Chapter 15: Breakdown

69 5 0
                                    

Jinyoung menarik gadis itu ke pelukannya. "Semua akan baik-baik saja."

"Apa—apa Sunbae juga tahu? Mina ... Momo, mereka bahkan datang. Dan, Namjoon-sunbae, dia bilang... ah, apa semuanya bohong?"

"Aku tidak pernah mendengarmu dari Jackson."

"Jadi," Nayeon masih menyembunyikan wajahnya di dekapan Jinyoung sambil terisak, "memang benar dia tidak mencintaiku."

"Mungkin." Jinyoung meneguk ludahnya. "Tapi jangan khawatir, aku ada untukmu. Mina dan Momo—"

"Mereka menutupinya dariku, Sunbae." Nayeon berkata lirih.

Jinyoung mengangguk meski gadis itu tidak bisa melihatnya. "Mungkin mereka menyembunyikannya darimu, tetapi mereka juga punya alasan. Aku yakin mereka pasti punya alasan."

"Aku tahu, tapi..."

Jinyoung sedikit menjauhkan tubuhnya dan meletakkan tangannya di kedua pundak Nayeon. "Lihat aku. Aku tidak ingin melihatmu menangis seperti ini. Mereka pasti juga begitu, bukan?"

Nayeon menatap mata Jinyoung. Dia mulai percaya.

"Kau bilang padaku untuk mulai peka kepada orang lain. Kau juga harus kuat untuk mereka, ya, Nayeon?" Jinyoung menyeka air mata di pipi gadis itu dengan tangannya.

"Baiklah,"

"Hm, sepertinya di sini sudah sangat dingin. Mau makan sesuatu yang hangat?"

***

"Makanlah,"

"Terima kasih, Sunbae."

Jinyoung tersenyum melihat Nayeon yang mulai membaik. "Dari tadi, Seongwoo meneleponku. Dia khawatir denganmu. Dia baru tahu malam ini tentang... ya, kau tahu."

Nayeon hanya mengangguk sambil menyendok supnya yang masih hangat.

"Aku tadi memang bilang kalau aku tidak ingin melihatmu menangis, tapi kalau itu membuatmu lebih baik, tidak apa-apa. Hubungi aku kalau kau mau bercerita, atau menangis, atau apa pun itu. "

Nayeon mengangguk lagi. Beberapa detik kemudian, ia meletakkan alat makannya. "Terima kasih, Sunbae. Untuk semuanya."

"Aku tidak keberatan, kok, untuk selalu ada untukmu."

***

"Nayeon!"

"Nayeon-eonni!"

Kedatangan Nayeon di apartemen Mina dan Momo itu disambut orang-orang di sana, termasuk Jisoo dan Seongwoo.

Mina melangkah mendekati Nayeon dan memeluk gadis itu. "Aku minta maaf, Eonni. Aku—"

"Tidak apa-apa, Mina. Aku sangat lelah sekarang. Biarkan aku istirahat, ya?" Nayeon melepas pelukan Mina, tersenyum padanya, dan berjalan ke kamar.

Mina dan Momo yang hendak menyusul Nayeon dihentikan oleh Jinyoung. "Biarkan Nayeon sendiri dulu. Dia sudah makan, jadi tidak perlu memaksanya keluar malam ini."

"Terima kasih, Sunbae."

"Ya. Aku akan pulang kalau begitu. Aku permisi."

Setelah Jinyoung pergi, Jisoo melangkah menuju kamar Nayeon. Belum sempat dia mengetuk pintu, Seongwoo sudah menghentikannya.

"Seongwoo—"

"Kau tidak mendengar Jinyoung-sunbae tadi?" Meski sedikit enggan, Seongwoo mengutip perkataan seniornya itu, "Biarkan Nayeon sendiri dulu."

Jisoo menghela napas dan membalikkan badan menjauh. Ia mengambil tasnya dan berpamitan kepada tuan rumah. "Kalau begitu, aku pulang. Um... aku minta maaf telah mengajak Nayeon ke sana. Kalau dia keluar dari kamarnya, sampaikan maafku."

"Baik, Sunbae."

Seongwoo pun ikut berpamitan dan pulang, memberikan kesempatan Mina dan Momo untuk berbicara berdua.

"Kita bicara dengan Eonni besok saja. Sekarang, kau mau makan? Kau pasti lapar."

Mina melirik jendela kecil di atas pintu kamar Nayeon yang gelap. Lampu kamarnya sudah dimatikan. Gadis itu pasti sudah berbaring tidur.

"Eonni sudah makan bersama Jinyoung-sunbae. Kau belum makan dari tadi siang, Mina."

Mina akhirnya mengangguk. Ia melangkah menuju meja makan dan menunggu Momo yang memasak ramyeon. Setelah berkutat dengan pikirannya sendiri, dia angkat bicara. "Eonni, apa Nayeon-eonni akan baik-baik saja?"

Momo menoleh ke gadis itu sebentar dan tersenyum hambar. "Aku yakin Nayeon-eonni akan bisa melewati ini semua. Kita harus membantunya. Bagaimanapun, kita yang... kita yang menutupi ini semua dari Eonni. Eonni pasti sangat kecewa. Namun, hanya itu yang bisa kita lakukan untuk meminta maaf—selalu bersamanya."

Mina menghela napas berat. "Aku tidak tahu keadaannya akan seperti ini."

"Tidak ada yang tahu, Mina," Momo mengangkat baki berisi dua mangkuk ramyeon ke meja makan, "kita sudah berusaha semampu kita menyembunyikannya."

"Mungkin harusnya kita bilang saja ke Nayeon-eonni."

"Aku pikir kalau Eonni mendengarnya dari Jackson-sunbae sendiri akan lebih baik, tapi... ah, semuanya sudah terjadi."

Mereka berdua menyelesaikan makan malam dengan cukup hening. Masing-masing masih diliputi perasaan bersalah.

Sebelum pergi ke kamar untuk tidur, mereka berdua berhenti di depan kamar Nayeon. Mina berkata pelan, "Selamat ulang tahun, Nayeon-eonni."

Momo menambahi. "Maafkan kami tidak bisa membuat ulang tahunmu menyenangkan. Maafkan kami sudah merusak harimu."

"Aku juga minta maaf." Mina sesegukan, dia menangis. Momo menenangkannya dengan menepuk-nepuk pundaknya. Gadis itu kemudian merangkul Mina. "Sudahlah, ayo tidur."

"Jangan benci kami, ya, Eonni. Tetaplah jadi Nayeon-eonni yang kami kenal." kata Mina sebelum melangkah ke kamarnya sendiri.

Tanpa Mina dan Momo tahu, Nayeon mendengarkan.

Dia mendengar mereka sedari tadi.

Dia mengeluarkan air matanya sedari tadi.

Dia duduk memeluk lutut dan bersandar di kaki dipannya sedari tadi.

Dia membekap mulutnya dan berusaha menangis dalam diam untuk mereka sedari tadi.

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang