18

1.7K 224 6
                                    

Aku baru membuka mata saat matahari sudah beranjak naik. Udara yang kuhirup tidak begitu membaik, namun cukup membuatku merasa lebih tenang. Aku meregangkan otot-otot tubuhku sebelum beranjak dari kasur. Hari ini adalah hari pertama perjalananku, dan aku tidak boleh melewatkannya.

Dengan semangat seadanya, aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah menghabiskan sekian menit di kamar mandi, aku pun bergegas mengenakan pakaian. Celana jeans dan kaos oversized putih pun menjadi pilihanku hari ini.

Destinasi wisataku bersama Chenle dan Jisung adalah Wishing Tree di daerah North Wales. Aku tidak tau kenapa Chenle sangat ingin sekali melihat pohon mitos tersebut. Tapi jujur aku pun penasaran dengan cerita-cerita legenda yang mendunia di daerah sana.

Tiga piring pancake sudah tersaji di meja. Dengan segera aku pun menghubungi kedua anak itu untuk segera datang. Namun belum sempat aku menghubunginya, mereka terdengar sudah mengetuk pintu.

"Bagaimana tidur kalian?" tanyaku saat kami sudah bersiap untuk makan.

"Sangat nyenyak!" jawab Chenle benar-benar antusias dan diangguki oleh Jisung. "Jadi kita akan berangkat jam berapa?" tanyanya kemudian.

Aku berpikir sebentar dan melirik jam di dinding. "Setelah selesai sarapan kita langsung berangkat," kataku sebelum memasukkan sepotong pancake ke mulutku.

Kami pun kembali melanjutkan sarapan masing-masing dengan tenang. Diam-diam aku memperhatikan sosok Chenle dan Jisung yang terlihat jauh lebih cerah. Dalam hati aku bersyukur karena bisa membuat mereka lebih bahagia dari sebelumnya.

Setelah sarapan selesai, kami langsung bersiap memasuki mobil. Aku mulai melajukan mobil ketika mereka sudah memasangkan sabuk pengamannya. Lagu-lagu Adele menghiasi perjalanan kami yang sangat menyenangkan. Celotehan Chenle serta tanggapan Jisung selalu menjadi hiburan tersendiri untukku. Sejenak aku dapat melupakan betapa kejamnya kehidupan terhadapku.

"Kak, apa kau membawa koin?" tanya Chenle membuyarkan lamunanku.

"Huh? Aku tidak membawanya," jawabku. "Memangnya untuk apa?"

Chenle tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku membawa banyak untuk disana."

Aku hanya mengangguk-angguk pelan. "Jika kalian membutuhkan sesuatu bilang saja," kataku tiba-tiba ketika melihat Jisung yang terlihat gusar.

Jisung yang merasa tersentil pun menatapku dari spion. "Sepertinya aku lupa membawa powerbank," katanya pelan.

"Charger saja di mobil, kau bisa menggunakan powerbank ku nanti." Aku menyerahkan kabel charger pada Jisung dan setelah itu wajah gusarnya langsung menghilang.

Keduanya tertidur pulas selama perjalanan. Aku sampai tidak tega membangunkannya ketika kami sudah tiba di tempat tujuan. Wajah polos mereka begitu mengingatkanku pada masa remajaku. Masa dimana aku ingin menang sendiri dan tidak mau membiarkan orang lain mengambilnya.

Aku terkejut ketika Jisung tiba-tiba meregangkan badannya. "Apa kita sudah sampai?" tanyanya parau.

Aku mengangguk. "Kita sudah sampai."

"Kenapa kau tidak membangunkan kami?" Ia terlihat membenarkan posisi duduknya dan menatapku sambil membelalak.

Mendengar itu aku pun hanya terkekeh pelan. "Aku tidak tega," jawabku jujur.

Jisung kemudian menepuk bahu saudaranya agar terbangun. Tak lama, mata Chenle pun terbuka dan ia langsung terkejut ketika menyadari jika tempat tujuannya sudah berada tepat di depan mata. "Wow!" serunya sambil memperhatikan pepohonan di sekitar mobil.

"Kau hari ini akan menjadi tour guide kami, jadi silahkan turun," kataku sambil melepaskan sabuk pengaman sebelum akhirnya keluar dari mobil.

Aku menhirup udara yang benar-benar sejuk. Tak heran, ini adalah sebuah pedesaan yang masih asri. Banyak sekali pohon-pohon besar yang berdiri kokok disini. Chenke kemudian mengajakku dan Jisung ke suatu tempat yang berada tidak terlalu jauh dari tempat kami memarkirkan mobil.

"Kita akan kemana?" tanya Jisung tiba-tiba.

"Ikuti saja aku!" jawab Chenle tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar oleh Jisung. Aku yang melihat interaksi itu hanya bisa tersenyum geli. Mereka benar-benar menggemaskan!

Langkah Chenle terhenti ketika kami sampai di sebuah batang pohon yang cukup besar. Banyak sekali koin-koin di sekeliling pohon tersebut. Aku sampai menganga tak percaya melihat betapa banyaknya koin di pohon itu. "Apa ini?" tanyaku bingung.

Chenle melirikku sebelum akhirnya menatap kembali batang pohon tersebut. "Ini adalah pohon permohonan. Berdasarkan mitos, jika kita menancapkan koin disini maka permohonan kita akan terkabul."

"Jadi, ini alasanmu membawa koin?" tanyaku sambil memegang koin-koin yang tertempel disana.

Chenle mengangguk. Ia kemudian mengambil batu dan memberikannya kepadaku dan juga Jisung beserta koinnya.

Aku menatap koin di genggamanku ragu. Ini terdengar aneh, tapi cukup menyenangkan untuk sekedar mengisi waktu liburan. Mataku melihat Chenle yang mulai mengepal koin di tangannya dan memejamkan mata. Sepertinya dia tengah membuat permohonan. Setelah beberapa lama akhirnya dia membuka mata dan menancapkan koinnya di batang itu dengan bantuan batu tadi.

Aku kira Jisung tidak akan melakukannya, tapi ternyata ia juga melakukan hal yang serupa dengan adiknya. Setelahnya mereka berdua menatapku, seolah menungguku untuk melakukannya juga.

Dengan ragu aku pun berjalan mendekat. Aku menatap koin di genggamanku sebelum akhirnya memejamkan mata.

Aku tidak tau ini semua benar atau tidak. Tapi aku ingin kehidupanku membaik. Aku ingin semuanya kembali normal seperti dulu. Dan aku ingin bisa melupakan Mark, seolah aku tidak pernah mengenalnya. Aku berharap Tuhan tidak membiarkan Mark hidup dengan tenang jika dia belum mau menemuiku untuk meminta maaf. Aku harap dia merasakan hal yang aku rasakan selama kehilangannya.

Aku membuka mata dan mulai menancapkan koinku di batang. Setelah itu aku menatap koinku lama sebelum akhirnya mengajak Chenle dan Jisung untuk berkeliling desa.

🍁

×

🍁
TBC

Ini salah satu Wishing Tree nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini salah satu Wishing Tree nya. Tempatnya agak kayak forest gitu dan ada desa nggak jauh dari sana.

The Wishing Tree | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang