Kita gak bisa terus berhalu ria.
Juga harus bisa melihat realita.
Tapi kalau realita sudah dipandang dan halu itu kenyataan?
Mungkin itu bonusnya
Mode : Revisi
Rate : 17+
jika hidup adalah tentang berharap, Min Yoongi akan tetap berharap pada tuhan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku hamil"
Namja di depannya itu mulai menatap terkejut.
"Kamu masih ingat dengan kejadian malam itu?"
Yoongi hanya menatap soora.
"Maafkan aku min yoongi, aku telah merusak masa depanmu"
"Ba,"
"Kau melakukannya saat kita sama sama mabuk"
"Tidak mungkin"
Yoongi mereka ulang kejadian kala itu. Yang dia tahu bahwa dia telah minum beberapa gelas saja. Dia tidak mabuk malam itu. Bahkan saat bangun tidurpun dia masih mengenakan baju yang sama dengan rapi. Walau kenyataanya ada soora disebelahnya.
"Maafkan aku"
Mereka sama sama menatap. Namun sepersekian detik kemudian, yoongi memalingkan wajahnya tidak percaya. Dia yakin, tidak mungkin dia melakukan hal itu. Kecuali dengan ji yeong. Itu saja tidak terlewat.
💜
"Terima kasih atas percakapan ini"
Ji yeong hanya diam.
"Saya pamit"
Ji yeong kembali diam.
Langkah namja itu terdengar jelas meninggalkan ji yeong yang berdiri didekat kasir.
"Chamkaman yo"
Namja itu menoleh.
"Siapa namamu?"
"Park Jeong Ri"
Ji yeong mengangguk pelan, berjalan kembali ke tempatnya tanpa kata lagi. Park jeong ri keluar dari cafe dengan mengaitkan jaketnya.
Pandangan mata ji yeong hanyalah lamunan. Apa yang telah dia fikirkan bisa jadi benar terjadi, namun bisa saja tidak terjadi.
Matanya melihat ponsel itu sepenuhnya.
Segera
Bangtan sonyeondan akan menemani akhir pekan ada.
Ji yeong menatap layar televisi yang ada di cafe. Matanya fokus pada min yoongi yang tengah tersenyum di mv stay gold.
Kenapa dia terus berfikir bahwa min yoongi tidak melakukan hal hal yang telah di katakan jeong ri?
💜
Wajahnya kusut. Rambut pendeknya sekarang berantakan. Kemejanya sudah keluar dari celana. Bahkan tas yang dibawa tidak beraturan adanya.
Ji yeong meletakkan tubuhnya.
Ting...
"Yeoboseyo?" Seru ji yeong penuh lelah tanpa melihat nama pemanggil.
