Dua Puluh Dalapan.

3.5K 447 92
                                    

Gue mengucek mata kesal karena harus tiba-tiba bangun ketika mendengar dering ponsel yang terus berbunyi berulang kali. Padahal perasaan tadi udah di silent tapi masih tetap bunyi.

Dengan kesal gue menerima panggilan telepon Whatsupp entah dari siapa.

"Halo halo bandung?!"

"Heh bego! Daritadi gue nungguin di starbak y a nggak dateng-dateng juga lu!"

"Hah? Maaf siapa?"

"Hah heh hoh! Inget janjian jam berapa? Udah gue bilang mending gue jemput malah nolak, jadi gue nunggu disini kan!"

Gue hening sebentar, mencoba mencerna apa yang dikatakan seseorang di seberang sana.

Nunggu?

Starbak?

Janjian?

Jam?



Mata gue langsung terbuka lebar dan menoleh ke arah jam dinding besar, ketika teringat harusnya hari ini gue ada janji kerja kelompok sama teman sekelas.





Jam 12 tepat.

Bentar, bentar, bentar.














"Heh budeg! Buruan dateng! Dua jam gue nunggu ya, nggak sabar gimana gue! Sampai 20 menit lu nggak dateng, gue cabut!"

Suara telepon yang terputus terdengar, gue langsung lari terbirit-birit keluar kamar ingin memberi tahu Daddy, entah beliau juga udah bangun apa enggak. Karena gue ingat semalem gue movie marathon sama Daddy sampai jam 5 pagi, marathon MCU. Harusnya jam 10 pagi gue ada janji kerja kelompok dengan teman sekelas, dan sekarang jam 12, gila udah lewat 2 jam yang lalu.


"DADDDDDD! OMG DADDDDDD!"

Gue berteriak nyaring dan langsung turun ke kamar Daddy, dengan akhlakless gue buka pintu kamar Daddy, "DADD AYO BANGUN DAD!!" Teriak gue.

Ternyata Daddy nggak ada di kamarnya, kamarnya udah rapih, gue panik lagi lari mengitari rumah, dan ternyata Daddy lagi asyik seduh kopi.

Daddy yang seperti nya sedari tadi mendengar teriakan gue ketika melihat gue masuk dapur cuma, "Kenapa? Laper?" Tanya Daddy.

Gue diam, tumbenan Daddy nggak marah gue bangun siang kan ya, tapi pas melihat tampilan Daddy yang masih acak-acakan juga gue mengerti sih beliau baru bangun juga, mungkin memang lebih dulu Daddy.

Sesi menyeduh kopi selesai, Daddy langsung menyeruput kopi, gue yang berdiri diam mencerna keadaan cuma memperhatikan beliau.

Daddy menyesap kopi, lalu menatap gue, "Kenapa? Kok diem?" Tanyanya bingung.

Gue mengerjap teringat apa yang harusnya gue bilang, "Oh iya dad! Yaampun ayo Anter aku ke starbak ayo!" Kata gue langsung mendekat dan menarik lengan Daddy.

"Ngapain? Mau ngopi? Kenapa nggak dirumah aja?" Tanyanya bingung, "eh bentar-bentar ini takut kopinya tumpah-tumpah," protesnya ketika tubuh Daddy oleng karena gue tarik.

Gue melepaskan tarikan, "Bukan, aku ada janji buat kerkom, ayo ih anter ke starbak," kata gue.

Daddy menyeruput lagi kopi, "Biasanya juga kerkom dirumah kan? Tumbenan kok di starbak?"

"Pokoknya kerkom deh, cepetan dad, kalau nggak percaya Daddy bisa tungguin nanti waktu kerkom, aku udah nggak ada waktu, ayo bawa kunci mobil, kasihan temenku udah nunggu 2 jam," kata gue langsung menarik Daddy lagi.

Daddy! | Kuroo Tetsurou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang