Bau obat-obatan langsung menyapa indra penciumanku ketika dirasa nyawa yang kupunya telah terkumpul sepenuhnya. Minhyung, lelaki itu tengah terduduk di samping hospital bed sambil memandangku. Mataku menoleh kesekitar, mencari keberadaan Chenle dan Jisung. Namun hanya sosok berjubah hitam lah yang terlihat di sudut sana.
Awalnya aku sedikit terkejut, tapi sepertinya aku terlalu lelah untuk ketakutan. Lagipula, sepertinya selama aku tidak mengganggunya dia tidak akan melakukan apapun.
"Apa yang kau lihat?" tanya Minhyung sambil mengikuti arah pandang ku.
Buru-buru aku pun beralih menatapnya. Apakah dia tidak bisa melihat keberadaan sosok itu?
"Chan?" panggilnya bingung.
Aku memejamkan mataku beberapa saat sebelum akhirnya menggeleng pelan.
"Chenle dan Jisung baru saja berangkat ke kampus," jelasnya. "Kau—"
"Kau selalu menghalangi ku, Mark," potongku datar.
Sosok di sampingku itu terlihat mengerutkan keningnya bingung. Hey, apakah pernyataan ku kurang jelas?
"Tolong angkatkan kasur ini," pintaku sambil meraba-raba sekitaran kasur guna mencari tombolnya.
"Aku Minhyung, bukan Mark," katanya sambil tertawa renyah untuk menetralisir suasana yang mendadak canggung.
Buru-buru Minhyung pun menekan tombol yang ternyata tidak jauh dari lokasi tanganku saat ini. Setelah kasurku terangkat, lelaki itu kembali menatapku bingung seolah meminta penjelasan.
"Kau Mark, aku bisa melihatnya dari matamu. Jangan mengelak lagi."
Setelah aku mengatakan hal tersebut, Minhyung terdiam. Matanya menatap dalam ke arahku, seolah ingin memastikan sesuatu.
"Apa yang kau lihat di mataku hingga kau menyimpulkan bahwa aku adalah Mark?" tanyanya datar dan dingin.
Jujur, ini pertama kalinya aku melihat orang humoris seperti Minhyung berbicara begitu serius dan sepertinya nada suaranya membuat ku merasa sedikit takut. Tapi tidak, rasa takut itu tidak bisa mengalahkan ku kali ini.
Dengan penuh keberanian aku mengulurkan tanganku ke arah Minhyung, mengusap lembut garis wajah yang dimilikinya. Hingga akhirnya aku melihat matanya bergetar. Aku terlalu sibuk mengabsen setiap inci wajahnya, sampai aku tidak merasakan apapun kala air mataku turun begitu saja.
Dan sedetik kemudian, lelaki itu menarikku kedalam dekapannya yang sangat erat. Aku yang begitu emosional pun langsung menangis sejadi-jadinya. Ini pelukan yang sama dengan pelukan yang selalu menyambut ku setelah menghabiskan waktu bekerja di rumah sakit seharian dulu. Namun kali ini sedikit berbeda, aku merasa pelukan ini jauh lebih dingin.
"Aku merindukanmu," bisik Minhyung dengan suara parau miliknya.
Oh, haruskah aku memanggilnya Mark sekarang?
"Apa yang kau mau?" tanyaku dengan tubuh yang masih berada dalam dekapan Mark. "Kau ingin meminta maaf? Aku sudah me—"
"Tidak," potong lelaki itu tiba-tiba sambil melepaskan dekapannya.
Aku merenyit bingung, setelah apa yang dilakukannya selama ini dia menolak untuk meminta maaf?
"Aku ... bukan itu maksudku. Tentu aku ingin meminta maaf, tapi jangan memaafkan ku sekarang," katanya terlihat kebingungan.
"Aku tidak suka bertele-tele, Mark."
Mark menatapku, tangannya mengusap pelan rambut yang terurai milikku. "Aku akan menjelaskan nya, tapi setelah kau sembuh."
Mendengar hal itu akupun tertawa sarkas. "Dan kau pikir aku mau mendengarkan penjelasanmu?"
Bukannya merasa tersinggung, lelaki beralis camar itu malah tersenyum lembut. "Mau tidak mau kau harus mendengarkan nya," jawabnya benar-benar tanpa emosi. "Kau sudah membenciku bukan? Dan kau ingin aku segera pergi dari hidupmu?"
Kalimat yang terakhir dilontarkan oleh nya entah kenapa begitu menusuk. Ya, memang aku ingin menghilangkan nya dari hidupku tapi aku juga tidak bisa menyangkal bahwa aku masih mencintainya.
"Aku akan pergi, setelah kau mengetahui semuanya. Dan sekarang biarkan aku menghabiskan waktu untuk menjagamu, karena aku benar-benar merindukan mu."
🍁
×
🍁
Aku menjauhkan wajahku ketika tangan Mark memaksakan suapan nya. Perutku benar-benar sudah tidak bisa menampung apapun lagi sekarang, tapi lelaki itu terus saja mendesak ku.
"Hanya suapan terakhir," katanya sambil terus mengarahkan sendok yang di genggamnya ke mulut ku yang tertutup rapat.
Lagi-lagi aku menggeleng sambil membuang muka ke sembarang arah. Entah kenapa aku bisa membiarkan pengkhianat ini mengurusku sekarang.
"Chan, aku berjanji jika ini suapan terakhir."
"Tidak, kau selalu mengatakan hal tersebut di setiap suapan," jawabku kesal.
"Kau mau aku melakukannya dengan cara paksa?"
Sontak mataku pun terbelalak mendengarnya. Buru-buru akupun menoleh dan memasukkan suapan terakhir itu dengan rasa kesal setengah mati. Aku tidak tau lelaki itu akan benar-benar melakukannya atau tidak. Tapi mengingat kelakuan bar-bar nya, pasti ia akan melakukannya.
Dan percayalah, kalian tidak harus membayangkan bagaimana caranya memaksaku untuk 'membuka mulut'.
"Jangan menyakiti dirimu sendiri seperti ini lagi, Chan. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini."
Aku tertegun ketika Mark tiba-tiba mengatakan hal tersebut sambil meletakkan mangkuk yang masih berisikan bubur di nakas. Tangan besarnya terulur untuk mengusap rambutku lembut. Bukannya menolak, entah kenapa aku malah menatapnya seperti seorang anak yang tengah dinasehati sang ayah.
"I still love you. That's all. I can feel."
🍁
×
🍁
TBCSudah yaaa sudah terjawab siapa Minhyung wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wishing Tree | Markhyuck
FanficMark sudah pergi untuk selama-lamanya. Itu adalah kenyataan pahit yang harus ku telan bulat-bulat. Demi menyambung kehidupanku yang sempat terdampak badai, aku memutuskan untuk memulai semuanya dari awal. Hingga akhirnya, "Aku Minhyung." Lelaki berw...