6 -- Cambuk dan Tali.

154 21 0
                                    

-- 6 --

Cambuk dan Tali.

Emma mengelus rambut Maria. Dia melihat pantulan di cermin. Putri cantik yang dia asuh lebih terlihat bagai orang gila. "Sudahkah dia ...." Emma berhenti berucap. Dia kembali menyisir rambut Maria. Jemari gadis itu menyentuh Emma. Menggeleng, memberi isyarat agar pengasuhnya tidak lagi melakukan pekerjaan yang sia-sia. Tak ada guna berhias, bila seharusnya dia merusak.

"Jadi ...," ucap Emma canggung. "Apa ... Sir Marmalade dan kamu."

Maria menggeleng. Dia menatap pada pisau kecil di atas meja rias.

"Kamu?" Emma menutup mulut dengan telapak tangan, kaget. "Sudah kukatakan berulang kali, Tuan Sam takkan suka dengan kelakuanmu. Aku takut kalau." Suara Emma tercekat dalam isak. "Kamu adalah peri kecil yang dititipkan Elisa."

Maria menepuk pangkuan Emma.

"Apa yang harus kusampaikan padanya ketika nanti kami bertemu di langit?" Emma menyeka airmata. "Elisa yang malang. Dan kamu, peri kecilku." Wanita tua itu merengkuh Maria, memeluknya erat. "Gadis kecilku, andai ada yang bisa kulakukan untukmu."

Maria melepas pelukan Emma kemudian mengisyaratkan agar Emma menceritakan kejadian hari ini. Dapur dan pondok pelayan adalah tempat di mana informasi bisa didapatkan dengan mudah. Bahkan seorang detektif tidak akan seakurat data para pelayan. Mereka menyusup dengan mudah. Menguping tanpa perlu bersembunyi. Menyelidik sebebas hati. Bahkan, menggosipkan keterangan rahasia seakan hanya cerita merpati mematuk remah roti.

"Tuan Sam sedang sibuk. Dia bepergian untuk beberapa saat." Emma memilih selembar gaun hijau. "Sir Alden tidak menghabiskan persediaan minuman keras lagi. Tapi dia berkuda begitu jauh. Menurut kabar, ada pelacur yang dikunjunginya."

Maria memdengus. Dia sudah yakin pria pesolek hanya akan menghabiskan harta miliknya.

"Lalu kudengar percakapan ayahmu,"

"Grrr...." Maria menggeram marah saat mendengar ucapan Emma. Ayah? Tidak ada ayah dalam catatan hidup Maria.

"Baiklah." Emma mengolesi tangan Maria dengan minyak mawar yang sangat wangi. "Pria busuk itu mengatakan kalau sebaiknya kalian tidak memiliki keturunan"

Maria mendelik penuh tanya. Untuk apa parasit itu mengurusi soal keturunannya?

"Petrof mendengar saat Sir Peter menemui kekasihnya, Lady White."

Maria kini meminta penjelasan lengkap dari Emma.

"Jika kamu tidak memiliki keturunan maka semua harta kakekmu akan menjadi miliknya ketika kakekmu meninggal."

Kenyataan itu tak dapat Maria terima. Dia menujuk pada dirinya. Mengatakan bahwa dia adalah keturunan Goldyn tua. Dia cucunya yang sah dan berhak atas semua harta yang telah membuat berbagai penderitaan dialami oleh ibunya.

"Tapi kamu dianggap tidak mampu mengurus semua kekayaan ini, Sayangku." Emma mengelus rambut Maria.

Maria berpikir keras. Ada hal yang harus dia kerjakan. Tapi, dia belum bisa menunjukkan dirinya sebelum menemukan alasan mengapa ibunya begitu cepat meninggal. Dilain pihak, dia harus mempertahankan haknya.

"Biarkan dia memberimu keturunan. Bukankah itu lebih mudah?" Emma membujuk.

Maria menggeleng. Dia tidak ingin membayangkan tangan dan tubuh pria brengsek penghisap harta menyentuhnya. Pria itu sama saja dengan lalat bangkai yang membuat hidup ibunya menderita. Serupa dengan pria-pria pemangsa harta lainnya.

"Tapi, dengan adanya anak, penerusmu, maka Tuan Goldyn akan membuat wasiat baru dengan mengatas namakan semua kekayaan pada cucunya. Anakmu, Maria."

Desiring MarygoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang