9.

8K 824 4
                                    

"Assalamualaikum."

"Wuih salam anjir, tumbenan lu salam As."

"Duh Bu Us mah emang beda."

"Makmur As."

Aster menghela nafas, layar berukuran lima inchi itu menampilkan wajah teman-temannya.

Lewat sebuah aplikasi, mereka bercengkrama dengan memanfaatkan fitur video call.

"Lu ngapain aja di rumah As?," Itu suara Maira.

"Nganggur Mai."

"Jangan manggil Mai dong As, kesannya kayak Maisaroh."

Kalimat yang dilontarkan Maira itu sontak mengundang tawa yang lainnya.

"Si Dira cowoknya baru anjir."

"Eh ngarang ya anda, gue masih betah jomblo ini."

"Alah ilang mampus lu Dir."

Aster hanya tertawa, tidak menanggapi apapun.

Gadis itu menjadi pendengar setia celotehan teman-temannya.

"Eh As, ikut kumpul yuk," Ajak Alina pada Aster.

"Iya As, sekali-kali gitu," Kata Fina

"Lu kan jarang keluar As, kangen nih gue sama elu," Risa ikut menimpali.

"Gue mager seriusan," Aster menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Dih bilang aja lu nggak mau jauh-jauh dari laki lu ye kan."

"Kagak Ya Allah, beneran mager gue tuh. " Kekeuh Aster.

"Dih nggak asik lu As, jangan bilang lu takut minta izin sama laki lu. Ngaku lu anjir."

Fatih yang sedari tadi rebahan di samping istrinya pun menoleh.

Sedangkan Aster, karena tak enak hati gadis itu buru-buru mengucap salam dan mengakhiri sesi video call-nya.

"Kamu mau kumpul sama temanmu As? Saya izinkan," kata Fatih mengawali pembicaraan.

"Nggak mas, Aster di rumah saja."

"Kenapa?," Tanya Fatih.

"Nggak apa-apa Mas."

Aster yang duduk bersandar pada kepala ranjang itu kini mulai merebahkan dirinya.

Fatih yang mengetahui itu langsung memiringkan tubuhnya menghadap sang istri yang sedang telentang.

"Sini hadap saya As."

Aster menurut, ia dan Fatih kini saling berhadapan.

Lelaki itu mencabut jarum pentul yang tersemat di dekat dagu sang istri.

Sekarang kerudung Aster sudah terlepas, Fatih melemparkan kain persegi panjang itu ke nakas disamping ranjang.

"As, saya menikahi kamu bukan untuk mengekang kamu. Silahkan kamu berkumpul dengan teman-teman mu, nikmati waktumu As, saya tidak akan melarang selama kamu tidak melanggar perintah Allah," kata Fatih panjang lebar sembari mengusap puncak kepala Aster.

Aster menghentikan tangan Fatih yang masih bertengger di kepalanya.

Gadis itu menggenggam tangan sang suami dengan tangan mungilnya.

"Aster beneran mager tau Mas, males aja gitu keluar rumah di siang hari pas lagi terik-teriknya."

Fatih terkekeh, "Mageran dasar."

"As kamu keluar rumah main sama temen mager, tapi kok kerjaan rumah kamu semua yang beresin?."

Aster tertawa, "Mas kerjaan rumah itu kan kewajiban Aster, jadi ya harus Aster yang kerjain dong."

"Tapi saya nggak tega As."

Aster membekap mulut Fatih, "Diem Mas, Aster ngantuk."

Lelaki itu menyingkirkan tangan sang istri dari mulutnya, "As jawab saya dulu."

"Apa Mas?," tanya Aster.

"Kenapa kamu dikasih nama Aster?."

Aster tertawa, "Oh masih konsisten sama pertanyaan yang itu."

Fatih mengangguk antusias.

"Mungkin, Ibu suka sama bunga aster."

Keduanya sama-sama terdiam.

Aster kembali berceloteh.

"Kesabaran, Keanggunan , Kehalusan."

Kesabaran itu artinya ibu ingin Aster menjadi seseorang yang sabar, tidak mudah mengeluh, dan tidak mudah menyerah.

Keanggunan, Bunga Aster adalah simbol besar bagi wanita yang dianggap wanita sejati dan berkelas. Ibu ingin, Aster menjadi sosok wanita sejati yang tangguh, dan wanita berkelas yang membuat orang-orang terkesima.

Kehalusan, Bunga Aster melambangkan kepribadian yang lembut, baik dan hampir rapuh. Ini artinya ibu ingin Aster lemah lembut dalam bertutur kata, dan baik kepada sesama tanpa membedakan."

Fatih mengangguk paham.

"Ah pokoknya banyak deh Mas, Aster jadi bingung."

Fatih terkekeh, "Bagus sekali artinya As."

"Iya dong Mas, nama adalah doa jadi setiap orang tua pasti akan memberikan nama yang terbaik bagi buah hatinya."

Lagi-lagi Fatih mengangguk, menyetujui apa yang diucapkan Aster.

Usai rasa penasarannya hilang, tak lama kemudian lelaki itu memejamkan matanya, menembus dunia mimpi.

Aster pun ikut memejamkan mata karena sudah larut malam.

Goler kanan, goler kini, mencari posisi yang nyaman. Berputar, duduk lagi, rebahan lagi, ah menyebalkan. Aster sudah tidak mengantuk. Padahal tadi gadis itu mengantuk berat.

Ia mengambil ponsel pintar kesayangannya.
Daripada galau nggak bisa tidur ya mending nonton Drama Korea.

Ia ikut menangis ketika Ko Moon Young yang diperankan oleh So Ye Ji menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf kepada Moon Sang Tae penyandang autisme yang diperankan oleh Oh Jung Se.

Adegan itu membuat hati Aster terenyuh. Gadis itu menenggelamkan kepalanya dibalik bantal untuk meredam tangisnya.

"Bisa-bisanya aku nonton beginian nangis, tapi kalau ingat dosa nggak pernah nangis,"
Kata Aster bermonolog.

Aster mematikan ponselnya, lagi-lagi gadis itu sibuk mencari posisi nyaman.

Tidak bisa, matanya tetap enggan menutup. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya.

Ia menatap wajah teduh suaminya yang sedang mendengkur halus.

Tidak dipungkiri, Fatih memang tampan. Alis tebal, hidung mancung, bibir merah muda dengan kumis tipis-tipis.

Otot-otot ditangannya juga menonjol, memberikan kesan dekap-able.

Senyumnya juga menawan. Aster pun harus berhati-hati, selama ini memang ia dan Fatih terlihat mesra, namun tidak menutup kemungkinan bahwa lelaki itu sebenarnya tidak mencintai Aster.

Begitupun Aster, ia tidak akan jatuh cinta sebelum Fatih yang jatuh cinta terlebih dahulu kepadanya.

Gadis itu mengusap lengan suaminya.

"Mas Fatih, Mas..."

"Eughh," Fatih melenguh pelan lalu membuka matanya perlahan.

"Tidur As, sudah malam."

Aster menengok jam dinding, pukul setengah dua belas malam.

"Mas Aster nggak bisa tidur."

Lelaki itu mendekap sang istri.

"Kenapa dikasih nama Fatih?," Tanya Aster.

"Sultan Muhammad Al-Fatih, kamu mau tau ceritanya?."

Mrs. Aster [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang