Empat

1.3K 146 8
                                    

Angin malam menerbangkan anak rambut Athanasia.

Kini, ia berbaring dengan alas rumput di bukit itu. Walaupun Athanasia menutup matanya, ia sama sekali tidak bisa tidur.

Athanasia melihat bulan dan para bintang kembali. Mereka berkerlap-kerlip indah.

Sinar rembulan sedikit menghangatkan Athanasia.

"Apa aku......bisa memilikinya?" Athanasia berkata sambil melihat pemandangan malam yang fantastis.

Syuk

Athanasia menoleh kebelakang sambil duduk di bawah sinar rembulan.

"Aku kira kau berada di istanamu"

Athanasia tercengang.

Ia tidak menyangka, Lucas yang seharusnya terbaring lemah, kini berada dihadapannya.

"Bagaimana.....bisa.." Athanasia tidak bisa berkata-kata. Pemuda yang berada dihadapannya kini tertawa melihat Athanasia yang bengong menatapnya.

"Apakah, kamu..." Athanasia menunjuk Lucas sambil tercengang.

"Ya, aku sudah sembuh" ia mengerutkan dahinya mendengar jawaban Lucas.

'Secepat itu?!'

Seakan tahu apa yang dipikirkannya, pemuda dihadapannya hanya berkata.

"Aku kan penyihir hebat nan jenius" Lucas menyombongkan dirinya.

Setelah beberapa menit, dia menjawab.

"Ya ya. Sekali sakit, kau seperti ingin mati" Athanasia kini berbalik, menatap lurus di hadapannya.

Hamparan gunung terlihat jelas dimatanya.

Lucas hanya terdiam, lalu duduk di dekat Athanasia.

"Hei, ini dingin. Kau bisa-bisa sakit"

"Aku sudah memakai sihir penghangat" Athanasia hanya menjawab dengan acuh tak acuh.

"Cepat pulang, nanti kau dicari oleh Ayahmu" Athanasia refleks menatap Lucas.

Kini pemuda disampingnya menghancurkan moodnya.

"Dia tidak akan khawatir padaku. Dan juga, dia bukan Ayahku" terlihat dimata Athanasia penuh dengan kilatan amarah.

Athanasia kembali menatap lurus dihadapannya.

"Dia Ayahmu kok. Hanya saja, ia menyalahkan dirimu yang merenggut nyawa ibumu"

Athanasia menghela nafas.

"Aku tahu"

"Kau tidak mau menyelamatkan Ayahmu? Dia nanti sekarat lho"

"..."

"Gara-gara sihir hitam yang pernah dipakainya untuk menghapus sebagian ingatan, apalagi, ia dan Chimera itu sudah sering bertemu tanpa sepengatahuanmu"

"..."

"Apa kau tidak mau menyelamatkannya?" Athanasia hanya melamun mendengar pertanyaan Lucas.

"Aku.....tidak tahu"

"Setiap kali aku bertemu dengannya, ia seperti ingin membunuhku"

Tatapan Athanasia terlihat sendu.

Sangat sendu.

'Toh, buat apa aku lahir ke dunia ini kalau pisikopat itu tetap menyalahkanku ataupun ingin membunuhku' batin Athanasia.

Ia tak tahu harus berbuat bagaimana.

Setelah beberapa menit mereka berdua larut dalam pikirannya masing-masing, Lucas berkata lagi.

||Death||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang