Chapter 32: Denouement

124 10 1
                                    

"Seongwoo!" Nayeon berlari mengejar lelaki yang ada di sisi lain lapangan yang berseberangan dengannya. "Berhenti!"

"Tidak mau!"

"Ong-Seong-woo," ujar Nayeon dengan napas memburu.

"Kejar aku kalau kau bisa!"

Nayeon berhenti dan mengatur napasnya.

"Hei, masa kau sudah capai? Kau tidak ingin bunganya?"

Nayeon merapikan anak rambutnya yang berantakan. Ia lalu berjalan mendekati Seongwoo. Namun, belum sampai ia berdiri di depan lelaki itu, Seongwoo sudah berlari lagi. Nayeon tidak menyerah dan menyusul Seongwoo.

Seongwoo mempercepat langkahnya dan memastikan buket bunga yang dipegangnya masih baik-baik saja. Nyatanya, beberapa kelopak bunga sudah rontok dihempas angin. Seongwoo tersenyum kecut, Nayeon pasti akan marah padanya.

"Seongwoo, berhentilah, jebal."

Seongwoo mengecek Nayeon di belakangnya dan tertawa mengejek. "Kalau kau ingin mendapatkannya, kau harus menangkapku dulu!"

Nayeon merapatkan bibirnya dan berlari secepat mungkin. Saking cepatnya, ia tidak memperhatikan kalau jalurnya menyimpang dan ada pot di jalannya. "Aduh,"

"Astaga, kau baik-baik saja?"

"O-oh, Jinyoung-sunbae?"

"Kakimu berdarah, lututmu juga. Pasti sakit." Jinyoung membalikkan badannya dan berjongkok. "Naiklah ke punggungku. Kau harus ke ruang kesehatan."

Nayeon mengerjapkan matanya melihat lelaki yang masih memakai toga di depannya itu.

"Kakimu sangat sakit, ya, sampai tidak bisa—"

"Wisudanya sudah selesai?"

Jinyoung menatap Nayeon. "Kau terluka dan masih sempat menanyakan itu?"

"Nayeon, ya ampun, kau jatuh?" Seongwoo yang baru sadar kalau Nayeon jatuh segera menghampiri gadis itu. "Aku minta maaf."

Nayeon menatap buket bunga yang dipegang Seongwoo. Ia menghela napas.

"Ayo ke ruang kesehatan dulu. Kakimu perlu diobati."

***

"Selamat atas kelulusannya, Sunbae."

Mereka baru tiba di ruang kesehatan dan kalimat itulah yang pertama diucapkan Nayeon. Jinyoung menarik napas. "Bagaimana bisa tidak melihat kalau ada pot, sih?"

Nayeon diam saja. Ia menundukkan kepalanya.

"Itu, sebenarnya Nayeon mengejarku Sunbae." Seongwoo mengaku.

"Kenapa berlarian seperti itu?" tanya Jinyoung sembari mengobati luka Nayeon.

"Aku ingin menggoda Nayeon dengan—"

Nayeon melirik Seongwoo, melemparkan tatapan pada lelaki itu agar diam saja

"—eh, sepertinya Dowoon mencariku. Aku pergi dulu, Sunbae, Nayeon."

Jinyoung hanya mengiyakan, sedangkan Nayeon tidak merespon apa-apa.

"Sunbae, biar aku sendiri—"

"Tidak."

Nayeon menutup mulutnya dan mengawasi Jinyoung yang sama sekali tidak melihatnya.

Ketika selesai menutup luka Nayeon, Jinyoung keluar dari bilik itu. Ia meletakkan peralatan kesehatan ke tempatnya semula. Ketika mengambil air minum, ia tidak sengaja melihat buket bunga yang dibawa Seongwoo tadi.

Jinyoung memperhatikan buket itu dan melihat selembar kartu ucapan di antara batang bunga. Ia mengambil kartu itu dan membacanya.

Selamat atas kelulusannya! Semoga bunga-bunga ini bisa membuat hati Sunbae senang, seperti aku yang senang ketika Sunbae di dekatku.

Aku mencintaimu, hehe.

Terlihat jelas kalau kalimat terakhir itu dihapus beberapa kali sebelum ditulis ulang lagi. Jinyoung tersenyum melihatnya. Ia meletakkan kartu itu di sakunya dan melangkah kembali ke bilik Nayeon.

"Kenapa kau tidak bilang?" Jinyoung menyodorkan segelas air putih pada Nayeon.

Nayeon meminum air itu dan meletakkannya di meja sebelahnya. "Maaf, aku dan Seongwoo tadi hanya bermain-main saja—"

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau mengejar Seongwoo untuk mengambil kembali buket bunga yang akan kau berikan kepadaku, hm?"

"Oh, Sunbae sudah tahu." Pipi Nayeon menghangat. Ia menghindari mata Jinyoung, tapi tetap menjawab. "Maaf, bunganya banyak yang jatuh. Padahal, aku sudah memilih bunga-bunga yang biasanya Sunbae pilihkan."

"Itu salah Seongwoo, kenapa kau yang minta maaf?" Jinyoung mengangkat kedua ujung bibirnya. "Aku suka sekali dengan bunganya. Tidak masalah kalau banyak yang rontok, kita bisa membelinya lagi."

Nayeon menganggukkan kepalanya pelan, berusaha merespon meskipun dia masih kecewa dengan hadiahnya yang rusak.

"Sudah, tidak perlu sedih." Jinyoung menghibur Nayeon. "Geunde, sampai kapan kau mau memanggilku seperti itu? Seperti kebanyakan orang, aku ingin dipanggil kekasihku dengan manis."

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang