hanya menatap Sam penuh harapan.
Sam mendekatkan diri pada Jaehyun dan menunjukannya beberapa halaman di dalam buku tersebut.
Sontak Jaehyun memejamkan mata untuk mengingat dan berusaha memahami isi dari buku itu. Sam yang membolak balikkan halaman terkaget ketika tiba di satu halaman yang berisi tulisan yang berbeda. Jaehyun yang dari tadi membacanya dengan serius pun tiba-tiba memekik kesakitan di daerah kepalanya.
"Apa? Kenapa begitu sakit?" ujar Jaehyun membopong kepalanya.
"Cukup, aku tidak akan memaksa," ujar Sam. "Dia kesakitan lagi, aku bisa melihat dirinya menahan sakit yang begitu luar biasa di kepalanya."
"Benarkah itu reaksinya? Dia punya memori. Berarti itu artinya dia masih hidup," tukas Bibi Choi.
"Apa?" sahut mereka kompak.
"Wait, apa yang dikatakan Carlotta benar?" potong Emily.
Mark menutup mulut dengan telapak tangannya. "Maksudmu di-dia itu Jeffio?"
Emily mengangguk kecil dan melirik Sam dengan perasaan gugup.
"Tidak, kita tidak bisa menebak-nebak. Biar Jaehyun sendiri yang mengingatnya," ujar Sam.
Sementara itu Jaehyun masih memegang kepalanya menahan rasa sakit dengan kelibatan-kelibatan memori yang belum terlihat dengan jelas.
"Siapa Carlotta?" tanya Bibi Choi.
Pertanyaan itu membuat Sam dan yang lain kebingungan. Bingung akan membahasnya dari mana.
Lantas mereka menuntun Bibi Choi ke arah pintu rahasia di ruangan Jess dan menceritakan kejadian itu dari awal. Hingga seluk beluk ruangan kastil yang ada di denah pun mereka jelaskan pada cenayang itu.
"Well–what we will do next?" tanya Mark.
Drtttttt
Drtttttt
Drtttttt
Bunyi handphone Sam berdering keras di saku celananya. Lantas ia mengangkat telepon dan panik ketika sadar di layarnya itu bertuliskan Paman Lee.
"You are so dumb Sam!" gumam Sam yang memukul pelan kepalanya sendiri.
Ia sadar akan Pamannya yang pasti sedang khawatir sekarang. Mengingat hari sudah sangat larut untuk anak seumuran dirinya.
"Hallo?"
"Ah, iya-iya. I m coming... wait a minute, sorry."
"Ng... gausah, ada temen."
Sam menunjukkan ekspresi tawanya yang hambar. "Okey, someone has been waiting for me so long. Sorry guys, aku harus pulang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]
FanficSatu-satunya pria astral yang Sam percayai dalam hidupnya ialah teman khayalan. Semua terlihat abu-abu dengan stigma kutukan yang Ia dapat dari orang-orang di sekitarnya "Skizofrenia Lee". Sebutan gila masih terbiasa didengar oleh gadis yatim-piatu...