Lima belas

1.2K 132 16
                                    

Hari ini sudah hari yang ke-7, semenjak Claude menjenguk Athanasia dengan bantuan Lucas yang menahan bariernya.

Claude duduk termenung di kursi meja kerjanya. Dia menatap lesu pada setumpuk dokumen yang harus ia selesaikan.

Felix yang berada di sebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana keadaannya?" setelah terdiam cukup lama, Claude bertanya pada ksatria berdarah merah, dan juga memecahkan keheningan yang melanda di ruang kerjanya.

"..." Felix terdiam. Dia tidak bisa mengucapkan kata satu pun.

Ternyata sihir Athanasia lebih kuat, berbeda yang di pikirkan oleh ksatria tangan kanan raja itu.

"Felix Robane." Claude kini menatapnya, tapi Felix segera menundukkan kepalanya.

Dia menghindari kontak mata dengan Kaisar.

"..sihirnya masih aktif?" Claude bertanya lagi pada ksatria tangan kanannya.

"..." Felix masih terdiam.

Diam berarti 'iya'.

Begitulah pemikiran Kaisar.

"Anak itu ternyata sangat membenciku" Claude memghembuskan nafas berat. Sembari manik sapphire itu menatap keluar jendela.

"..."

'Bukankah anda juga dulu sangat membencinya? Bahkan membuat tulang belakang Tuan Putri sampai retak.' batin Felix sambil menggigit bibir bawahnya.

"Yang Mulia, dokumen-dokumen itu harus di serahkan hari ini" Felix mengingatkan Claude tentang kewajibanya sebagai Kaisar.

Claude hanya mendengus.

Tak lama setelah itu, suara gesekan antara pena dan kertas kini terdengar di dalam ruang kerja Kaisar.
.
.
.

Syuut

Lucas berteleportasi ke rumah kedua Athanasia. Dia kini tertarik dengan seluruh buku di rak besar yang menjadi pintu kamar Athanasia.

Diary

Lucas mengernyitkan dahinya melihat ada buku diary yang terselip di antara buku-buku.

Lantas, tangan besarnya itu mengambil buku diary itu.

Terlihat, ada tulisan kecil di ujung kanan paling bawah.

Athanasia De Alger Obelia

Karena penasaran, Lucas membuka perlahan buku diary Athanasia.

Ternyata tidak ada sihir yang di tanamkan di dalam buku itu.

Kertasnya sangat kusam. Ujung kertasnya juga sudah robek-robek.

Mungkin rayap yang memakannya, supaya orang yang membaca buku diary Athanasia tidak bisa membacanya.

Lucas kini membaca tulisan rapi itu dengan pelan. Supaya orang lain tak dapat mendengarnya.

Entah mengapa aroma dari hujan selalu membuatku merasa nostalgia, ya?

Entah mengapa hati ini selalu bersorak ria setiap kali musim semi akan tiba 

Juga mengapa air mata ini selalu keluar ketika orang-orang menertawakan ku?

Meski begitu, Aku bertanya-tanya Apakah suatu saat nanti semua itu akan mendapatkan imbalan kebaikannya?

Ucapan "Selamat tinggal" rupanya telah menghancurkan hatiku,......

Bahkan hanya dalam beberapa saat, kaki ku pun mulai berhenti saat matahari tenggelam

||Death||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang