Adakah yg kehilangan Bang Alden dari peredaran?
Dan ini saya bawa kembali Bang Alden untuk pembaca setia Desiring Marygold.Akun wattapad lama sepertinya ndak bs balik lagi. So diriku akan berjuang dari awal lagi. Temani aku yaaa.
-- 7 --
Istana Alden.
Alden membawa kudanya menyusuri jalanan desa Willow. Seperti biasa, dia tidak betah berada di rumah mewah Goldyn. Setiap waktu pikirannya selalu berkelana pada rumah mungil di desa ini. Letak desa Willow tak jauh dari penjara barunya. Tak begitu ramai dengan penduduk ramah. Dan lagi, Alden memiliki sebidang tanah juga rumah kecil yang dia menangkan dari pertaruhan meja judi dengan Lord Entah Siapa yang bodoh dan terlalu mabuk untuk menyadari dia berlaku curang.
Tempat ini memang Alden persiapkan untuk hari depan bersama kekasihnya. Rumah mungil hangat penuh gelora. Tapi semua rencananya kacau karena ibu tamak yang sudah melahirkannya ke dunia ini. Tampaknya, menjual anaknya kepada penawar tertinggi yang akan memberikan uang, sudah menjadi tradisi dalam pernikahan keluarga Gardenning. Semoga saja apa yang dilakukannya ini dapat menyelamatkan si bungsu.
Sementara ini, dia harus puas dengan pengaturan seperti ini. Pulang-pergi dengan rute desa Willow dan penjara Goldyn. Hingga saatnya nanti, dia akan memastikan Rosemary akan mendampinginya dan mengubah penjara Goldyn menjadi istana Alden.
"Mary sayang!" Alden menutup pintu depan lalu berjalan masuk dengan cepat. Dia tak sabar untuk bertemu Rosemary. Memeluk, mencium, mencumbu serta menghidu aroma mawar indah tersebut.
Wanitanya sedang berada di dapur dalam balutan terusan berwarna hijau. "Bukankah tidak baik kalau kamu selalu datang ke sini?" Rosemary mengeluarkan roti yang baru selesai dipanggang. Meski di mulut dia menolak kedatangan Alden, nyatanya Rosemary terus menanti dan mempersiapkan diri menyambut pria yang disayanginya. Setelah menggarap sebidang tanah kecil, mengerjakan pesanan jahitan dari Madam Corby --yang saudaranya adalah penjahit di kota--, serta membuat kue pesanan tetangga, dia selalu berdandan rapi menanti Alden.
"Aku rindu padamu Mary." Alden mengecup leher Rosemary. Lidahnya menjelajah titik di belakang telinga. "Apa kamu merindukanku?" Suara serak Alden bagai menghantarkan getaran hasrat menuju puncak pertahanan diri Rosemary.
"Makan dulu," ucapnya terbata-bata. Dia mencoba menjaga agar otaknya tetap waras. "Rotinya masih hangat."
"Tubuhmu jauh lebih hangat dan lezat." Jemari Alden membuka kancing pada gaun. "Juga manis." Menyusuri leher Rosemary dengan kedua jemarinya. "Serta sangat meng ... goda."
Rose Mary berdiri kaku. Bukan pertama mereka berhubungan intim, tapi setiap kali selalu saja membuat dirinya tak berdaya. Pesona Alden mengunci otaknya sehingga sulit memikirkan apapun selain gairah dan gairah.
"Di sini," ucapnya seraya menyapukan lidah pada pundak sang kekasih. "Di sini." Satu lagi jejak kecupan ditinggalkan pada kulit putih yang kini merona seperti mawar merah muda.
"Kamu tidak lapar?" Getar pada suara Rosemary begitu jelas, campuran antara desir hasrat dan cemas. Cemas bila ternyata hubungannya dengan Alden akan berakhir seperti mimpi buruk pada jurang gelap tanpa dasar. Yang kadang menyentaknya pada malam hari hingga tak mampu bernapas.
Alden membopong Rosemary lembut, "tidak kamu lihat." Dia menunduk mencium Rosemary. "Aku sangat kelaparan."
Tubuh Rosemary telah terbaring di atas ranjang dengan gaun setengah terbuka. Memamerkan pundak hingga ke pinggang. "Berhentilah memakai korset." Alden mengumpat.
"Itu harus," sahutnya menahan napas kala jemari kokoh menggesek kulit.
"Aku yakin, kalian wanita sengaja memakai ini untuk menyiksa kami, kaum pria." Alden membuka laci di samping tempat tidur. Menemukan sebuah gunting. "Kalian senang mengikat tubuh bagaikan hadiah Natal. Tapi, tahukah kamu, Sayangku. Aku lebih suka menyobek bungkusan kado Natalku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiring Marygold
Historical FictionBagaimana bila ada sekotak harta karun yang dapat kamu peroleh hanya dengan menukarkan kebebasanmu? Menikahi gadis gila dan liar adalah jalan keluar untuk membebaskan kekasihnya dari lilitan hutang. -- Alden. Jika bidadarimu telah menjadi debu dan...