14.

6.5K 679 0
                                    

"Mbak Asteeerrrr...." Teriak bocah delapan tahun itu sambil berlari kearah Aster.

"Jangan lari Faris," kata Aster tak kalah kencang.

Memang hari ini Aster diamanati untuk menjemput Faris, maka Aster melakukannya dengan senang hati.

Aster memang tidak pernah mengobrol sama sekali dengannya, gadis itu juga terkejut ketika mendapat Faris meneriakkan namanya.

"Huh capek," Faris ngos-ngosan.

"Jangan lari makanya biar nggak capek."

"Kok Mbak Aster yang jemput Faris?," Tanya bocah lelaki itu heran.

"Iya, soalnya Mama sama Mbak Fida lagi sibuk masak."

Faris mengernyitkan dahinya, "Masak buat apa sih Mbak?."

Aster tertawa, "Mas Fatih kan ulang tahun."

"Astaghfirullah Faris lupa."

"Ya sudah Ris, ayo kita pulang."

"Siap Mbak Aster cantik."

Dua puluh menit kemudian, Aster dan Faris sudah memasuki rumah asri yang halamannya banyak ditumbuhi bunga melati.

"Assalamu'alaikum warahmatullah Mama, Faris sama Mbak Aster pulang."

"Waalaikumussalam warahmatullah, ganti baju Faris, Terimakasih Aster sudah mau jemput Faris." Begitu sambutan Bu Rahayu.

Aster dan Faris bergantian menyalami tangan wanita paruh baya itu.

Tapi begitu mencium wangi masakan, mendadak Aster menjadi mual dan pening.

Gadis itu berlari kencang menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Namun, sama sekali tak ada yang keluar.

Tubuhnya lemas.

"Astaghfirullah As, kamu nggak papa kan?," Tanya Bu Rahayu sambil mengurut tengkuk leher Aster.

"Tidak apa-apa kok Ma."

Fida menonton dari depan pintu kamar mandi.

"Hamil kali Mbak," Kata Fida tenang.

Aster dan Bu Rahayu sama-sama kaget.

"Wah bisa jadi itu As, kan kalau beneran hamil ini bakal jadi kado yang terindah buat Fatih."

Berbeda dengan raut berbinar Bu Rahayu, Aster memijat keningnya yang semakin pening.

Tidak mungkin hamil, Fatih belum menyentuhnya, Aster yakin itu.

"Coba di tes dulu Mbak," Kata Fida sambil menyerahkan testpack kepada Aster.

Testpack itu masih baru, Bu Rahayu tidak menanyai apa-apa tentang testpack itu kepada putrinya. Karena kini fokus Bu Rahayu beralih kepada menantunya.

"Ini As, di cek dulu."

Aster menurut saja. Ia membaca sekilas tatacara penggunaan alat itu.

Gadis itu melakukan perlahan-lahan apa yang harus dilakukannya.

Tebakannya tidak meleset, satu garis yang artinya dia tidak hamil. Aster tersenyum lega.

Ia mencuci alat itu dan bergegas keluar dari bilik kamar mandi.

Gadis itu mencari ibu mertua, dan adik iparnya. Dua wanita berbeda generasi itu tak ditemuinya.

"Mbak Aster," Aster terkejut mendengar teriakan itu.

"Astaghfirullah Mbak kaget Ris." Bocah delapan tahun itu tertawa melihat keterkejutan Aster.

"Mama sama Mbak Fida lagi bagiin makanan," Faris memberitahu Aster padahal  Aster belum bertanya.

Akhirnya Aster memilih menghampiri Faris, ia meletakkan testpack nya di meja karena gamis yang dikenakannya tidak bersaku.

"Dimana Ris," tanya Aster.

"Emm... Biasanya sih dibawa ke panti asuhan Mbak, sisanya dibagikan ke tetangga."

"Kok kamu nggak ikut? Kan naik mobil," tanya Aster penasaran.

"Faris disuruh jagain Mbak Aster di rumah, kan katanya Mbak Aster lagi hamil. Takut kenapa-kenapa kalau ditinggal sendirian."

Aster tertawa, "Nggak kebalik Ris?."

Faris ikut tertawa, "Wah ya nggak dong Mbak." Faris sedikit menjeda ucapannya, lalu bocah itu melanjutkan lagi kalimat yang tertunda. "Faris kira Mbak Aster nggak suka sama Faris, soalnya nggak pernah ngajak Faris ngobrol."

"Eh, bukan gitu Ris. Mbak cuma nggak tau kamu suka obrolan yang seperti apa."

"Maaf ya Mbak, Faris sudah berburuk sangka kepada Mbak Aster."

Aster tersenyum maklum dan mengacak rambut Faris.

"Mbak Aster pernah mengagumi sesuatu? Entah itu manusia, benda, atau apapun deh," Tanya Faris.

Aster terlihat berpikir. "Iya Ris, Mbak Aster mengagumi Wright bersaudara."

"Penemu pesawat terbang ya Mbak?"

"Wah kok kamu tau Ris?, Pinter banget kamu."

"Iya dong Mbak, alasan spesifik apa yang membuat Mbak Aster kagum sama Wright bersaudara?,"

Aster terlihat berpikir, menimang segala sesuatu yang akan ia ucapkan.

"Kan keren Ris, Dunia mencatat Wright bersaudara merancang pesawat sendiri, dan melakukan penerbangan pertama tahun 1903."

"Mbak tahu nggak Abbas bin Firnas?," Tanya Faris kemudian.

"Beliau siapa sih Ris? Kok Mbak nggak pernah dengar."

"Abbas bin Firnas, juga dikenal dengan Abbas Abu Al-Qasim bin Firnas ibn Wirdas Al-Takurini. Seorang polimatik Andalusia, seorang penemu, fisikawan, kimiawan, musisi Andalusia, teknisi, dan seorang penyair bahasa Arab. Pada tahun 875 Masehi, Abbas bin Firnas menciptakan sebuah pesawat kayu sederhana kemudian menerbangkannya dengan dia sebagai pengendali atau bisa disebut juga pilotnya. Beliau mengumpulkan masyarakat Cordoba untuk melihat penerbangan pertamanya. Abbas bin Firnas memilih bukit Jabal Al-Arus yang memiliki titik tolak lebih tinggi.  Beliau mengudara di langit Cordoba sekitar sepuluh menit."

Aster speechless, ternyata ada ilmuwan muslim yang lebih dulu melakukan penerbangan. Kemana saja dia selama ini? Mengapa wawasannya begitu cetek? Bahkan ia malu bahwa yang memberitahunya adalah seorang bocah berusia delapan tahun. Terpaut sepuluh tahun dari usianya.

"Mbak, Mbak Aster nggak apa-apa?," Tanya Faris yang melihat kakak iparnya terbengong-bengong.

"Eh, Astaghfirullah. Maaf ya Ris, Mbak Aster melamun. Banyak ya Ris ilmuwan muslim? Hebat-hebat pula, Mbak nggak pernah tahu."

"Banyak Mbak, contohnya Ibnu Siena, Bapak Kedokteran Dunia, Al-Khawarizmi, ilmuwan matematika yang menemukan penomoran 1 sampai 10, juga menemukan konsep Aljabar dan Algoritma, selanjutnya Jabir ibn Hayyan, seorang ahli kimia dari Iran, Beliau orang pertama yang mengidentifikasi zat yang bisa melarutkan emas, beliau juga orang pertama yang menemukan asam sulfat, asam klorida, dan asam nitrat, ada lagi Mbak, namanya Ibnu Al-Nafis, ilmuwan muslim dari Damaskus yang pertama kali mengungkapkan teori pembuluh darah kapiler, Ibnu Al-Nafis juga sering dijuluki sebagai bapak fisiologi peredaran darah. Ah pokoknya ada banyak deh Mbak."

Hari itu sambil menunggu Bu Rahayu dan Fida pulang, Aster menghabiskan banyak waktu dengan Faris untuk menambah ilmu.

Mrs. Aster [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang