Paru-paruku kini telah terisi penuh oleh udara musim gugur ketika menginjakkan kaki di ambang pintu yang terbuka.
"Hai!" sapaku pada seseorang yang datang dari ujung sana.
Ia menoleh dengan senyuman di wajahnya.
Lantas segera aku berlari kecil dan langsung memeluknya dengan erat, siapa lagi kalau bukan Paman Lee. Orang tuaku satu-satunya yang kupunya.
"Gimana? Lancar?" aku mendongakkan kepala tanpa melepas pelukanku di pinggangnya.
Paman hanya tersenyum dan menunjukkan kedua maniknya yang berbinar. Dia membawa Jaehyun ke psikolog untuk menjalankan beberapa terapi tentang mental dan psikisnya. Ya aku tahu, sangat berat baginya menutup semua pengalaman buruk yang sudah menimpanya selama ini.
Brug.
Terdengar suara benturan pintu mobil yang ditutup agak kencang.
"Dia yang menyetir?" tanyaku terkejut.
Paman terkekeh mendengar pertanyaanku ini. "Hahaha dia yang minta, ya Paman turutin."
Aku memicingkan mata merespon jawabannya itu.
"I-iya iya...sekali ini aja kok," timpalnya setelah melihat raut wajahku yang kesal.
Aku melepaskan pelukanku ketika sadar pengemudi amatir itu datang. Ia terkekeh tanpa ada rasa bersalah di raut wajahnya yang-ganteng.
"Lain kali jangan minta Paman buat kamu nyetir di jalanan! Kalau kenapa-napa gimana?"
Paman memegang kedua pundakku untuk beralih ke hadapannya. "Sam udah lah...yuk ke dalam."
Aku pun kembali merubah ekspresi kesalku menjadi sedikit tersenyum, walaupun terpaksa. Ya aku tidak mau juga hari ini jadi kacau gara-gara masalah kecil.
Lantas kami pergi ke dalam rumah dan mempersiapkan beberapa makanan yang ada di meja makan.
Oh ya, hari ini rencananya mereka akan datang ke rumah. Baru saja kami menyelesaikan ujian sekolah, dan kami rasa itu perlu dirayakan. Tapi entah ada angin apa hingga mereka bersikeras untuk merayakannya di rumahku. Apalagi Mark, ini semua idenya.
"Oh ya Paman lupa, ada beberapa lauk di kulkas. Nanti kalian hangatkan di microwave yah," ujar Paman yang sedang menggeser koper kecilnya ke ambang pintu.
Ya, dia harus pergi lagi untuk bekerja. Padahal baru saja aku ingin mengajaknya berlibur ke taman hiburan di pusat kota.
"Okey, hati-hati Paman," ujarku sambil melihat lauk yang dimaksud Paman.
Paman kembali berbalik dengan ekspresinya yang serius. "Ingat, kamarmu dibawah!"
Sontak aku langsung memutar kedua bola mataku dengan kesal, sementara Jaehyun yang ditunjuk Paman hanya menunjukan cengiran canggungnya mendengar instruksi itu.
Ya siapa juga yang mau sekamar dengan Jaehyun yang sekarang ini? Gak!
Paman menunjukkan jarinya ber-ok dengan cibiran di wajahnya. Lantas ia pun mulai meninggalkan rumah dan bergegas ke dalam mobilnya untuk berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]
FanfictionSatu-satunya pria astral yang Sam percayai dalam hidupnya ialah teman khayalan. Semua terlihat abu-abu dengan stigma kutukan yang Ia dapat dari orang-orang di sekitarnya "Skizofrenia Lee". Sebutan gila masih terbiasa didengar oleh gadis yatim-piatu...