Seperti biasa, diriku mau promo. Dan memberitahukan kalau The Hunter Mask sudah tamaaat, buruan dibaca.
Yang maen ke Storial, yuk baca Keping Takdir.
Yang maen ke Cabaca yuk baca Ada Apa Dengan 28 yg pernah saya post di Wattpad dengan judul Wolulikur.
-- 25 --
Menghapus Jejakmu.
Alden terbangun. Panik tiba-tiba menyerang dirinya. Dia mengambil jubah kamar dan memakainya asal. Membuka pintu kemudian berjalan setengah berlari menuju kamar Maria. Kosong, kamar itu kosong. Terburu-buru Alden segera ke bawah. Beberapa pelayan hampir saja ditabrak.
"Selamat pagi Sir," sapa mereka sambil memberi hormat.
Alden tak menjawab, tidak juga berhenti sedetik pun. Ada urusan maha penting saat ini. Di mana Maria? Kemarin adalah hari yang menakjubkan serupa sihir. Alden takut bila ... bisa saja sihir itu lenyap dan Maria-nya kembali menjadi seperti mayat hidup. Bernyawa namun tak berharapan.
"Maria, di mana Miss Maria!" Alden mencegat Emma. Pelayan tua juga pengasuh Maria tersebut menunjuk pada ruang makan. Langkah lebar Alden membawanya ke ruangan yang dimaksudkan.
Seorang wanita dengan rambut serupa madu duduk di kursi. Punggung wanita itu saja sudah bisa membuat Alden lega. Ketegangan seakan lenyap dari tubuh Alden. "Dia...?" Alden melirik Emma.
"Miss Maria sedang sarapan, Sir." Emma membawa beberapa piring kecil berisi buah. "Apakah Anda akan bergabung juga, Sir?"
Awalnya Alden hendak menggeleng lalu kembali lagi ke tempat tidur. Melanjutkan mimpinya bersama Maria. Tapi dia terlalu penasaran. Seperti apa Maria sekarang. Bukan hanya wajah. Dia sudah melihat rupa Maria kemarin. Maria cantik, secantik peri-peri bunga. Tapi, sikap, sifat, kata-kata dan semuanya. Semua tentang Maria begitu memancing rasa ingin tahu Alden.
Bahkan semalam Alden tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia membayangkan sosok Maria di dekatnya. Tepatnya, di atas ranjangnya. Brengsek! Alden kembali mengumpat.
"Ya, aku akan sarapan juga." Alden sadar penampilannya masih kacau. Belum mandi, masih mengenakan pakaian tidur juga setengah tersadar dari mimpi menakutkan yang menggedor lelap tadi. Mimpi mengenai Maria yang kehilangan sepatu kaca dan berubah menjadi gila lagi.
Dengan ogah-ogahan Alden mengambil posisi duduk di sebelah Maria. "Selamat pagi," sapa Alden.
Maria tak menyahut, hanya mengangguk.
"Awal sekali kamu sudah bangun," ujar Alden sambil mengoleskan selai pada roti bakarnya.
Maria lagi-lagi tidak menjawab, hanya mengamati lawan bicarnya dari ekor mata.
"Sepertinya bukan sepatu kacamu yang hilang. Tapi suaramu," ucap Alden sendiri sambil mengangguk-angguk.
Maria mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiring Marygold
Narrativa StoricaBagaimana bila ada sekotak harta karun yang dapat kamu peroleh hanya dengan menukarkan kebebasanmu? Menikahi gadis gila dan liar adalah jalan keluar untuk membebaskan kekasihnya dari lilitan hutang. -- Alden. Jika bidadarimu telah menjadi debu dan...