32 - Why?

235 40 17
                                    

Song Recomendation
BTS - The Truth Untold

*Putar musik ini saat kalian baca ceritanya ya!


Bisa putar di Youtube, lalu split layar kamu ya...^^

*

*

*

Semua ini, sudah berakhir?



"Sam?"



Kedua pundakku kembali melemas ketika Doyoung memanggilku dari belakang. "Ini sudah berakhir."

Aku melihat Bibi Kim, Bibi Choi dan Paman Yul membantu anak-anak yang masih tak sadarkan diri.


"J-Jaehyun!!"


Aku menyadari Jaehyun masih bersama Jesslyn entah dimana. Lantas aku berusaha untuk berdiri dan mencarinya di sepanjang lorong.


Akhhhh...


Ini pe-rih..



Tubuhku remuk, serasa tusukan jarum bertubi-tubi menghujamiku. Apalagi kini kucuran keringatku makin deras mengalir, terlihat darah yang hampir memenuhi permukaan kaki ku.

Tapi entah, rasanya Jaehyun lebih penting. Dia alasanku untuk bisa sampai sini, dan rasanya dadaku makin sesak jika masih belum tahu bagaimana keadaannya sekarang.




"Sam tunggu!" pekik Doyoung yang kutinggalkan di tempatnya.





Derap langkahku makin kencang, mataku menyisiri setiap area di kastil ini. Tak peduli dengan lukaku, aku terus berlari terpincang-pincang entah kemana.



Mataku tak bisa mengontrol penglihatan yang mulai buram ini, semuanya runyam. Beberapa kali aku mengusap air mata yang menghalangi pandanganku untuk mencari Jaehyun.



Hingga tiba di ujung lorong, samar-samar aku melihat seseorang tergeletak disana.






"JAEHYUN!!!"










Aku tercekat ketika melihat ia terkulai lemas dengan bercak darah di dada kirinya.







Jaehyun tak sadarkan diri, sementara Jess tergeletak dengan pisau di tangannya.






"Tidak, Jae!Jae!"





Aku mengguncang kedua pundaknya dengan kencang, berharap ia agar segera terbangun.






Lima detik.





Sepuluh detik.







Apa mungkin?








"Kumohon, bangunlah!"





Perlahan dadaku makin sesak, air mataku mengalir dari tempatnya.





Tidak...tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku masih membutuhkanmu Jaehyun.







Ia tak bergeming. Tapi aku masih bisa merasakan deru napasnya yang melemah.







"Kamu sedang bercanda kan Jae?"






"Kamu bilang kepadaku untuk kuat...kamu bilang kepadaku aku masih dibutuhkan di dunia ini."







Aku menepuk-nepuk pipinya yang dingin, tetapi tak ada tanda-tanda darinya untuk terbangun.







"Aku sudah kuat, aku sudah bertahan..."




"Sekarang kamu juga harus kuat Jae!"







"Jae, bangunlah please!"







Please...





Please...



Aku tak bisa menahan air mataku yang kini tengah mengalir deras, sementara kedua lenganku sudah lemas mengguncang kedua pundak Jaehyun untuk bangun.











Tuhan, aku tahu pertemuanku dengan orang-orang di sekitarku itu sudah Kau rencanakan sebelumnya, terutama Jaehyun. Dialah yang membuat aku bertahan, dialah alasanku untuk kuat.











Janganlah Kau membawanya begitu cepat, ia baru merasakan bagaimana artinya hidup kembali...Ia baru merasakan mempunyai teman, bahkan keluarga.









Tolong Kau jangan ambil dia. Aku masih membutuhkannya.









Perlahan aku mendekatkan wajahku ke arahnya, menempelkan kedua dahi kami dengan deru napasku yang terasa makin berat.







Memori saat aku bersama Jaehyun terlintas dengan jelas di benakku sekarang. Sontak membuat deru tangisanku makin kencang.







Tidak...tidak, ini tak nyata. Ini bukan akhirnya. Aku tak mau jika seperti ini.








Aku tidak mau bertemu denganmu jika itu di dunia yang lain.







Aku masih mau bertemu denganmu di dunia ini. Jangan pergi dengan saudara-saudaramu yang jahat itu, kamu akan menyesal...









Aku menyesal tidak mengatakan ini dari awal Jae.









Aku mencintaimu, jadilah teman hidupku.








Tetaplah disini.







Di sisiku.









Kumohon...






Perlahan rasa sakit di tubuhku makin menjadi-jadi. Tak terasa darah sudah bercucuran di lantai, tepat berasal dari kaki ku yang terluka.






Kepalaku semakin berat, pandanganku kini makin buram. Rasanya tubuhku terhuyung karena pusing di kepalaku ini.





Hingga akhirnya.....gelap.








~tbc~

Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang