Happy reading 💞
•••
Adirata art.
Begitulah Surya Adirata menamai pameran lukisan yang digelar mewah di Bandung. Adirata family adalah salah satu keluarga yang terpandang dikalangan perusahaan periklanan dan juga seni di kota ini.
Pameran malam itu adalah pameran ke-10 terbesar yang di gelas perusahaan Adirata Art selama berdiri di tahun 1998. Bukan berarti di tahun-tahun yang lain tidak dirayakan. Hanya saja ada masanya digelar dengan lebih mewah dan juga istimewa.
Banyak yang datang. Banyak yang terhibur. Banyak yang memperlihatkan senyum lebar yang tulus begitu melihat maha karya berjejer didinding yang luar biasa aesthetic.
Bagi pecinta seni, sebuah pameran adalah surga. Seni lukis sendiri selalu mempunyai arti yang dalam di setiap goresan kuasnya di canvas. Curahan hati, emosi, perasaan cinta, perasaan sedih beradu dengan warna, menggores setiap inci si putih canvas.
Haikal tidaklah tahu menahu mengenai filosofi sebuah lukisan yang berjejer rapi didepannya ini. Karena ketidak mengertinya inilah yang membuatnya tidak pernah absen untuk datang sejak ia diperkenalkan di keluarga ini.
"Aku pernah baca. Di setiap lukisan itu pasti ada yang namanya cinta." Haikal menoleh ke arah samping. Menatap gadis dengan dress selutut berwarna soft biru dengan rambut tercepol keatas, memperlihatkan leher putih jenjangnya.
She's so damn beautiful, gumam Haikal dalam hati.
"Meskipun dalam artian lukisan itu menceritakan luka, disana tetap ada cinta. Karena luka itu asalnya dari cinta."
Luka itu asalnya dari cinta.
Haikal
"Bunda kamu belum datang?" Tanya Reeyana sambil terus berjalan beriringan dengan gue.
Kita lagi jalan kearah Om Surya sama Tante Fatma buat ngomong bareng, karena gue udah dikode buat gabung sejak masuk ke gedung ini.
"Nunggu Ayah dulu katanya." Jawab gue.
Wajah Reeyana langsung berubah drastis waktu ngeliat kearah Bima.
Sumpah ya, cemburu sama anak kecil wajar gak sih?
Bima sekarang ini umur 6 tahun dan itu artinya dia udah mau masuk SD. Masa dimana bocil lagi bandel-bandelnya. Yang kurang ajar adalah dia bandelnya kalo sama gue, kalo sama Reeyana sok-sok manis gitu, ngerti gasih lo? Manja-manja gitu, suka peluk-peluk sama cium. Ya Allah...
"Wahh, pasangan sudah datang." Gue bersalaman sama Tante Fatma, Om Surya sama Ellen.
"Gimana Om kabarnya? " Udah lama gak ketemu jadi ya gini deh, bakalan ngobrol banyak.
"Baik dong Alhamdulillah. Bunda sama Ayah mu belum datang?"
Gue gak fokus ditanya gitu gara-gara ngeliat Bima lagi bucin ke Reeyana.
"Udah otw kok. Bentar lagi dateng."
Om Surya dan keluarganya adalah orang yang paling akrab dengan gue dari dua saudara Bunda yang lain.
Silsilahnya begini. Kakek Widianto Adirata dan Pramesti Adirata punya empat anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Anak pertama Mahendra Adirata, anak kedua Rantyana Adirata, anak ketiga Masayu Adirata Bunda gue, dan yang terakhir Surya Adirata.
Masing-masing adalah penerus perusahaan Adirata corp, termasuk Om Surya yang mengambil alih dibidang periklanan dan juga seni.
Hanya Bunda dan Ayah gue yang tidak sejalur dengan mereka. Ayah adalah seorang guru SMA dan Bunda hanyalah ibu rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
reeya [ PASTOLOGY ]
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ; FOLLOW DULU ] [ s ] selfish ❝ there's nothing wrong with being selfish ❞