Tiga belas

1.2K 154 41
                                    

Sejak Claude bertemu Diana dan Athanasia yang menangis di mimpinya, ia terus berpikir.

Ia harus mengerti maksud dari mimpinya itu.

Kini botol minuman keras berserakan di meja Kaisar.

Cahaya rembulan memaksa masuk ke ruangan Claude melalui celah-celah jendela.

Hanya cahaya rembulan itu yang menjadi penerang ruangan gelap milik Claude.

Tangan besarnya kini menggenggam erat gelas kaca yang berisikan alkohol tersebut.

"Diana.."

"Apa maksudnya semua ini..?" Claude bertanya diantara keheningan.

Kini tangannya menggoyangkan pelan gelas kaca itu.

Felix yang ingin menemani Claude segera di usir. Pria bersurai maroon itu berdiri di depan pintu ruangan dimana Claude berada.

'Nyonya Diana.. Segera pukul kepala Yang Mulia agar dia sadar..' Pria bersurai maroon itu kini berdoa dalam hati.

Berharap mendiang Diana akan baku hantam dengan Claude.

Tapi itu tidak mungkin bukan?

Sementara sang Kaisar yang berada di dalam ruangan tersebut tersentak kaget.

Raut wajahnya langsung berubah menjadi sendu, gelisah, takut, dan penuh penyesalan.

Diana tersenyum miris. Di sekitarnya, ada aura positif mengelilinginya. Diana membuka mulutnya perlahan.

"Cause all the kids are depressed."

"Nothing ever make sense."

"She not feeling alright."


"Staying up 'till sunrise."

*aku ubah dikit liriknya ya~*

Perlahan, setelah Diana mengucapkan kata-kata tersebut, dia menghilang.

Bersama dengan sinar rembulan yang indah.

Kini ruangan dimana sang Kaisar berada menjadi gelap gulita.

"..." Claude yang mendengar kata-kata dari sang mendiang istri langsung terdiam.

Mulutnya terbuka sedikit.

Gelas kaca yang berada di tangannya hampir terlepas dari genggamannya.

Bayang-bayang tragedi yang tragis itu segera muncul di benaknya.

Claude's POV
"Yang Mulia!!" Felix berteriak.

Plaakk!!

Tanganku menampar telak pipi mulus itu.

"Tuan Putri!!!" Lilian York berteriak histeris.

"Menjauh dariku Lily, kau bisa terluka" Dia menoleh ke arah Maid yang pernah menghalangi jalanku.

"Tapi Tuan Putri.."

"Huh, dasar bodoh" aku mengejeknya.

Segera tanganku mengambil benda panjang yang berada tak jauh dariku.

Aku segera mengayunkan benda panjang itu ke arah Lilian.

"Yang Mulia Claude!!!!" Felix, segera berteriak lagi untuk menghentikanku.

Lilian menutup matanya.

Tapi, dia segera berlari melindunginya, dan tepat setelah dia berada di hadapan Lilian York. Dia memeluknya.

||Death||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang