Salapan Belas.

2.7K 500 75
                                    

Hari ketiga di rumah Om Bokuto.

Sedari awal gue udah bilang, kalau di rumah Om Bokuto nggak pernah sekalipun diisi tanpa teriakan.

Pasti aja ada teriakan. Dan biang yang bikin Om Bokuto makin sering teriak tuh ya anaknya, Rei.

Kali ini aja dari kamar gue bisa mendengar teriakan perdebatan Om Bokuto dan Rei, padahal kamar gue di lantai dua dan udah pasti bersebelahan sama kamarnya Rei, hehe:)))

Di kamar, gue bisa denger bahwa Om Bokuto dan Rei lagi memperdebatkan mana yang lebih seru main voli atau futsal. Om Bokuto sama kaya Daddy mantan atlet voli dulu.

Daripada gabut mending gue videocall Daddy, biasanya gue cuma chat atau freecall tapi kali ini rasanya pengen lihat wajah Daddy. Dan senangnya video call kali ini diangkat.

Gue langsung senyum pas lihat wajah Daddy, diseberang sana Daddy lagi pakai kacamata dengan kaos oblong warna putih.

"Daddy!"

Gue bisa melihat beliau diseberang sana terkekeh ketika mendengar pekikan senang gue.

"Iya sayang? Seneng banget ya bisa lihat Daddy?"

"Iya! Kangen Daddy! Gimana di sana? Lancar?"

"Kangen kamu juga, ya lancar dek meski ada beberapa kendala, terus kamu gimana?"

"Disini juga lancar tanpa macet,"

"Hahahaha dikira jalanan, gimana seneng gak? Kesepian nggak?"

"Seneng kok! Om Bokuto sama Rei nemenin aku terus!"

"Cih! Anak burhan! Inget jangan tergoda sama anak burhan ya,"

"Iya Daddy ku sayang,"

"Udah bisa bilang sayang kamu ya, hahahaha,"

"Daddy juga suka bilang sayang,"

"Iya kan Daddy sayang kamu,"

"Makanya cepet pulang,"

"Iya sayang, empat hari lagi, segitu kangennya kamu sama Daddy?"

"Yaiyalah! Disini pusing Dad, Om Bokuto teriak terus," meski pusing juga sama anaknya yang melancarkan gencatan senjata terus ke gue.

"Hahahahaha, Om Bokuto emang gitu, tahan ya sayang. Oh iya, kalau ada apa-apa, kalau uang jajan kamu habis jangan sungkan buat minta lagi oke?"

"Iya Dad, uang jajan aman, aku kan berhemat,"

"Beneran berhemat kamu? Daddy kira nggak, padahal Daddy cuma bercanda bilang berhemat, kamu mau belanja juga gapapa asal yang bermanfaat,"

"Ih! Kan Daddy udah suruh, jadi aku ngedengerin apa kata Daddy, kalau belanja mah Daddy jangan lupa aja beliin oleh-oleh buat aku!"

"Kalau deket udah Daddy unyel-unyel pipi mu, hahahahahahaha iya sayang nanti Daddy usahain bawa oleh-oleh,"

"Jangan lupa ya!"

"Iya, yaudah ya Daddy balik kerja dulu, jangan lupa pesan Daddy, sayang banget sama kamu, bye baby girl,"

"Semangat kerja Daddy! Siap laksanakan, Daddy juga jangan lupa pesan aku ya! Sayang juga sama Daddy, see you!"

Panggilan terputus, gue langsung aja rebahan di atas kasur. Gini ya rasanya ldr sama Daddy, kangen terus rasanya. Padahal dari hari keberangkatan Daddy selalu chat dan usahain buat kasih pap Daddy yang lagi ngapain disana.

Tetap aja, rasanya tuh kangen ada sedihnya juga. Namun nggak jadi masalah, selagi gue bisa mendengar suara Daddy rasa kangen jadi hilang.

Baru juga mau tidur, gue terkejut dengan suara gebrakan pintu, gue bisa melihat kalau Rei sama Om Bokuto lagi berdiri diambang pintu.

"Jadi [Name], lebih milih futsal atau voli?!" Tanya mereka berdua serempak.





Gue cuma bisa sweatdrop, ini belum beres juga?


*****

Daddy! | Kuroo Tetsurou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang