Genep.

4.3K 648 47
                                    

Sesuai janji tadi pagi Daddy benar mengantarkan gue ke toko buku dan sekalian belanja, hehe. Mana saturday night maaf ya jomblo-jomblo sekalian lumayan bisa dipakai buat pajangan biar enggak keliatan jomblo banget, eh tapi gue single ya udah siap bikin album--bego.

"Jadi, kamu beli buku itu?" Tanya Daddy sedikit tidak percaya dengan apa yang gue beli.

Novel Dilan, trilogi-nya. Iya tahu kok udah ketinggalan banget tapi gue ngebet pengen beli buku nya setelah gue nonton film-nya, gue cuma bisa cengengesan.

"Tapi kan Dad, aku juga beli buku pelajaran kok," bela gue sambil ngeluarin buku paket fisika yang sempet gue beli.

"Iya beli tapi cuma satu," malas Daddy.

"Yaudah ketempat lain lagi. Sekalian cari kebutuhan kamu sama belanja bulanan," pengertian banget sih huhu makin sayang.

"Yuk!"

*****

Akhirnya gue di sini di dalam supermarket, setelah puas dengan kebutuhan gue yang dirasa sudah cukup, sebagai putri yang baik hati gue menemani bokap belanja bulanan.

Ketika Daddy lagi sibuk pilih-pilih barang tiba-tiba ada yang ibu-ibu yang nyamperin gue.

"Dek, nggak baik lho pacaran dengan yang lebih tua apalagi duda," ucap Ibu-ibu itu tiba-tiba.

"Hah?"

"Jangan pura-pura nggak ngerti dek, itu lelaki yang bareng sama kamu tadi, pacar kamu, kan? Nggak baik lho dek, dia duda,"

"Maksudnya apa ya, bu?" Gue pura-pura nggak  konek.

Iya tahu Daddy gue terkenal banget, sampai-sampai pada tahu Daddy gue duda anak satu.

Beliau bekerja di Volleyball Association, Sports Promotion Division, lalu akhirnya punya perusahan sendiri yang bidangnya masih sama, namun lebih menyensponsori kegiatannya.

"Dia duda anak satu dan kamu kayanya..," ucapan Ibu-ibu terhenti sambil memperhatikan gue dari atas sampai bawah, ".. Masih anak SMP kan? Nggak baik dek, kalau pacaran cari yang seumuran aja atau enggak minimal yang lebih tua 1 tahun atau 2 tahun, ini malah sama duda. Kasian ibu bapakmu,"

Lah lah lah? Gue disangka anak SMP sebegitu baby face-nya kah gue? Nggak!nggak!nggak! Pasti karena badan gue yang emang semampai, semeter tidak sampai.

Hahahaha. Baik sih ibu-ibu nya mengingatkan tapi emang dia enggak sadar gitu muka gue sama Daddy aja ada mirip-miripnya kok meski nggak berjambul ayam kaya Daddy.

"Maaf ya bu, kalau itu urusan saya. Lagian saya sudah bahagia dengan pacar saya ini," ucap gue sengaja nggak klarifikasi sambil tersenyum ala ala.

"Duh dek! Yaudah kalau gitu, diingetin malah ngeyel," nyinyir Ibu-ibu tadi lalu melengos pergi.

Gue cuma cekikikan, berhasil menipu. Gini nih tiap kali gue jalan sama Daddy pasti ada aja yang mengira gue tuh semacam little girl yang disugar-in sama Daddy padahal gue anaknya. Amboi.

"Kamu kenapa cekikikan sendiri? Kemasukan?" Tanya Daddy yang kayanya udah beres dengan pilihan belanjaannya.

"Dih, kalau bicara, enggak cuma pengen ketawa aja. Baru lihat oa receh," jawab gue sekenanya.

"Dasar receh," ledek Daddy.

Gue hanya bisa memutar bola mata lalu melihat troli yang didorong Daddy isinya udah penuh.

"Udah Dad?"

"Udah yuk," lalu Daddy menggiring gue dengan satu tangan yang mengenggam tangan gue dan satu lagi dorong troli.

Hm berasa kaya keluarga baru.

*****

Daddy! | Kuroo Tetsurou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang