4

2.5K 296 11
                                    

Malam ini aku sampai di apartemen lebih cepat dari biasanya. Pasien di rumah sakit tidak terlalu banyak, sehingga aku diizinkan untuk pulang lebih awal. Mataku menyapu seluruh ruangan yang sudah lama aku tempati ini. Rasanya lebih sepi dari biasanya dan aku tidak tau kenapa bisa merasa seperti itu. Maka dengan segera, aku merogoh ponsel di tas ku untuk menelepon Mark.

"Ada apa, Fullsun?" tanya Mark diseberang sana ketika telepon kami sudah tersambung.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Bukannya menjawab pertanyaan Mark, aku malah balik bertanya.

Mark terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku, "Aku sedang di perjalanan pulang."

"Oh."

Setelah itu kami berdua sama-sama terdiam dengan telepon yang masih tersambung. Aku menghela napasku sesekali dan menatap televisi di hadapanku tanpa minat. Setidaknya dengan ponsel yang masih tersambung, rasa sepi di ruangan ini tidak begitu terasa.

"Baiklah. Jangan lupa untuk memakan makanan hangat sesampainya dirumah," kataku akhirnya setelah terdiam selama tiga menit.

Dan sambungan telepon pun aku matikan secara sepihak.

Aku menyimpan ponselku di meja sebelum akhirnya meraih kotak susu dari dalam kulkas. Sambil menatap televisi, tanganku sibuk menuangkan susu ke dalam gelas. Aku tidak berniat untuk memakan sereal saat ini, oleh karena itu aku memasukkan gelas berisi susu tersebut kedalam microwave untuk dihangatkan.

Lagi-lagi aku menghela napas. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Perlukah aku pergi keluar, minum, dan mabuk? Tentu itu akan sangat menyenangkan sesaat sebelum Mark berhenti menemuiku selama beberapa hari.

Kadang aku merasa Mark dan aku berada di posisi yang salah, karena lelaki itu bahkan tidak menyukai pesta, soju, ataupun hal-hal menyenangkan lainnya. Berbanding terbalik denganku yang malah seorang maniak alkohol.

Tak ingin memperkeruh keadaan, akupun memilih untuk membersihkan diri.

Setelah selesai dengan aktivitasku dikamar mandi, aku berjalan kembali ke dapur dan melihat lampu microwave sudah mati.

Sepertinya susu itu sudah hangat, pikirku.

Namun ketika aku membukanya, tidak ada hawa panas sama sekali dari microwave tersebut. Mataku memicing, memastikan sesuatu. Dan benar saja ketika aku mengambil gelas tersebut, tidak terasa panas sama sekali bahkan masih tergolong dingin.

Aku lupa menekan tombol ON!

Mataku terpejam erat, menahan rasa kesal di dalam diriku. Aku memang kadang bisa menjadi lelaki terbodoh ketika sedang kebingungan seperti tadi. Terlanjur kesal dengan kejadian susu, maka aku pun kembali ke sofa tanpa menyentuh gelas tersebut.

Aku menenggelamkan kepalaku di bantal, menggunakan indera pendengaranku untuk menangkap suara dari televisi yang tengah menayangkan acara variety show.

Begitu terperanjatnya aku ketika sebuah lengan tiba-tiba mengusap kepalaku lembut. Aku menengadah, menatap pelaku yang sudah membuat jantungku berdegup was-was. Mataku berbinar ketika melihat Mark tengah berdiri di hadapanku sambil tersenyum usil.

"Apa kau memerlukan sesuatu?" tanyaku bingung.

Mark menggeleng. Ia mengangkat kepalaku dan menaruhnya di paha miliknya.

"Instingku mengatakan jika kau sedang kesepian. Oleh karena itu aku datang kesini," katanya sambil merapikan rambut basahku. "Jadi.., apakah instingku benar?"

Aku tak kuasa menahan diri untuk tidak tersenyum. "Terima kasih," kataku pelan.

"Kau berniat untuk tidur?" tanyanya dan aku mengangguk. "Dengan rambut basah seperti ini? Hey, kau akan masuk angin jika tertidur dalam keadaan rambut basah!"

The Wishing Tree | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang