10 -- Elisa

141 21 0
                                    

-- 10 --

-- Elisa --

James memastikan kapalnya telah tertambat sempurna pada tepian dermaga. London. Dia datang lagi setelah sekian lama. Seharusnya dia membawa kapal Gudinnen av Elisha ke Amerika. Tapi kabar berhembus mengatakan Samuel Goldyn lebih sering berada di London sekarang.

Untuk apa James, pemuda berusia di 27 tahun ini peduli dengan keberadaan Samuel Goldyn? Tak lain karena di manapun Goldyn Tua berada maka putri Goldyn akan di sisinya.

"Sir James, bagaimana dengan muatan kita?" Anak buah kapalnya mendekat.

"Rempah-rempah akan kita jual kepada penawar tertinggi. Mereka selalu suka dengan semua barang eksotis tersebut." James melihat pada tumpukan karung di atas kapalnya.

Tujuh belas tahun yang lalu dia kabur dari tanah Amerika. Menyusup melalui kapal perompak bersama seorang nona yang disayanginya. Mereka berencana untuk pergi menjelajahi dunia. Hanya berdua, bebas lepas dan bahagia.

Nona Elisa Goldyn menyelamatkannya dari siksaan ayah yang kejam. James kecil setiap hari harus bekerja lebih keras dari anak seusianya. Tak peduli berapa banyak uang yang telah dihasilkan, tulang-tulang kecil tersebut masih menerima pukulan dari John Manner. James Manner adalah hasil perselingkuhan istrinya dengan seorang perompak yang bersembunyi setelah kalah dalam pertarungan di lautan. Karena itu, John tak pernah menganggap James sebagai manusia melainkan bongkahan dosa. Lahir dari hubungan penuh dosa serta memilik darah dan daging penjahat lautan. Terlalu hina!

Lucunya, ketika pria yang mengaku sebagai ayah James mencari keberadaan anak haramnya, John Manner tak bersedia memberikan. Dia memilih menyembunyikan istri dan bocah itu hingga sang perompak pergi. Menyiksa James sebagai balas dendam atas kelakuan busuk istrinya lebih menarik. Lagipula, saat sudah bosan dengan kegiatan tersebut, dia bisa menjual bocah tersebut.

Hanya Miss Elisa yang bersedia menghapus air matanya. Mengobati luka-luka yang tak pernah mengering setiap hari. Bahkan ibunya sendiri tak berniat melindungi dia.

Pagi itu, di awal musim panas yang panjang. Miss Elisa menangis dalam diam. "Dia meninggalkanku setelah ayah menolak memberi uang."

James kecil menampung cerita pedih Elisa meski tak begitu mengerti. Yang James tahu hanya ketika kepalan tinjunya cukup kuat menghancurkan potongan kayu bakar, maka dia akan membuat perhitungan dengan siapapun yang menyakiti hati Miss Elisa.

"Dia tidak peduli aku telah mengandung anaknya." Elisa terus mengusap airmata.

James melirik pada perut datar milik Elisa. Setiap kali mengandung maka perut ibunya akan membesar berkali-kali lipat. Seperti sebuah balon raksasa yang siap meledak. Setelah itu rumah mereka akan bising oleh tangisan bayi. James suka anak kecil, tapi dia tak dapat melihat bayi kecil terlalu lama. Seminggu setelah dilahirkan, ayahnya akan menjual bayi kecil kepada keluarga yang membutuhkan. Atau menitipkan di biara.

"Bayi?"

"Ya, James." Elisa tampak melindungi perutnya. "Bayi kecil."

"Elisa kecil?"

Wanita itu mengangguk gembira, "semoga menjadi bayi perempuan yang cantik dan kuat."

Tak lama binar gembira itu lenyap. Elisa tampak begitu ketakutan. Dia menggigit bibirnya keras. "Ayah, ayah pasti akan membunuhku." Elisa panik. Dia melangkah dari satu sudut ke sudut lainnya.

"Kenapa?"

"Ini tidak sesuai dengan rencananya. Aku seharusnya menikah dengan entah siapa yang dia pilihkan. Tapi ...." Elisa hampir menangis. "Bagaimana bila dia memaksa aku membuang bayiku?"

James kecil tampak berpikir. Usianya sepuluh, dia menghitung dengan kesepuluh jemari tangan. Dan semakin tahun, pikirannya lebih hebat dari anak dengan usia sebanyak sepuluh jari. "Kita pergi dari sini Miss."

"Apa?"

"Pergi dari istana Goldyn."

Elisa menimbang sesaat. Pergi, sebuah kata yang berarti kebebasan tapi tanpa kemewahan. Hanya saja, apakah dia mencari kemewahan? Tidak, lepas dari penjara ini adalah mukjizat. Kepalanya mengangguk. "Tapi ...." Ragu kembali mendera. "Dengan apa kita pergi? Ke mana?"

"Ke mana saja kaki melangkah, Miss. Aku akan menemani." James begitu mantap dengan pilihannya. Menjaga Elisa Goldyn adalah satu-satunya tugas penting dalam hidupnya, dia tidak akan mengacaukan hal tersebut.

"Tapi bila pergi denganku artinya tak akan ada makanan yang cukup."

"Tak masalah, aku bisa bertahan tidak makan apapun selama tiga hari Miss." Benar adanya, John Manner pernah mengurungnya dalam kotak kayu selama tiga hari tanpa makanan dan minuman. Bahkan dia terpaksa buang air di dalam kotak.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

"Uang, pakaian secukupnya dan makanan." James berkali-kali bermimpi untuk kabur dari rumah. Dia juga sudah memikirkan rencana-rencana gila. Kali ini pelariannya akan dilakukan demi bayi kecil di dalam perut Miss Elisa.

Elisa mengepak beberapa barang dan uang. Dia menjejalkan semua pada bungkusannya. Mereka mengendap-endap layaknya pencuri. Menghilang pada malam yang pekat.

Tak pernah sekalipun James bersyukur memiliki ayah seorang pelaut hingga hari ini tiba. Dia menemukan pria yang pernah mengatakan padanya kalau dia ayahnya. "Sir, aku tidak pernah memohon padamu. Tapi kali ini saja, tolong bawa kami pergi dari sini secepatnya."

Pria itu memiliki rahang sama seperti James kecil tapi dihiasi oleh janggut putih panjang dan tubuhnya gemuk besar. Kapten Laif tertawa. "Boleh, asal kamu bekerja di kapal selamanya."

James menyanggupi. Nostalgia James bersama Miss Elisa-nya dikacaukan oleh tubrukan dengan seorang pria.

"Jaga langkahmu!" Pria itu menghardik kesal.

"Maafkan aku Sir." James masih mencoba sopan. Meski dia dibesarkan sebagai penjahat lautan tapi tingkahnya tampak cukup beradab. Dia mengingat setiap pesan yang ditinggalkan Elisa sesaat setelah tertangkap oleh Samuel Goldyn. "Kamu tak pernah memilih mewarisi darah orangtuamu. Tapi kamu bisa memilih menjadi manusia seperti apa kamu di masa depan."

"Kamu baru di sini?" Gordon menatap penampilan James yang berbeda.

"Ya, aku baru pertama kali berlayar ke London. Sesungguhnya, aku lebih tertarik ke daratan Amerika." James memainkan peranan sebagai pengusaha muda yang ceroboh. "Aku ingin melakukan perluasan usaha." Jam emas berkilau yang James sengaja keluarkan dari dalam saku bajunya memancing ketamakan Gordon.

"Untuk apa ke sana? Di sini kamu bisa mendapatkan banyak peruntungan." Gordon melihat peluang baru dari bocah bodoh di depannya.

Pria betubuh gemuk itu merangkul James. "Kamu butuh istirahat dan bersantai sambil kita membicarakan berbagai kerja sama dagang yang bagus." Gordon merogoh saku. Mencari kotak cerutunya. Sayangnya, emas-emas yang berhasil dia rebut dari Sir Peter ikut berjatuhan.

James menunduk membantu memunggut gelang, kalung dan cincin yang ada. Dia menemukan sebuah kalung dengan bandul khas. "Ini," ucap James.

"Yah, aku berbaik hati meminjamkan uang pada seorang teman lama dengan perhiasan-perhiasan ini sebagai jaminan." Sikap Gordon seakan emas-emas tersebut bukan hal besar.

James menimbang kalung berbandul yang dulu selalu dilihatnya. "Ini kalung yang cantik. Kekasihku pasti akan menyukainya." James memutar rantai perlahan.

"Matamu memang bagus. Kalung itu harganya sangat mahal." Gordon menjejalkan sisa emas ke saku terdalam. "Emasnya pilihan, diukir oleh pengrajin emas terbaik di London dan ...."

"Cukup?" James menyerahkan sekantung koin.

"Wow!" Gordon menimbang kantung koin emas di telapak tangannya. "Kurasa aku bisa memberikan harga bersahabat padamu."

Keduanya tertawa bersama. James membiarkan langkahnya dituntun. Sekilas diintipnya gambar pada liontin. Wajah Elisa masih sama dengan seorang bayi cantik dalam dekapan.

James tak sabar ingin bertemu Elisa dan bayi Elisa. Dia memikirkan banyak rencana untuk membawa keduanya pergi dari penjara Goldyn.

Tunggulah aku Elisa.

--

Desiring MarygoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang