Chapter 9: A Guest

79 4 0
                                    

Ting.

Momo dan Mina membuka pintu dan terkejut mendapati seseorang yang berdiri di depan mereka. Tidak berbeda jauh, orang itu juga kaget.

"Kau di Korea, Mina? Momo-eonni juga?"

Mina tersenyum manis dan memeluk tamunya itu. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Ayo masuk,"

Perempuan itu dengan senang hati melangkah ke dalam apartemen Momo dan Mina. "Kalian apa kabar?"

"Kami baik-baik saja. Aku dan Momo-eonni baru kembali ke sini sekitar dua minggu lalu. Aku suka sekali berada di sini."

Momo mengangguk. "Aku juga. Oh ya, kau mau minum apa?"

"Tidak usah repot-repot, Eonni."

"Tidak, kok. Kuambilkan minum dulu, ya."

Sebagai tamu yang baik, perempuan itu tidak mengelak. Sambil menunggu Momo, ia berbincang-bincang dengan Mina. "Di mana Nayeon-eonni?"

"Nayeon-eonni ada rapat di kampus. Kau ada perlu dengannya?"

"Iya. Aku tadi ke rumahnya, tetapi Bibi Im bilang dia sedang menginap di rumah temannya dan beliau memberiku alamat apartemenmu. Hm, apa Nayeon-eonni masih lama?"

Mina berpikir sebentar sebelum menimpali, "Aku tidak tahu, tapi Eonni sudah pergi sejak tadi."

"Aku akan menunggu saja kalau begitu."

"Baiklah. Ngomong-ngomong, apa kau masih tinggal di Busan?"

Perempuan itu mengiyakan. "Aku masih ingat saat kau, Momo-eonni, Nayeon-eonni, dan Youngjae-oppa mengantarku hingga stasiun. Aku juga masih menyimpan kenang-kenangan dari kalian."

Momo yang baru kembali dari dapur menyahut, "Iya. Dulu, kita selalu bersama. Nayeon-eonni yang membelaku dan Mina saat kami di-bully."

"Terima kasih, Eonni." Tamu itu meneguk minumnya lalu kembali bicara, "Nayeon-eonni sudah seperti kakakku sendiri. Rasanya aku bisa tumbuh dengan baik berkat Nayeon-eonni."

Mina mengangguk. "Aku ingat kau menangis saat diolok-olok pendek dan tidak ada yang mau berteman denganmu. Bahkan, ketika Nayeon-eonni mengenalkanmu padaku dan Youngjae-oppa, kami sempat ragu untuk menjadi temanmu."

Perempuan itu tergelak. "Betul. Aku dulu penasaran kenapa murid pendiam sepertimu bisa berteman dengan Youngjae-oppa yang ributnya tidak keruan. Ternyata kalian saudara."

"Aku sebenarnya tidak sanggup mendengar ocehan Youngjae-oppa juga saat itu. Sampai sekarang pun juga begitu. Cuma Nayeon-eonni yang selalu mendengarkan dan menanggapi Youngjae-oppa. Mereka jadi sangat dekat."

"Iya, iya! Andai Nayeon-eonni tidak ada, kita tidak akan sepercaya diri ini."

Momo setuju. "Nayeon-eonni benar-benar menjaga kita dengan baik."

"Tentang Youngjae-oppa, bagaimana kabarnya? Sudah lama aku tidak melihatnya."

Mina menepuk keningnya. "Oh, aku lupa bilang. Oppa ada di Busan. Dia jadi perwakilan universitas untuk sebuah program selama satu semester. Kau harus menemuinya kapan-kapan."

"Wah, iya? Tentu saja aku akan mengunjunginya. Boleh kuminta nomor ponsel kalian untuk kuhubungi?"

Setelah berbagi nomor telepon, mereka membicarakan masa-masa yang sudah berlalu sambil tertawa bersama.

"Eh, Nayeon-eonni baru mengirimiku pesan kalau dia harus mengurus beberapa hal dan mungkin pulang lebih sore. Kau benar akan menunggu?"

Setelah mengecek waktu, tamu itu menggeleng. "Aku tidak bisa tinggal sampai sore, aku harus menyiapkan—oh ya, aku ke sini untuk memberikan undangan pertunanganku."

"Wah, selamat untuk pertunanganmu. Rasanya baru kemarin kita bermain-main bersama. Sekarang kau sudah akan menikah."

"Ei, rencana pernikahannya masih lama." Perempuan itu membuka tasnya dan mencari selembar amplop besar. Dia menyerahkan amplop itu ke Mina. "Aku tidak tahu kalian di sini, jadi aku hanya membawa satu untuk Nayeon-eonni. Tapi, aku akan senang kalau kalian juga datang."

"Acaranya di Busan?"

"Tidak. Acaranya digelar di Seoul."

Mina membuka amplop undangan dengan penasaran. Ia ingin tahu siapa lelaki beruntung yang mendapatkan temannya satu ini. Namun, begitu nama itu muncul, Mina dan Momo—yang sama antusiasnya dengan Mina—mematung dan kehilangan kesadaran mereka sesaat.

"Rosé, kau bertunangan dengan—"

Perempuan itu terkekeh. "Lucu, bukan? Setelah sekian lama tidak bertemu, aku bertemu dengannya di kampusku setahun lalu. Aku awalnya terkejut ketika Jackson-oppa bilang dia adalah kekasih Nayeon-eonni."

Momo meneguk ludahnya. "Sejak ... kapan?"

Rosé sedikit bingung dengan pertanyaan Momo, tetapi kemudian dia menjawab dengan wajah berseri. "Oh, maksud Eonni sejak kapan kami kembali?"

Momo menganggukkan kepalanya yang terasa kaku.

"Nayeon-eonni dan Jackson-oppa putus enam bulan lalu. Aku sempat sedih mendengarnya. Tapi, Jackson-oppa bilang mereka berpisah dengan baik. Satu bulan kemudian, aku sadar kalau aku masih menyukainya—haha, padahal sudah lama sekali. Bisa dibilang dia first love-ku."

Mina dan Momo tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Bukannya Nayeon baru saja memamerkan cincin dari Jackson tempo hari?

"Oppa menerimaku dan karena kami memang sudah mengenal lama, orang tuaku mengusulkan agar kami bertunangan. Aku hanya menganggapnya candaan sampai Jackson-oppa benar-benar melamarku bulan lalu." Pipi gadis itu berseri.

"Nayeon-eonni putus dengan Jackson-oppa?" Kalimat itu dilontarkan Momo tanpa kesadaran penuh. Kalimat yang bisa menyinggung Rosé itu nyatanya ditanggapi dengan senyum.

"Eonni belum bercerita padamu?"

Mina yang sebenarnya masih tidak percaya mencoba menenangkan Momo agar gadis itu tidak berkomentar lebih jauh dengan menyentuh tangannya lembut.

"Aku menemukan undangan untuk Nayeon-eonni di tas Jackson-oppa. Pasti dia lupa memberikannya. Untung saja aku menemukannya. Acaranya tinggal seminggu lagi."

"Haha, iya."

Momo melirik Mina yang bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa.

"Aku sangat berharap Nayeon-eonni bisa datang. Yah, meskipun Eonni pernah menjadi kekasih Jackson-oppa, mereka tidak membenci satu sama lain, bukan? Eonni pasti senang mendengar berita pertunanganku."

"Rosé—"

Mina cepat-cepat menyela ucapan Momo. "Tentu saja Nayeon-eonni akan senang."

"Ah, Appa sudah menyuruhku kembali. Aku harus melihat gaunku lagi. Sayang sekali, aku masih ingin di sini," kata Rosé sedikit kecewa, "tapi aku senang telah bertemu kalian. Sampaikan salamku ke Nayeon-eonni, ya? Sampai bertemu di acara pertunanganku."

Sebagai tuan rumah yang baik, Mina dan Momo mengantar Rosé hingga ke daun pintu. Begitu gadis itu tidak terlihat lagi, Mina menutup pintu.

Dengan suara bergetar, Momo berujar pada Mina, "Apa yang harus kita katakan ke Nayeon-eonni, Mina?"

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang