3

184 24 0
                                    

Sena merutuki diri saat melihat jam yang bertengger di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Ia menyesal telah mengambil jam lembur dengan membersihkan seluruh area dalam cafe, ia pikir lumayan uang lembur bisa membeli makanan enak besok. Tapi yang terjadi malah ia pulang jam 11 malam itupun harus menunggu ojek online yang jarang ada jika sudah malam.

Setengah berlari menuju kamar mandi kemudian tergesa menyiapkan semuanya. Beruntung ia telah menyiapkan jadwal pelajaran, itupun ia harus mengechat Abun selaku ketua kelas untuk menanyakan jadwal pelajaran besok.

Berlari ke pangkalan tukang ojek yang sialnya tak ada satupun ojek tersisa. Jadi Sena harus berjalan sedikit jauh untuk bertemu jalan besar dan menaiki busway. Saat berhenti di depan sekolahannya, senyum Sena luntur melihat gerbang yang sudah tertutup.

"Ngeselin banget Pandu enggak jemput. Hwaa ... Telat," teriakan siswi yang duduk di depan pagar membuat Sena menyerngit, sepertinya ia kenal. Siswi itu Bianca, anak organisasi paskibra yang Sena temui di toilet dan depan aula kemarin. Kenapa ia juga ikut telat? Bukankah anak organisasi rajin.

"Hwaaa ... enggak bisa masuk, bapak satpam bukain!" Bianca kembali teriak kakinya menghentak-hentak seperti anak kecil.

"Aduh telat," seloroh siswi yang baru datang bersama ojek, tangannya menyodorkan selembar uang pada tukang ojek.

"Kalian telat juga ya?" Sena sekarang telah duduk tak jauh dari Bianca. Mereka mengangguk bersamaan. Siswi yang baru datang juga ikut duduk. Kasihan sekali mereka, menjadi tontonan orang yang berlalu lalang melewati depan sekolah.

"Kamu Senaya, kan? Murid baru di kelasku." Sena mengangguk mengiyakan pertanyaan dari siswi  yang baru datang tadi. "Kamu ternyata penyiar radio di radio Elang?" Sena mengangguk lagi.

"Anak baru yang kemaren? Kalo pak Gatot tau ada anak baru telat bisa habis Lo," seru Bianca, Sena ikut menyahut dengan kata 'iya?'. Kalo sudah begini, jadilah menghibahkan Pak Gatot.

"Aku tau jalan masuk rahasia," sahut siswi yang belum diketahui namanya itu, menghentikan obrolan Sena dan Bianca. "Kenapa Lo baru ngomong." Bianca menyalahkan tanpa maksud.

"Ayo!" Siswi itu menuju bagian samping dinding sekolah. Di balik pohon besar terdapat pintu rahasia yang biasa digunakan anak-anak nakal jika tak bisa masuk lewat pagar karena telat. Sena dan Bianca mengikuti. Cukup susah, mereka bertiga harus memindahkan papan-papan kayu yang menutupi pintu kemudian menutupnya kembali.

🌙🌙🌙

"Jadi Jeantha yang kemaren itu lo?" Sena berseru memajukan kursi yang ia duduki. Siswi yang tadi pagi menunjukkan pintu rahasia mengangguk, Jean.

"Kita senasib ya," kata Jean memakan makanan ringan, menyodorkan kepada Sena dan Bianca bermaksud menawarkan. Bianca yang memang doyan makan langsung menyambar tanpa memberi kesempatan untuk Sena mengambil.

"Udah deh kalian itu, emang kalian aja. Gue tinggal sama orang tua angkat." Bianca berucap sembari mengunyah makanan milik Jean.

"Uluuluu ..." Sena memeluk Bianca, begitupun Jean yang ikut memeluk keduanya. Sempat menjadi tontonan siswa-siswi yang berada di kantin.

Setelah pagi tadi mereka menelusup masuk tanpa lewat gerbang sekolah. Ketiga gadis itu memasuki kelas masing-masing. Bian berlari ke kelasnya yang tak jauh dari kelas Sena dan Jean. Kini istirahat mereka bertemu kembali di kantin, menempati tempat duduk di bagian pojok.

"Oh ya, Jean. Lo tau dari mana soal pintu rahasia itu? Gue aja enggak tau soal itu padahal hampir seharian gue di sekolah." Memang benar, Bian ini anak paskibra, diharuskan mengikuti latihan pasukan. Latihan dalam organisasi tak main-main, harus benar-benar serius. Jika salah harus kembali diulang hingga matahari tenggelam pun tetap lanjut. Alhasil Bian terbiasa jika pulang sekolah sampai berlarut dibanding siswa yang lain yang tak berorganisasi.

AVENOIR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang