25

100 13 0
                                    

Mba Ocha
Sena, maaf banget,
mba ga bisa jemput kamu
ban motor mba bocor,
ini lagi tambal ban

Sena menghembuskan nafas sebal, jika mba Ocha tak menjemputnya berarti ia harus pulang sendiri ke apartemen.

Me
Iya mba ga papa
Sena bisa naik taxi

Setelah mengirimkan pesan, Sena kembali merapikan barang-barangnya. Beruntung administrasi rumah sakit sudah dilunasi oleh Aleta kemarin itupun tanpa sepengetahuan Sena, Bihan yang beritahu lewat chat. Sena sangat berterimakasih kepada Tuhan, di tahun ini ia  banyak orang-orang yang peduli padanya, walaupun ada saja yang jahat dengannya, yah namanya juga takdir.

Saat Sena sudah siap dan bergegas ingin keluar dari ruangan, Marco datang tanpa jas putih, hanya menggunakan pakaian biasa. "Kamu pulang sendiri?" Sena mengangguk lemah. "Ya sudah saya antar, jam kerja sama sudah habis."

Marco mengambil ransel milik Sena,  "ayok." Ajaknya melihat Sena terdiam.

Marco memapah pelan Sena untuk jalan ke lobi, dimana mobilnya sudah siap dan berada di sana. Sena merasa tak enak hati, pasalnya ia hanya pasien bisa di sini namun kenapa Marco repot-repot menghantarnya pulang.

"Kamu sore ini belum makan?" Tanya Marco ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Sena hanya mengangguk, ia tak berharap diajak makan malam oleh Marco. Walaupun Sena mengagumi dokter yang satu ini, itupun hanya sebatas kagum fisik. Selebihnya hanya untuk Bihan.

Marco mulai menjalankan laju mobil dengan santai. Jakarta sore ini terguyur hujan sedang, walaupun hujan tak terlalu besar namun berhasil membuat banyak genangan di jalan.

"Kita mampir makan dulu, gak papa kan?" Tanya Marco meminta persetujuan.

Sena tersentak menoleh. Marco tadi mengucapkan kita dan meminta persetujuannya. Yang benar saja, dokter ganteng ini mengajaknya makan, batin Sena. "Iya ga apa-apa."

Mobil Marco menepi di sebuah cafe. Marco hendak turun, namun tercekat oleh Sena. Sena baru menyadari ini cafe tempanya bekerja, cafe green. Ia meminta izin untuk mengambil cuti selama beberapa hari kemarin karena kondisinya setelah kecelakaan. Jika ia makan di sini dan ketahuan oleh rekan pegawai yang lain, pasti akan kena omel.

"Om dokter punya topi?" Tanya Sena, bermaksud ingin menyamar.

"Topi operasi?" Sena menggeleng. Marco mengambil sesuatu dari dalam tasnya kemudian menyodorkan topi hitam kepada Sena. "Buat apa? Kepala kamu masih sakit engga."

"Engga kok om, ini sekalian ya." Sena mengambil masker kesehatan dan menggunakannya.

Mereka keluar dari mobil dan memasuki cafe. Semua pelayan tersenyum ramah kepada Marco, sedangkan Sena menunduk mengikuti Marco dari belakang. Marco mengambil tempat duduk paling pojok dekat dengan jendela yang bergelantungan pot berbagai tanaman hijau.

Seorang pelayang menghampiri mereka dengan buku menu ditangannya. "Saya seperti kemarin, yang satu ditambahkan lebih banyak sayuran. Minumannya air putih hangat dua." Pelayan itu mengangguki pesanan Marco.

"Kamu pernah ke sini?" Tanya Marco, Sena mengangguk kecil. Bukan hanya pernah, dirinya kan bekerja di sini. "Saya sudah lama tidak ikut mengurus cafe ini. Saya ini benar-benar bukan orang yang amanah."

AVENOIR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang