Chapter 11: Shall I?

69 4 0
                                    

"Mina, Momo, lihat apa yang kubawa!" Nayeon sedikit berteriak karena dia tidak melihat kedua temannya itu.

"Eoh, Eonni, kau sudah pulang?"

Nayeon meletakkan makanan yang dibelinya di meja makan lalu menatap Mina dan Momo yang baru keluar dari kamar tidur. "Iya. Aku membeli makanan kesukaan kalian. Ayo duduk,"

Mina dan Momo menarik kursi.

"Ada seorang perempuan seusia Mina yang memberiku mawar gratis tadi," ujar Nayeon sambil memasukkan bunga ke botol yang sudah diisi air. "Cantik, bukan?"

Mina mengangguk. "Cantik sekali."

Nayeon membuka kotak makanan dan memindahkan lauk ke piring Mina, Momo, dan dirinya sendiri. Setelah Nayeon mengangkat sendoknya, barulah Mina dan Momo ikut makan.

"Kenapa Eonni membeli banyak makanan begini?"

"Suasana hatiku sedang bagus hari ini."

Mina dan Momo saling bertatapan. Mereka berdua sudah sepakat akan menanyakan bagaimana hubungan Jackson dan Nayeon saat ini. Mereka ingin memastikan apakah yang dikatakan Rosé benar walau kelihatannya mustahil.

"Aku akan mengunjungi Eomma besok. Kalian mau ikut?"

"Tentu. Kami tidak ada kelas, kok." jawab Mina.

"Hm, Eonni..."

Nayeon menatap Momo. "Ada apa?"

"Jackson-sunbae belum memberi kabar sama sekali, ya?"

Nayeon menghela napas. "Belum."

"Kenapa Eonni tetap betah dengan orang seperti itu, sih?" Mina berkomentar.

Yang ditanyai hanya diam.

"Coba Eonni tanyakan lagi kejelasan hubungan Eonni dengannya. Aku tidak bisa melihat Eonni seperti ini. Kalian itu tidak seperti pasangan kekasih, tahu." ujar Mina terang-terangan.

"Jackson-oppa hanya sibuk."

Momo hanya menatap temannya itu miris. Ya, sibuk dengan pertunangannya bersama orang lain.

***

"Seongwoo,"

Lelaki yang dipanggil itu menoleh. "Aku baru saja hendak meneleponmu."

"Tidak keberatan menunggu Momo dan Mina?"

Seongwoo menjawab, "Keberatan."

"Eh," Nayeon tidak mengharapkan jawaban itu.

"Tapi aku tidak akan keberatan kalau kita menunggu sambil makan. Kau yang membayar, ya!"

Nayeon berdecih. "Sudah aku duga. Ya sudah, ayo ke kantin."

Seongwoo mengepalkan tangannya di udara tanda rencananya sukses. "Aku ingin makan daging."

"Kita ke kantin, Seongwoo, bukan ke restoran."

Dua orang itu berjalan beriringan sambil tertawa. Sampai di kantin, mereka berdua membeli makanan (lebih tepatnya, Seongwoo yang memilih dan Nayeon yang membayar). Kemudian, mereka duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu kantin.

"Wah, terima kasih, Nayeon. Jarang sekali aku makan nasi teriyaki di kantin."

Nayeon yang cuma memesan ramen hanya tersenyum miring. "Makan pelan-pelan saja! Kau ini benar-benar,"

"Benar-benar tampan, ya?"

Mengenal Seongwoo sejak kelas 10, Nayeon tidak terkejut mendengarnya. Candaan itu sudah familiar di antara mereka, tetapi tetap saja membuat keduanya tertawa.

"Hei, kalian berdua saja, seperti orang pacaran!"

Seongwoo menatap perempuan yang sekarang duduk di depannya. "Daripada kau, sendirian saja. Seperti tidak punya pacar!"

"Taeyong ada kelas." Jisoo membuka bungkus sumpitnya. "Tidak biasanya kau makan nasi teriyaki."

"Aku yang membayar."

Jisoo tertawa. "Di mana-mana, laki-laki yang harus membayar."

Seongwoo tidak menghiraukan kalimat Jisoo. Ia malah mengganti topik pembicaraan. "Sudah beberapa hari aku tidak melihat Jinyoung-sunbae."

"Ei," Nayeon dan Jisoo memandang Seongwoo aneh.

"Apa?"

"Jangan-jangan kau..." Jisoo bergidik.

"Tidak ya!" Seongwoo membelalakkan matanya. "Aneh saja, kemarin-kemarin kita bertemu dengannya setiap hari."

"Haha, iya juga sebenarnya." Jisoo kembali tertawa. "Kau sih, belum punya kekasih! Aku jadi berpikiran yang tidak-tidak."

Berbicara tentang kekasih, Nayeon masih memikirkan ucapan Mina beberapa hari yang lalu. Ia melirik benda di jarinya lagi. Setelah bernapas berat, gadis itu tiba-tiba bertanya, "Menurut kalian, aku harus bagaimana?"

"Bagaimana apa?"

"Mina bilang padaku untuk menanyakan kejelasan hubunganku kepada Jackson-oppa."

"Oh, kekasihmu yang tidak ada kabarnya itu?" Jisoo menanggapi. Sedikit banyak, Nayeon telah bercerita tentang kekasihnya pada Jisoo. "Tanyakan saja. Jika dia sungguh-sungguh menyukaimu, tentu saja itu bagus. Kalau tidak, putuskan saja."

Nayeon tersenyum kecut. "Masalahnya, aku tidak bisa menghubunginya. Selain itu, aku juga takut. Bagaimana kalau—"

"Hyung pasti menyukaimu. Apa yang dipikirkan Mina sebenarnya? Tentu saja Jackson-hyung suka padamu," Seongwoo menyahut, "aku juga."

Nayeon memukul pelan lengan lelaki itu. "Aku serius!"

"Kau pikir aku bercanda?"

Gadis itu menggembungkan pipinya menahan kesal.

Sementara itu, Seongwoo tersenyum melihatnya. "Iya, aku menyebalkan. Aku tahu. Oh ya, kudengar Youngjae berulang tahun?"

"Sudah empat hari lalu! Kau kemana saja, sih?"

Jisoo yang dari tadi menonton drama roman picisan itu menepuk meja dengan keras, membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya. "Astaga, aku lupa!"

"Apa, Jisoo?"

"Kau besok bebas, kan? Menginaplah di rumahku lalu temani aku ke salon besok,"

Sebelum Nayeon sempat protes, Jisoo mengerjapkan matanya beberapa kali sambil berkata, "Ya, ya, ya?"

"Kau tidak pantas ber-aegyo seperti itu," Seongwoo mencibir.

"Kau diam saja!" Jisoo merengut, "Taeyong sudah berjanji ikut orang tuanya pergi rumah pamannya. Eomma dan Appa tidak ada di rumah. Kau tega membiarkanku sendiri, eoh?"

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang