Chapter 16: Fine

64 4 0
                                    

"Segera mandi, Mina, Momo. Bukankah kalian ada kelas pagi ini?"

Mina dan Momo yang baru keluar dari kamar segera memeluk figur yang sedang menyiapkan sarapan itu.

"Hei, kenapa?"

"Kami minta maaf, Eonni. Kami—"

Nayeon mengelus rambut Mina dan Momo bergantian. "Tidak perlu minta maaf. Lupakan saja tentang itu. Aku yang harusnya minta maaf membiarkan kalian makan malam dengan ramyeon."

Mina melepas pelukannya dan menatap Nayeon yang tersenyum. "Eonni juga tidak perlu minta maaf."

"Sudah, sudah. Kalian bersiap-siaplah. Makanannya akan dingin kalau kalian terlalu lama."

Melihat eonni-nya yang sudah baik-baik saja, Mina dan Momo lekas menyambar handuk dan mandi. Mereka kemudian berdandan dan keluar dari kamar.

"Aku sudah bilang ke Eomma untuk tinggal lebih lama di sini, tidak apa-apa?"

Momo mengangguk dan tersenyum gembira. "Tentu saja! Kami senang kalau Eonni di sini."

"Eung. Kalian duduk dan makanlah."

Suasana pagi itu jauh lebih baik daripada tadi malam. Meja makan itu dipenuhi obrolan yang menyenangkan. Usai mereka menghabiskan sarapan, mereka mencuci alat makan bersama.

"Hei, kalian—"

Momo berteriak karena terkejut, "ASTAGA! PENCURI!"

"Aku bukan pencuri. Aku Seongwoo." Seongwoo tertawa kecil dari pintu dapur.

"Kau tidak boleh menerobos ke rumah orang seenaknya begitu, Seongwoo."

Seongwoo menurunkan sudut bibirnya. "Aku sudah mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang membuka. Lagipula kalian membiarkan pintu tidak terkunci begitu."

"Eh, Eonni tidak mengunci pintu?" Mina menyipitkan matanya ke Momo. Momo pun menepuk dahinya sendiri. "Ah, iya! Aku lupa."

"Lain kali jangan lupa; berbahaya." Nayeon yang sudah selesai dengan cuciannya melirik Seongwoo, "kau mau makan?"

"Tidak, aku sudah sarapan. Tapi, aku tidak keberatan kalau kau membungkuskan makanan untukku." Seongwoo mendekati Nayeon.

"Hm." Nayeon hanya berdeham untuk menanggapi Seongwoo. Meski begitu, dia tetap menyiapkan kotak makan untuk lelaki itu.

"Seongwoo-ssi, kau mau mengantar kami ke kampus, ya?"

"Eh," Lelaki itu mengusap tengkuknya. Sebenarnya, dia pagi-pagi ke sini untuk mengecek keadaan Nayeon. Akan tetapi, melihat mood Nayeon yang bagus, Seongwoo tidak ingin merusaknya. "Kau juga berangkat bersama kami, Nayeon?"

Nayeon menutup kotak makan dan menyerahkannya ke Seongwoo. "Kelasku masih siang nanti."

Seungwoo melirik Mina dan Momo. "Bagaimana, ya? Aku tidak ada kelas hari ini."

"Lalu kenapa ke sini?" Mina memasang wajah kesal.

"Bukan untukmu yang pasti." Seongwoo meledek. Sementara itu, yang diledek sudah memutar matanya.

"Kalian tidak apa-apa menunggu sebentar? Aku akan bersiap-siap dan mengantar kalian."

"Eh, Eonni, tidak usah. Kami akan berangkat sendiri saja."

Nayeon yang tahu kedua temannya itu tidak akan berkata iya pun segera pergi ke kamar dan mengganti bajunya. Dia keluar dengan tas di tangannya. "Ayo berangkat,"

Seongwoo segera berdiri dari tempat duduknya.

"Kau kenapa? Katanya tidak ada kelas?"

Mina dan Momo diam-diam menertawakan Seongwoo.

"Ya, jangan marah seperti itu. Kau jadi tidak cantik nantinya." Seongwoo mengikuti Nayeon yang berjalan keluar dari dapur. Begitu pula Mina dan Momo.

"Aku tetap cantik meskipun aku marah."

Seongwoo tersenyum "Iya, iya, tapi jangan marah padaku, ya?"

"Tidak, kok," Nayeon membuka pintu depan, "tapi aku tidak akan berangkat bersamamu."

Seongwoo meringis. "Jangan begitu. Aku tidak keberatan mengantar kalian, kok."

***

"Lagipula, kenapa sih kau datang pagi-pagi?"

Ya, Nayeon bersama Mina dan Momo akhirnya berangkat juga dengan Seongwoo. Sekarang, gadis itu sedang ada di kantin dan menunggui Seongwoo yang menyantap makanan.

"Ck, katanya sudah sarapan tadi. Makanmu saja seperti orang kelaparan."

"Hehe, berdebat denganmu membuatku jadi lapar. Um, aku berangkat pagi untuk menemui Im Nayeon yang paling cantik ini."

Nayeon sedikit bergidik geli mendengar alasan Seongwoo.

"Nayeon!" Jisoo menyapa, "kau baik-baik saja?"

Seongwoo melotot seolah-olah mengatakan "Kenapa kau bertanya begitu?!"

Jisoo yang menyadarinya pun menutup mulutnya. "Ah, maaf."

"Teman-teman, aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir. Dan kau, Seongwoo, jangan menatap Jisoo seperti itu. Menakutkan, tahu tidak?"

Jisoo duduk di samping Nayeon dan tertawa kecil. "Dia selalu menakutkan, jadi aku tidak heran."

Seongwoo meneruskan makanannya dengan rakus.

"Hei, pelan-pelan saja. Ada nasi di ujung bibirmu. Astaga," Nayeon mengambil beberapa tisu dari kotaknya. Sementara itu, Seongwoo diam saja; mengira gadis itu hendak mengelap bibirnya. Namun, Nayeon hanya menyodorkan tisu yang sudah dilipatnya.

"Hm, kau jahat sekali. Kupikir kau mau membersihkannya untukku."

"Memangnya aku siapamu? Bersihkan sendiri!"

Jisoo terkikik dan mengetuk kepala Seongwoo pelan. "Ya, kau itu sudah besar! Dan apa tadi? Aegyo? Kupikir kau tidak pernah ber-aegyo, Ong Seongwoo."

"Berhenti menertawakanku, Jisoo."

"Aigoo, kau malu?" Jisoo mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Seongwoo yang menutupi wajahnya.

"Sudah, sudah. Kasihan Seongwoo,"

Jisoo menurunkan ponselnya. "Kalau bukan untuk Nayeon, aku tidak akan berhenti menggodamu, Seongwoo."

Seongwoo memasang muka kesal. "Awas kau, Kim Jisoo."

Jisoo hanya tertawa.

"Oh ya, Jisoo. Gaun kemarin bagaimana? Perlu kucuci dulu atau tidak?"

"Tidak, tidak usah. Aku menyewanya, kok. Aku akan mengambilnya ke rumahmu nanti. Tidak apa-apa, kan?"

"Kelasmu selesai pukul berapa?"

"Pukul satu siang."

"Aku pulang pukul empat, Jisoo. Oh ya, Mina dan Momo pulang pukul satu juga. Kau bisa bilang ke mereka."

Jisoo berpikir sebentar dan mengangguk. "Oke. Kirimkan aku nomornya, ya."

"Iya. Um, Seongwoo, kau tidak pulang?" Nayeon melirik kotak makan yang sudah kosong itu.

"Kau kan masih menunggu kelasmu—"

"OH YA! AKU ADA KELAS!" Jisoo segera beranjak, "Sampai jumpa!"

Nayeon dan Seongwoo hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat teman mereka yang berlarian itu.

Love You | 좋아해 • im nayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang