Waktu terus berhitung
Namun semesta tak jua berujung
Setiap detiknya membentangkan jarak hati
Menciptakan lautan dalam yang mustahil di laluiTak ada kapal, bahkan sampan yang mengambang
Hanya ada kayu rapuh penuh lubang
Puteri tidak bisa mengejar, dia sudah jauh tertinggal
Bahkan pangerannya sudah tak lagi mengenalNamun dia tidak mau terlihat payah
Tapak kakinya mulai melangkah
Tak perduli dengan badai yang membawa ranting tajam
Dan menghujamnya secara kejamSang puteri terduduk lemah
Gaunnya kotor oleh tanah basah
Kakinya robek dan dilumuri darah
Dia sangat lemah namun tak kunjung menyerahTubuhnya kebas tak terasa
Bahkan bernafas pun tak lagi terasa
Sebagian hati telah remuk
Membuatnya diam diantara semesta yang mengamukKini sang putri harus menyadari
Pangerannya telah pergi
Jauh kedalam samudra yang tak diketahui
Lukisan hatinya sudah retak dan tak tertata lagiKisah pangeran dan puteri tak selalu berakhir seperti gulali
Adakalanya pahit mencampuri, hingga manis tak tersisa lagi
Namun, satu hal yang membelenggu hati putri
Apa pangerannya menyesali perbuatannya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hujan
شِعرAku menyukai hujan karenamu dan mencintainya seperti aku mencintaimu.