4.

10.3K 1.1K 10
                                    

Sesuai yang direncanakan, hari ini prosesi ijab qabul akan dilaksanakan.

Aster gadis itu tengah disulap oleh beberapa penata rias.

Jantungnya sejak tadi tidak ingin memompa pelan, terus dan terus berdegup kencang.

"Santai saja dek. Nikmatilah momennya," kata penata rias yang Aster tidak mengetahui namanya itu .

Setelah semuanya siap, Aster didudukkan di kamar. Menunggu Fatih yang sebentar lagi mengucapkan janji suci.

Sebelumnya Aster sudah disuruh bercermin untuk memastikan penampilannya.

Jelas gadis itu tercengang, kali ini ia benar-benar terlihat cantik dengan riasan bold didukung kebaya baby blue yang pas ditubuhnya.

Tubuh Aster seperti robot, otomatis duduk diam ketika suara mikrofon diketuk beberapa kali.

Pembacaan sambutan sudah dilaksanakan beberapa kali.

Saat MC menyebutkan 'ijab qabul' tubuh Aster semakin tegang, dadanya bergemuruh hebat, tangan gadis itu mengepal kedinginan.

"Ananda Muhammad Fatih Al-Haddad bin Ahmad Aziz, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Aster Helia Nakeshwari binti Sudiro Cokroaminoto dengan maskawin emas dua ratus gram, surat Ar-Rahman, dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Hening sejenak.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aster Helia Nakeshwari binti Sudiro Cokroaminoto dengan maskawin tersebut, tunai."

SAH.

Tanpa bisa dicegah satu air mata lolos begitu saja dari mata Aster.

Ia paham, kini statusnya berubah menjadi seorang istri. Sangat cepat menurutnya, namun tidak ada yang bisa mengembalikan waktu, tidak ada yang bisa berjalan mundur.
Maka dari itu sebisa mungkin ia akan menjaga pernikahannya. Menerima sebaik mungkin, serta berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istri yang berbakti kepada suaminya.

Tak berselang lama suara qiro' Surat Ar-Rahman terdengar merdu di seluruh penjuru rumah.

Aster terharu tentu saja.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan Ibu Laila dan Ibu Rahayu yang juga mengenakan kebaya baby blue.

"Assalamualaikum warahmatullah mantu Mama," suara Bu Rahayu mau tidak mau membuat Aster tersenyum.

"Waalaikumussalam warahmatullah Mama, Ibu."

Mereka berdua menuntun Aster untuk keluar dari kamarnya. Perlahan tapi pasti, gadis itu dapat melihat suaminya.

Ia didudukkan disamping Fatih, menandatangani beberapa berkas, lalu memasangkan cincin di jari masing-masing secara bergantian.

Fatih menyodorkan tangannya, dengan sigap Aster menyambut tangan kokoh yang terbalut beskap baby blue itu untuk dikecupnya lembut. Kini baktinya sudah berpindah seluruhnya kepada sang suami.

Tubuh Aster seperti tersetrum berjuta-juta volt ketika benda lembut, hangat, nan kenyal menempel di dahinya. Hati Aster menghangat, Fatih menciumnya.

•••

Berdiri berjam-jam menyalami tamu sungguh membuat Aster ingin melarikan diri. Kakinya sangat pegal, namun tamunya tak kunjung berkurang malah semakin bertambah.

Aster tersenyum antusias saat melihat lelaki yang kemarin menghadap komputer itu bersalaman dengan suaminya.

"Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair."

Lelaki itu Aster taksir sedang membacakan doa untuk pengantin baru.

"Alhamdulillah, thanks Wil."

Kini Aster paham, dengan sedikit menguping bahwa lelaki tadi bernama 'Wil', entah William, Willy, Willona, Aster juga tidak tahu.

"Selamat ya Aster, yang sabar ya sama tingkah Fatih. Orangtua itu suka nggak tahu diri soalnya."

Aster terkekeh, "Aster selalu sabar kok."

"Ngomong-ngomong kapan Aster mulai kerja Pak Wil?."

Pertanyaan dari bibir Aster mampu membuat Fatih dan si 'Wil' berpandangan.

"Wildan jangan coba-coba," itu suara Fatih.

Oh jadi namanya Wildan, kata Aster dalam hati.

"Eh maaf ya As, tapi suamimu tidak akan mengizinkanmu bekerja."

"Lalu kenapa kemarin Aster diwawancarai?."

Belum juga Wildan menjawab, kalimat pengusiran keluar dari mulut Fatih.

"Sudah, cepatlah antrian semakin panjang."

Wildan mendengus, tanpa disuruh lagi lelaki itu mempersilahkan yang lainnya bersalaman dengan kedua mempelai.

Kini giliran teman-teman Aster yang menggila.

"Cie ntar malem belah duren."

"Jangan salah Pak Fatih, walau dari luar kelihatan kerempeng tak berisi, tapi punya Aster gede kok. Dijamin pas digenggaman."

"Aduh cie pengantin baru."

Aster muak, wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus.

"Turun sana gantian yang lain,"
Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Aster untuk menutupi rasa malunya.

Fatih terkekeh.

Tunggu, tidak salah kah? Fatih terkekeh? Mentertawakan dirinya?.

"Kenapa?," Tanya Aster langsung tanpa basa-basi.

"Cantik."

Muka Aster semakin memerah.

"Bunga dibelakang kamu cantik, saya suka."

Boleh nggak sih KDRT? Aster dongkol, ia kira Fatih memuji Aster yang terlihat cantik, ternyata laki-laki itu sedang memuji bunga dibelakang Aster.

Iya sih memang cantik bunganya, tapi kan Aster juga ingin dipuji cantik oleh suaminya.

"Kamu juga cantik."

Aster menoleh cepat, ia kira itu suara Fatih. Namun ia salah, itu adalah suara Agis, mantan pacarnya.

Aster melirik takut-takut pada Fatih, ingin mengetahui reaksi lelaki itu saat ada lelaki lain yang mengatakan istrinya cantik.

Sayang harapan tinggal harapan, Fatih tetap diam tanpa ekspresi apapun.

"Selamat ya As, maafkan aku."

Aster terkekeh.

"Sendirian kah Gis? Kemana pacar barumu yang imut nan menggemaskan itu."

Aster hanya sedikit bermain-main. Ya salah sendiri Agis tega menyelingkuhi-nya dengan adek kelas.

Agis tertawa canggung, dan Fatih pun masih tetap bungkam.

Kini Aster sadar bahwa pacaran sangat merugikan. Buang uang, buang tenaga, buang air mata, berdosa pula.

"Semoga sakinah, mawadah, warahmah, tolong jaga Aster ya mas. Dia gadis baik-baik."

Agis berlalu dari hadapan mereka. Tak pelak Aster mendumel.

"Dipikir aku bocah paud apa ya? Harus ada yang jagain," Kata Aster pada dirinya sendiri.

"Memang."

Walaupun pelan, tapi Aster masih bisa mendengarnya karena jarak mereka yang begitu dekat.

"Cie pedofil, nikahin anak paud."

Fatih kalah telak, akhirnya lelaki itu memilih bungkam daripada capek membalas ucapan istrinya yang menggemaskan.

Mrs. Aster [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang