Epilog

321 29 10
                                    

Menyambut November dengan part terakhir Desiring Marygold.

Next kita repost Carnation Secret.

Untuk yang penasaran dengan My Lavender Dream dan Aster In My Heart silakan ke innovel atau dreame.

Yang main di Storial kunjungi juga Keping Takdir yah.
Kalau di Cabaca ada kisah Wolulikur Squad. Dengan judul baru dan cover baru Ada Apa dengan 28 menyapa di Cabaca.
Di kwikku ada Air mancur negeri gula.

Terima kasih dan selamat membaca.

Selamat datang November.

===

Epilog.

"Kakek Tua, sebenarnya kamu bersembunyi di mana?"

Alden dan Maria berdiri di atas kapal.

"Alden!" Maria melotot.

"Aku hanya mencoba berbincang-bincang dengannya," sahut Alden santai.

"Kakek, aku berharap dapat bertemu denganmu lagi," ucap Maria. Matanya panas dan merah. Ternyata dia sangat merindukan Samuel Goldyn. Meski sikap pria tua itu galak dan sering memarahinya, Maria tetap menyayangi kakeknya.

"Kamu harus segera pulang Pak Tua." Alden membuka sebotol anggur terbaik dari gudang milik mereka. "Bayiku telah lahir. Dan kamu tahu?" Alden menuangkan anggur ke lautan. "Untungnya dia tidak mewarisi wajah menyebalkanmu."

"Alden!" Maria mencubit pinggang suaminya.

"Aduh, aduh, aduh!" Alden tertawa. "Pak Tua, lihatlah cucu hasil didikanmu. Dia sangat ganas."

Suara tangis bayi terdengar. Emma yang berdiri sambil menggendong bayi kecil hanya menggeleng melihat tingkah kedua suami istri ini. Mereka tak pernah berubah. Tetap saja selalu beradu mulut. Maria yang selalu kekanak-kanakan di dekat Alden. Juga Alden yang selalu jahil meledek istrinya.

"Kurasa, kamu akan tumbuh menjadi anak yang sangat rusuh, cerdik dan bahagia." Emma memeluk bayi kecil yang masih terus berteriak.

"Samuel Jr." Alden meneguk anggur langsung dari botol. "Anakku kuberi nama yang sama seperti kamu, Pak Tua. Kuharap dia akan tangguh dan menjadi pekerja keras sepertimu. Tapi, wajahnya tetap harus setampan aku.... Auch!" Lagi-lagi Maria mencubit perut Alden. "Cucumu selalu saja tidak rela kalau aku terlalu tampan."

"Alden!"

"Tenang saja, kami berencana memberikan padamu cicit yang manis dan cantik."

Maria akhirnya tertawa.

Maria meminta Emma untuk membawa putranya kepadanya. Dia kemudian menggendong bayi kecil yang baru saja genap satu bulan.

"Kakek, di manapun kamu berada, kuharap kita dapat bertemu lagi." Maria memeluk Samuel Jr. erat.

"Kita akan terus mencarinya." Alden menepuk kepala Maria penuh kasih.

Mereka berdua menikmati angin yang berhembus pada buritan kapal. Tak pernah terpikirkan oleh Alden bahwa pada akhirnya dia akan begitu menyayangi Maria Goldyn. Dari sebuah keterpaksaan, bahkan rencana untuk menyingkirkan, hingga pada akhirnya dia terjerat dalam pesona Marygold.

"Mengapa kamu dulu mengatakan aku lebih cocok dengan kain bermotif marygold?" tanya Maria.

"Kamu tahu, namamu, Maria Goldyn terdengar serupa dengan marygold. Lagipula, marygold adalah 'hadiah emas' yang dibawakan orang tak berada kepada kekasihnya. Aku adalah pria miskin itu. Dan kamu adalah hadiah emas yang kudapatkan." Alden mengecup dahi putranya. Kemudian dia mengecup bibir Maria penuh cinta. "Hadiah terindah yang Tuhan berikan untukku. Dan si Kecil ini, adalah anugerah terbaik yang pernah hadir dalam hidupku."

Keduanya bergandengan tangan, berjanji untuk mengarungi kehidupan bersama baik dalam suka maupun duka.

Jalan kehidupan tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi. Dan kenyataan kadang terasa manis, bisa pula pahit ataupun getir.

Ibu, apakah kamu melihatku dari atas sana? Kehilanganmu hampir membuatku gila. Tapi aku telah menjalani hidupku sesuai janjiku padamu. Aku berjuang dan terus berjuang untuk mendapatkan masa depan yang kuimpikan.

Medan perang dan kenyataan di dunia memang terasa serupa, meski tak sama. Dalam perang kali ini aku harus kehilangan kakek pula. Entah dia menghilang ke mana. Bila Ibu bertemu dengan kakek, sampaikan salamku padanya.

Kembali lagi soal peperangan. Di dalam peperangan ini, aku tidak bisa mengatakan diriku sepenuhnya pemenang. Karena ternyata aku jatuh dalam perangkap dan menjadi sandera. Seumur hidup.

Maafkan aku, Ibu. Ternyata telah jatuh dalam perangkap pemburu. Tapi, kurasa pemburu ini tidak sejahat yang engkau takutkan. Dia adalah pemburu harta karun. Dan harta karun yang diburunya adalah cinta.

Ada kepergian juga kehidupan baru. Ya, aku telah menjadi seorang ibu. Aku berharap dapat menjadi ibu yang baik seperti dirimu. Ibu, aku mohon berkati kami. Keluarga kecil kami.

Peluk rindu dari Marygold kecilmu, yang kini telah memiliki jagoan kecil.

Fin.

--

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desiring MarygoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang