2

3.9K 371 5
                                    

Udara siang ini lebih hangat 2 derajat dibandingkan hari kemarin, membuat perasaanku terasa jauh lebih baik. Aku tersenyum ketika seorang resepsionis menyapaku. Dia mengangguk sambil menunjuk keatas, seolah tau apa yang akan aku katakan kepadanya. Setelah berterima kasih, aku pun berjalan menaiki lift.

Aku memilih untuk menaiki lift yang biasa digunakan karyawan yang terletak di dekat tangga darurat. Beruntung, pintu lift langsung terbuka sehingga aku tidak perlu berdiri terlalu lama. Aku masuk bersama dua orang wanita yang sepertinya berumur tidak jauh beda denganku. Mata mereka sempat menatapku aneh sebelum akhirnya mereka menekan tombol nomor 24. Aku menatap keseluruhan badanku dari pantulan dinding lift. Senyumku mengembang ketika aku tau penyebab kedua wanita itu menatapku aneh.

Pakaian.

Ya. Semua karyawan disini menggunakan seragam kantor resmi serta rambut yang tertata rapi. Sedangkan aku? Hanya sebuah turtleneck belang yang terbungkus mantel tebal.

Aku tidak berpenampilan urakan, hanya saja mungkin karena perbedaan itu mereka terlihat mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak berpenampilan urakan, hanya saja mungkin karena perbedaan itu mereka terlihat mencolok.

"Apakah Tuan Lee menerima klien yang baru diajukan kemarin?"

Mataku menatap wanita berbaju ungu di depan ku yang baru saja bertanya pada wanita di sampingnya.

"Entahlah. Aku rasa dia menerimanya," jawab wanita berponi disampingnya.

Dalam hati aku ingin sekali bertanya siapa Tuan Lee yang sedang mereka perbincangan itu. Tapi aku mengurungkan niatku dan memilih untuk mendengarkan perbincangan itu dari sudut lift.

"Bukankah dia akan menikah? Bagaimana bisa ia pergi meninggalkan kekasihnya?" Wanita berbaju ungu itu bertanya dengan nada yang sangat penasaran.

"Ya, aku dengar begitu. Tuan Lee tidak pernah memilih-milih klien, apalagi jika klien itu benar-benar membutuhkannya. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan untuknya menerima pekerjaan tersebut, walau berlokasi di Jerman sekalipun!" jawab rekannya yang sedang memegang segelas kopi ditangannya.

Wanita berbaju ungu itu mengetuk-ngetuk sepatunya dengan tempo yang pelan. "Apakah Tuan Lee benar-benar serius ingin menikahi kekasihnya?" gumamnya bingung.

"Tentu." Kedua orang itu menoleh kepadaku sesaat setelah aku memilih untuk membuka suara. "Bukankah mereka telah berpacaran cukup lama? Jika Tuan Lee tidak serius, untuk apa dia mempertahankan hubungannya dengan kekasihnya yang bisa dibilang membuang waktu dan tenaganya?" kataku dengan ekspresi yang disesuaikan dengan keduanya. Hatiku tersenyum geli, aku rasa aktingku patut dipertimbangkan.

Mereka tidak menjawab dan malah menatapku penuh tanya. "Oh, perkenalan aku dari bagian unit kesehatan," kataku sambil membungkuk hormat.

Setelah aku memperkenalkan diri, barulah mereka merespon dengan membungkuk sambil tersenyum. "Pantas saja bajumu terlihat berbeda dari yang lain," ucap wanita berponi yang ternyata menggunakan name tag dengan tulisan 'Yeri'.

The Wishing Tree | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang