Krn author adalah org yg baik hati *sebenarnyanggaksihya eps 19 up! Walaupun tinggal 1 vote doank :v
————————
"Segala keagungan dan berkat obelia" Athanasia memberi hormat pada Claude dengan wajah datar plus dinginnya. Lantas duduk di kursi yang biasa ia duduki.
Felix menelan ludah. Ia tak menyangka Athanasia akan berwajah datar pada Claude.
Karena sifat cerianya kembali, semua orang mengira Tuan Putri mereka akan berwajah manis di hadapan Claude. Namun, nyatanya tidak.
Claude memandang Athanasia dengan sendu.
Entah apa yang merasuki sang Kaisar.
Kini Athanasia risih karena Claude memandangnya dengan tatapan nanar begitu. Dahinya terlihat berkerut sedikit.
Tak lama setelah itu. Akhirnya, Athanasia sudah menghabiskan sarapannya.
*maap yak, karena we malas bikin dialog pas mereka lagi sarapan :v*
Athanasia bangkit berdiri, lalu memberi hormat pada Claude sekali lagi.
"Saya permisi, Yang Mulia" ucap Athanasia dengan wajah datarnya.
Mulut Claude terbuka sedikit. Ia ingin menahan Athanasia supaya putrinya tetap bersamanya, tapi kata-kata itu hanya sampai diujung tenggorokannya.
Claude mengangguk pasrah. Ia tak tahu harus berbuat apa supaya Athanasia masih bersamanya.
Athanasia berbalik, lalu berjalan meninggalkan Claude.
Di tengah perjalanannya kembali ke rumah keduanya, gadis bersurai blonde itu merasakan sedikit pusing. Manik sapphire tersebut melihat jejak sihir hitam, tentunya tinggal sedikit.
Tangannya segera memijit pelipisnya itu, dahinya kini berkerut sempurna.
"Ukh.." Seth yang berada dibelakang Athanasia segera bertanya.
"Ada apa, Tuan Putri? Apakah anda sakit?" Seth menatap Athanasia khawatir sembari tangannya ingin membopong Athanasia.
"Tidak, tidak usah. Aku baik-baik saja Seth." tapi segera satu tangan Athy menepis tangannya dengan pelan.
"Apakah akan ada peperangan, Seth?" Athanasia bertanya, tanpa menoleh kearah Seth.
Manik sapphire indah itu berkilat tajam.
"B-bagaimana anda tahu, Tuan Putri?" Seth gelagapan menjawab pertanyaan Tuan Putrinya.
"Dimana tempat peperangannya?" tanya Athanasia yang dibalas suara gugup Seth.
"Di, di perbatasan Utara, Tuan Putri"
"Hmn, apakah kerajaan Hugale yang mengajak perang?" sekali lagi Athanasia bertanya.
"Ya, Tuan Putri"
"Apa aku harus menggunakan barier lagi?" gumam Athanasia sembari berpikir sejenak.
"Apakah ada peperangan lagi?"
Athanasia terdiam mendengar suara yang masuk kedalam telinganya.
Sudah lama ia tak mendengar suara merdu nan mencekam tersebut
'Ya. Di perbatasan Utara.'
'Tapi yang ku khawatirkan disana, banyak pemukiman desa yang berada dekat dengan perbatasan Utara.. Aku takut mereka akan di sandera dan dilukai oleh musuh..'
"Bukankah kau mempunyai teman penyihir? Suruh dia saja yang melindungi rakyat yang disana."
'Aku tak mau merepotkannya lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
||Death||
FanfictionJangan baca klo ndk suka. Soalny ni fanfic rada membingungkan :V [ Hanya Fanfiction ] Cerita ini hanya imajinasi author Author hanya meminjam para tokoh karya kak Plutus dan kak Spoon Dan juga, terima kasih kepada kak diamond dush yang telah mengizi...