Chapter 3: Small Changes

103 10 0
                                    

Nayeon membilas ujung rambutnya yang terkena cokelat tadi. Masalah rambut bisa diatasi, tapi bagaimana dengan bajunya yang kotor?

Tidak apa-apa, aku hanya perlu menunggu kostum panggungku siap.

Setelah menata rambutnya agar bisa menutupi noda di baju, Nayeon kembali ke ruang acara dan duduk di salah satu kursi. Ruangan sudah bersih. Sampah sisa-sisa acara tadi sudah dibersihkan bersama-sama. Setelah itu, panitia acara tahunan satu per satu pergi menyiapkan kebutuhan untuk nanti malam, hari kedua festival tahunan. Di ruangan itu tersisa satu orang selain Nayeon. Orang yang sangat ingin dihindari Nayeon saat ini: Jinyoung.

Soal kejadian tadi, Nayeon tidak bisa bicara apa-apa. Nayeon tidak tahu persis apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu. Jinyoung melihat Suzy bersama dengan Myungsoo dan lelaki itu terpaku detik itu juga.

Akan tetapi, jika diingat-ingat lagi, kurang lebih itu karenanya. Malam kemarin, di venue kegiatan tahunan, Nayeon melihat Jinyoung dan Suzy bertengkar.

"Apa Nayeon lebih baik dariku?"

Kata-kata itu dan kalimat-kalimat kebencian selanjutnya membuat dada Nayeon sesak. Dia tidak pernah ikut campur dalam hubungan dua orang itu, kenapa ia disangkutpautkan dengan relasi keduanya?

"Hei, melamun saja!"

Nayeon tersentak merasakan dingin di pipinya. Ia kemudian memukul lengan lelaki di sampingnya yang ia pastikan adalah pelakunya.

"Hehe, maaf. Memangnya kau melamunkan apa, sih, sampai tidak tahu aku di sini?"

Nayeon hanya diam dan memasang muka kesal.

"Oh, kau memakainya?" Mata Seongwoo memerhatikan benda yang melingkari jari Nayeon.

Mood Nayeon naik drastis dan dia, tentu saja, menanggapi dengan riang. "Dangyeonhaji!"

Perkataannya itu membuatnya dihadiahi cubitan gemas di pipinya oleh Seongwoo.

"Seongwoo-ya, kau itu menyebalkan sekali, sih!"

Seongwoo memajukan kursinya. "Begitu, ya? Lalu, jika aku tidak menyebalkan, orang yang kusuka mau menerimaku, begitu?"

Nayeon menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana? Aku menyukaimu, Im Nayeon. Kau mau menerimaku? Aku janji tidak akan jadi Seongwoo yang menyebalkan, hanya—"

Nayeon tertawa kecil. "Maaf, Ong Seongwoo. Aku, Im Nayeon, menolakmu dengan penuh hormat."

Seongwoo mengepalkan tangannya dan berseru, "Yeah! Aku masih punya peluang."

"Kau tidak capai memangnya, Seongwoo-ssi?"

Bukan Nayeon yang mengatakan itu.

"Menyukai gadis yang tidak menyukaimu itu tidak ada gunanya." Jinyoung bergabung ke meja Nayeon dan Seongwoo.

"Nayeon masih menyukaiku, Sunbae. Tenang saja." Seongwoo tersenyum pada Jinyoung. "Ya, meskipun aku tidak bisa membuatnya mencintaiku."

Nayeon menghargai Seongwoo. Lelaki itu tahu kalau dirinya sudah terikat dengan seseorang dan dia menghormatinya. Perasaannya sendiri memang penting, tapi bagi Seongwoo, melihat Nayeon tersenyum sudah bisa membuat dirinya bahagia. Tidak perlu menjadikan Nayeon sebagai miliknya.

"Sunbae tidak pergi? Jarang sekali masih tinggal." Seongwoo berkata jujur.

"Tidak. Tidak ada yang perlu dijemput, lagipula."

Seongwoo hanya ber-oh pelan, sedangkan Nayeon melirik Jinyoung dengan ekor matanya. Lelaki itu mengetik sesuatu di ponselnya.

Ting!

From: Jinyoung-sunbae

Ada yang harus kubicarakan denganmu.

"Nayeon, kau mau ke venue sekarang? Biar sekalian denganku. Dowoon memintaku segera ke sana." Tawar Seongwoo.

Nayeon menggeleng. "Aku masih ada urusan di sini, Seongwoo. Terima kasih tawarannya."

"Kalau begitu, aku ke sana dulu. Kalau kau perlu apa-apa, hubungi saja aku. Mari, Sunbae. See you soon, chagiya!" Seongwoo tertawa kecil dan pergi dengan tasnya. Tersisa Nayeon yang tersenyum canggung dan Jinyoung yang menunggu Seongwoo benar-benar keluar.

Ting!

From: Mina-chan <3

Aku sudah pulang dengan Momo-eonni sedari tadi, Eonni. Kita bertemu lagi nanti malam, oke?

"Kau sudah tahu kejadian kemarin jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi, kan?"

Nayeon mengalihkan pandangan dari ponselnya ke Jinyoung. "Tentang apa, Sunbae?"

"Aku dan Suzy berakhir."

Nayeon meletakkan ponselnya di meja. Ia tidak menyangka kalau Jinyoung dan Suzy benar-benar putus karenanya. Eh, benar atau tidak?

"Bisa dibilang karenamu juga."

"Maaf." ujar Nayeon sambil mengusap tengkuknya. Ia merasa tidak enak meskipun sebenarnya dia tidak salah apa-apa.

"Kau jangan salah paham dengan semuanya, Nayeon. Aku tidak memiliki perasaan padamu. Suzy menganggap kau itu adalah masalah, tapi kau tidak perlu memikirkannya."

Nayeon mengangguk. Lagipula, ia tidak pernah berpikir seperti itu. Hatinya sudah terkunci pada satu orang saja.

"Jangan lupa, besok rapat final untuk majalah kampus. Jangan sampai tidak datang."

Lelaki itu kembali berlalu begitu saja.

Atau tidak.

"Um," Jinyoung berbalik dan membuka tas punggungnya, "bajumu pasti tidak nyaman. Ini baju olahragaku—bersih. Pakai saja. Dan, maaf soal yang tadi."

Nayeon menatap kaus yang disodorkan Jinyoung.

"Jihyo pasti belum menyiapkan kostumnya. Kalaupun sudah, kau harus berjalan ke lantai tiga untuk mendapatkannya."

"Baiklah. Terima kasih, Sunbae. Akan aku kembalikan setelah kucuci."

Jinyoung hanya mengangguk dan menggendong tas punggungnya kembali.

"Jangan terlalu patah hati, Sunbae. Kalau Sunbae seperti ini, bagaimana dengan yang lain? Bersemangatlah untuk teman-teman, untuk kampus, juga untuk Sunbae sendiri." Nayeon menepuk bahu Jinyoung dan melangkah pergi.

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang