Aku membuka mataku perlahan. Langit berwarna violet menjadi objek pertama yang aku dapati. Setelah mataku terbuka seutuhnya barulah aku menyadari keberadaan rumput-rumput kuning disekitar ku.
Oh ini sangat indah, seperti sebuah pemandangan di film kartun yang penuh imajinasi!
Hidungku dapat menghirup dengan jelas aroma lavender yang entah dari mana asalnya, karena sejauh mataku memandang hanya hamparan rumput lah yang terlihat. Masih dalam posisi berbaring, aku menikmati angin yang dengan sopan nya bertiup lembut.
"Hei."
Aku menoleh kearah kanan dan kiri, mencari sumber suara tersebut namun tidak ada. Entah bagaimana aku menyimpulkan bahwa suara itu berasal dari belakangku. Akhirnya perlahan aku pun bangkit untuk memastikan keakuratan dugaanku.
Bingo!
Aku melihat sosokku yang lain tengah terduduk manis di hamparan rumput kuning yang sama denganku. Mataku menoleh ke diriku sendiri dan dirinya bergantian, memastikan bahwa aku tidak terletak di raga orang lain.
Raga kami sama persis, hanya saja dia terlihat begitu mengenaskan. Pipinya lebam, serta pergelangan tangannya mengeluarkan darah.
"Kau siapa?" tanyaku terdengar bodoh. Bagaimana bisa aku menanyakan sosok yang sebenarnya diriku sendiri?
"Aku tidak perlu menjawabnya, kau sudah mengetahuinya," jawabnya sinis disertai senyuman tipis.
Beberapa saat kami sama-sama terdiam. Baik dia maupun aku tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan, membiarkan hembusan angin yang berbicara pada rumput-rumput disini.
"Terima kasih," katanya membuatku menautkan kedua alisku. "Aku tidak pernah menderita seperti ini sebelumnya, tapi kau berhasil menjadi orang pertama yang melakukannya. Aku bahkan tidak menyangka bahwa diriku sendiri lah yang menyakitiku," lanjut sosok itu sambil tertawa getir.
"Kau tidak menyayangi dirimu lagi bukan? Pantas saja aku menerima semua ini. Tapi bukankah ini tidak adil?"
Matanya yang semula sinis kini menatap tajam dan penuh kebencian terhadapku.
"Kau membenci dirimu sendiri, tapi aku yang menanggung semuanya sedangkan kau ..."
Dia menggantungkan kalimatnya dan memilih untuk menatap penampilan ku dari atas hingga bawah sebagai lanjutan dari ucapannya.
"Kau pasti kebingungan," katanya pelan sambil tersenyum lembut.
Oh dia dapat merubah ekspresi nya dengan cepat, terlihat seperti seorang ... psikopat(?)
"Aku adalah ragamu saat ini. Dan kau adalah nyawaku. Kau kesakitan menghadapi kejamnya dunia, lalu kau melampiaskannya padaku. Izinkan aku bertanya, di mana letak kesalahanku? Aku bahkan tidak pernah meminta Tuhan untuk meniupkan sebuah nyawa yang lemah sepertimu!"
Aku tertegun. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku sama sekali tidak mengerti sama sekali dengan arah pembicaraan nya.
"Bukankah kau mengatakan bahwa kau ingin terlahir kembali? Kau memang sangat egois. Dengan mudahnya kau mengakhiri hidupmu dan menunggu Tuhan mempersiapkan tubuh yang baru untukmu. Sedangkan aku? Tubuh yang kau pakai ini ..." Dia menghentikan ucapannya dan tertawa miris seolah menertawai betapa mengenaskan dirinya.
"Aku tidak akan bisa merasakan kembali dunia, karena aku hidup hanya sekali. Tubuh yang sudah digunakan ini akan membusuk dan menjadi tanah. Tuhan akan mengumpulkan kembali tanah-tanah untuk membuat raga yang baru dan itu artinya bagian dalam diriku akan tercampur dengan bagian milik orang lain. Dan aku tidak akan bisa menjadi diriku lagi, karena kau memilih untuk membunuhku!" teriaknya sambil menangis.
Aku terhenyak mendengar teriakkan yang begitu menyakitkan di telingaku, namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang kurasakan di hatiku saat ini. Sekarang aku benar-benar berpikir menggunakan perasaan, karena aku tidak memiliki akal. Maka kalian jangan aneh ketika tadi aku terbangun dan tidak memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi padaku setelah mendapati diri berada di padang rumput aneh ini, karena otakku digunakan oleh sosok yang mengaku sebagai tubuhku itu.
"Aku tidak memperdulikan rasa sakit yang kau alami."
Lihat? Dia berpikir sangat rasional dan tanpa perasaan, benar-benar menggunakan otak.
"Tapi kau telah menyakitiku," lanjutnya.
Aku tersenyum tipis. "Maafkan aku, aku sudah tidak bisa menahan semuanya," kataku pelan sambil tertunduk.
"Kau sangat egois!"
Dan ucapannya itu berhasil membuat perasaanku sesak. Aku merasa seolah sudah melakukan dosa terbesar. Kemantapan hati yang sudah kubangun mendadak runtuh berkeping. Apakah aku melakukan kejahatan tersebut?
"Aku bersumpah akan meminta do'a terakhir pada Tuhan agar dia membiarkan setiap kehidupan yang akan kau rasakan di masa mendatang lebih menyakitkan dari ini. Jangan salahkan aku jika kau harus terus-menerus mendapatkan kutukan dari setiap raga yang kau tempati."
Aku memejamkan mataku dan merasakan sebuah perasaan sedih menyelimuti diriku. Dan parahnya aku tidak bisa mengekspresikan nya karena aku tidak bisa menangis.
Ini sangat menyesakkan.
"T-tidak, aku tidak bisa. Ini semua sangat sulit," lirihku pelan.
"Perbaiki kesalahanmu, atau hidupmu tidak akan pernah tenang."
🍁
×
🍁
TBCSekali lagi kalo kalian Nemu nama asing tolong rep yaa biar di koreksi. Aku suka nggak fokus 😭🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wishing Tree | Markhyuck
FanfictionMark sudah pergi untuk selama-lamanya. Itu adalah kenyataan pahit yang harus ku telan bulat-bulat. Demi menyambung kehidupanku yang sempat terdampak badai, aku memutuskan untuk memulai semuanya dari awal. Hingga akhirnya, "Aku Minhyung." Lelaki berw...