STORY 30

9.8K 329 30
                                    

"Dok denyut jantung pasien melemah"

Dokter Dito langsung masuk kedalam kembali untuk mengecek keadaan Kaisar.

Hendika,Mira,Rian,Zidan,dam Stevan terus berdoa untuk Kaisar.

Tak lama kemudian dokter Dito keluar dengan wajah sedih.

"Pasien mau ketemu sama keluarganya"kata dokter Dito.

Mereka pun masuk kedalam. Didalam, mereka semua menangis melihat keadaan Kaisar. Banyak alat alat kedokteran yang menempel di tubuh Kaisar. Wajah Kaisar juga pucat dan Kaisar menatap mereka dengan sayu.

Mira segera menghampiri Kaisar dan mengelus rambut Kaisar. Hendika disampingnya menggenggam tangan Kaisar.

"Bun-bunda"panggil Kaisar.

"Iya sayang ini bunda"kata Mira sambil terus sesenggukan.

Kaisar mengalihkan pandangannya ke arah Hendika.

"A-ayah"kata Kaisar terbata bata.

Kaisar mengalihkan pandangannya ke arah abang dan sahabatnya.

"Kali-an sem-semua maaf ka-kalo selama ini a-aku nyusahin kalian. Nan-ti ka-kalau aku per-pergi kalian jangan sedih"kata Kaisar terbata bata.

Mereka semua menangis bahkan dokter Dito dan suster pun menangis.

"A-a-aku sa-sayang Kalian"

Perlahan mata Kaisar menutup dan tubuhnya menjadi dingin.

Tiiiiittttttt...

Elektrokardiogram pun menunjukkan garis lurus.

"Kaisar sayang KAISAR BANGUN. KAMU NGGAK MUNGKIN NINGGALIN BUNDA KAN?KAISAR"teriak Mira.

Dokter Dito yang masih disana pun segera mengecek denyut nadi Kaisar.

"Maaf pasien tak tertolong"kata dokter Dito dengan sedih.

Semua orang menangis menatap jasad Kaisar yang terbaring di brankar. Mira histeris tak terima.

"NGGAK NGGAK MUNGKIN KAISAR NINGGALIN BUNDA. KAISAR BANGUN SAYANG. KAMU NGGAK MUNGKIN NINGGALIN BUNDA KAN?"

Hendika memeluk Mira dengan erat.

Dan kini tak ada lagi yang namanya Kaisar. Kaisar kini sudah tenang di alam sana.

Selamat tinggal Kaisar.

END

Terima kasih untuk pembaca cerita ini. Dan....

SAMPAI JUMPA LAGI DI CERITAKU YANG LAIN.

Bye🤗

good byeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang