Satu

2.6K 182 1
                                    

"Bagus sekali Tuan Putri" Madam pompadour, memberi tepuk tangan ketika Athanasia selesai menari mengikuti gerakan yang di contohkan oleh Madam.

Athanasia hanya membungkukkan badan.

"Terima kasih Madam"

"Pelatihan menari ini sampai disini saja, sampai jumpa pekan depan" Madam pompadour berbalik sambil melambaikan tangan.

"Hati-hati di jalan, Madam" Setelah punggung Madam tidak terlihat, Athanasia menghembus nafas kesal.

Mengapa?

Itu karena jadwal makan siang bersama Ayahnya itu.

Dan seorang pengawal berjalan mendekat, memberitahu bahwa Ayahnya itu menunggu di meja makan.

"Tuan Putri, Yang mulia sudah menunggu anda di ruang makan"

"Katakan padanya, aku akan segera kesana" Pengawal tersebut memberi hormat.

"Baik, Tuan Putri" setelah itu, Athanasia berjalan meninggalkan pengawal tadi.

Dia berjalan dengan kesal.

Sampai di kamarnya, para pelayan membantunya untuk berganti pakaian.

Rambutnya di ikat kuda, dan baju yang dikenakannya bewarna biru, selaras dengan mata berliannya. Athanasia berjalan ke ruang makan di temani oleh beberapa pengawal.

Pengawal yang menjaga ruang makan membukakan pintu untuk Athanasia.

Athanasia masuk, dan memberi hormat pada pria pisikopat itu.

"Maaf terlambat Yang Mulia" Claude hanya bersikap acuh tak acuh.

Athanasia menarik kursi dan mendudukinya. Ia mulai mengiris daging steak dengan pisaunya.

Saat ini usia Athanasia de alger obelia adalah 18 tahun.

Dan selama 13 tahun dia berjuang untuk mendapat perhatian Ayahnya. Tetapi, kini dia menyerah, karena mengetahui hati pria tersebut selamanya bukan untuk dirinya.

Dan sekarang, ia takkan pernah lagi memanggil pria pisikopat itu dengan sebutan 'Ayah' tetapi 'Yang Mulia'.

Dentingan-dentingan suara sendok, garpu dan pisau terdengar di seluruh ruangan.

Mereka makan siang dalam diam.

"Tuan Putri, dia sudah datang" Seth, berbisik pada Athanasia.

"Baiklah" Athanasia meletakkan garpu dan sendoknya, dan membersihkan mulutnya dengan saputangan.

Athanasia bangkit dari kursinya dan hormat lagi kepada Claude.

"Saya permisi, segala keagungan dan berkat obelia" Athanasia berjalan keluar ruangan, di ikuti oleh Seth.

Blam

"Seth, dimana dia menungguku?"
Athanasia bertanya tanpa menoleh ke arah Seth.

"Di ruang pribadi anda, Tuan Putri" Seth menggigit bibir bawahnya, karena kepribadian Tuan Putrinya berubah 180° derajat.

Bahkan, saat ini, dia mencaci maki Rajanya, karena telah membuat Tuan Putrinya menjadi dingin. Tidak seperti dulu, ketika dia masih ceria. Bersinar, layaknya Matahari Obelia.

Ketika mereka berdua telah sampai di depan pintu. Pengawal membukakan pintu ruangan.

Bisa dibilang, ruangan ini rahasia. Bahkan Claude tidak tahu adanya ruangan tersebut. Itu karena dia sangat sangat tidak peduli apa yang putrinya lakukan.

"Ah, Tuan Putri!" Pria bersurai keperakan tersenyum berdiri menyambut Athanasia.

Pria beriris emas tersebut bernama Ijekiel Alpheus.

||Death||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang