Dua puluh satu

1.1K 95 14
                                    

Jangan lupakan story aslinya dibuat sama Plutus dan Spoon. dan juga kak  @DiamondDush yang telah mengizinkan saia meminjam bbrp karakter fanficnya UwU.

Happy reading, hati-hati typo bertebaran :D

~o0o~

"Dewi, mereka ada di sana, bukan?" Athanasia bertanya, kakinya terus berlari ke arah perbatasan.

"Ya, tapi kenapa kau berlari?! Kau kan bisa menggunakan teleport sesukamu. Seperti penyihir tua itu."

"Aku hanya menghemat mana ku, Dewi"

"Tapi aku bisa memberikan mana ku padamu bukan?" Dewi terdengar protes. Tidak habis pikir dengan pemikiran Athanasia.

"Mana Dewi terlalu besar untukku, bisa jadi aku akan pingsan karena kelebihan mana" Athanasia menjawab pertanyaan Dewi tanpa beban. Sedikit lagi gadis bersurai blonde itu akan sampai di medan perang yang belum berlangsung.

Dewi hanya cengengesan mendengar jawaban Athanasia. Dia lupa bahwa dia itu Dewi perang dan kehancuran yang bisa menurunkan kiamat kapan saja.

Akhirnya mereka sudah sampai. Di perbatasan yang dikelilingi oleh ksatria Hugale

"..." Athanasia tidak tercengang maupun terkejut melihat ribuan ksatria yang di sihir oleh rajanya sendiri dari balik bukit.

Sihir hitam pekat itu bisa di lihat dengan mata telanjang.

Sangat menjijikkan.

"Jadi? Apa rencanamu?" Dewi bertanya, kepada Athanasia yang menatap kosong para ksatria yang mengerang kesakitan.

"... Seperti biasa." Athanasia langsung berteleport.

Tepat di hadapan ribuan para ksatria yang bagaikan lautan zombie. Mereka sama sekali tidak merasakan kehadiran Athanasia yang berada di dekatnya.

Athanasia mengganti gaunnya dengan pakaian menara, seperti baju menara Lucas, dengan sweeter hitam berleher, dan juga mengganti warna matanya menjadi hijau zamrud yang biasa ia pakai ketika pergi keluar istana secara sembunyi-sembunyi. Ia tak ingin identitasnya sebagai Putri Kerajaan langsung terbongkar. Tangan lentiknya menarik tudung jubah menara. Sehingga rambut blondenya tidak terlihat, sambil memakai topeng yang biasa ia pakai ketika terjun ke medan perang.

"Langsung bertarung."


































"Sampai akhir." Athanasia menjentikkan jarinya.

Ctak

Belati panjang nan tajam kini berada di tangan kanannya. Garis tubuhnya sudah mengeluarkan letupan listrik. Tangannya menggenggam erat belati tajam tersebut, lantas ia melesat cepat, bagaikan cahaya.

Para ksatria yang tidak menyadari Athanasia langsung mengiris kesakitan. Terbuat heboh ketika melihat Athanasia menyerang mereka.

Akhirnya ribuan ksatria kerdil tersebut tersadar, bahwa mereka telah di serang, sebelum pasukan Obelia datang.

Athanasia sekali lagi melesat kesana-kemari. Membunuh ataupun menusuk ksatria kerdil tersebut. Tidak peduli mereka meringis kesakitan atau jubahnya terkena noda darah mereka.

Ksatria yang masih waras segera mengambil tindakan. Mereka akhirnya membuat pertahanan.

"Penyusup! Ada penyusup!!?"

Begitulah keistimewaan Hugale. Kalaupun mereka terkena sihir hitam, kesadarannya masih tetap ada. Kecuali, sihir hitam raja yang bisa mengendalikan seutuhnya para ksatria malang tersebut.

||Death||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang