; prolog

943 135 78
                                    

"Seseorang yang aku banggakan, dia mengerti segala tentangku. Surat terakhir diselipkan dia dalam loker besiku. Terima kasih, maafkan aku karena telah se-egois ini untuk selalu menginginkan sosokmu disampingku. Kalaupun janji kita sudah teringkari, jangan lupakan aku yang dulu pernah menjadi sosok pengagum rahasiamu. Frasa indah ini aku pelajari saat itu, malam ini aku akan temani tidurmu. Selamat malam, hidup dari segala hidupku"

Ini buku vintage miliknya, aku tulis kalimat terakhir dalam halaman buku itu. Duduk tegak di depan meja putih. Sebuah kotak usang diselimuti debu, tergeletak di lantai. Itu benda dan foto aku bersama denganya.

Seharusnya aku tidak mengungkit kejadian masa lalu, agaknya karena ini dadaku terasa sesak. Aku rasa air mataku seperti membuat lajur di pipi, mataku meneteskan airnya. Apakah akan terasa se-sakit ini?

Aku mencoba mengamati foto yang sepertinya sangat berharga dulu. Menyila di lantai tanpa alas kaki, dan mengambil cetakan foto. Itu aku, dan dia. Apa ini saat di pantai? Aku balikan benda itu.

Kata selanjutnya yang aku temukan adalah berupa "aku harap kamu mengingatku hingga besar nanti" tertulis di tahun 2018.

Aku tentu tak mungkin bisa mengingat semua secepat ini. Tetesan air hanya terjatuh dari ujung mataku, hatiku juga sakit, tapi sebab penyebab aku seperti ini belum diketahui secara empati. Aku kira, dia hanyalah temanku. Ternyata dia lebih dari sekedar orang yang aku sukai.

Lalu.. dia berkata, jika perpisahan tak akan melerai tangan kita yang tergenggam erat.

Kenapa tuhan mengambil dia begitu cepat? kenapa dia sudah terlebih dahulu berada disana?

Batinku terus-terus dan terus menyalahkan diri hidup di dunia ini.

Apakah ada alasanku ketika mencintainya? Mengapa tuhan biarkan ingatanku seperti ini? kenapa hanya sakit yang bisa aku rasa sekarang? Aku terlihat seperti orang bisu.

Doa terbaik aku sampaikan untuk mendiang dirimu. Sehat selalu, Jaga diri kalian, dan tolong jaga ayahku disana sebelum aku menyusul kalian.

Kemudian diriku menatap sedu kearah langit, tempat dimana mereka mewujudkan seribu mimpi mereka.

"Tolong tunggu kehadiranku...."

Tahun 2020, atas nama Kang Mina

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Agustus 2016

ckrek.

Kamar, ruangan yang menyambut resahku saat pulang. Di sudut kamar masih dipajang backround dengan stand kameranya. Seperangkat alat itu ada dikamarku, ini terlihat seperti sebuah studio kecil.

Aku suka memotret. Sedari dulu. Aku ingin bisa masuk studio seputar pemotretan. Berani ku bilang karena papa aku harus rehat dari partisipasi publik sosial. Kepala suku sudah berkata, aku tak bisa menyela.

Aku ambil posisi, duduk di belakang kamera. Menyila, terus natap bingkai backround dengan lampunya.

Di tatapanku ini, aku berharap. Di hatiku ini, aku mengomel. Kapan aku bisa memulai ini.. orang-orang terlihat mudah melakukanya, tapi aku engga.

[✔️] Secret Admirer | MarkMinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang