a hug

981 204 16
                                    

happy reading <3


•••






Barang kali ini adalah hal termenyesalkan bagi seorang Reeyana. Gadis itu beberapa kali menghela nafas panjang sambil duduk memeluk lututnya.

Ia benar-benar merasa segalanya berubah semenjak kehadiran seorang Stephanie dua bulan ini. Entahlah... Hanya saja gadis itu begitu terang-terangan menguji kesabaran Reeyana.

Setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Haikal, Reeyana memilih meninggalkan tempat itu menuju cafe milik Anna. Begitu sampai, ia langsung berjalan menuju lantai dua yang memang hanya untuk pengunjung private.

Selang lima belas menit, orang yang ia tunggu akhirnya datang.

Tiga hari berlalu begitu saja sejak kejadian di tempat soto Cici. Reeyana sangat sadar bahwa itu semua adalah kesalahannya. Dan semakin salah ketika dengan bodohnya ia memilih diam pasif dan tidak mau menyelesaikan permasalah ini dengan cepat.

Haikal masih berdiri didepan Reeyana tanpa berniat untuk duduk. Situasinya semakin membuat Reeyana dilanda rasa bersalah yang mendalam ketika melihat raut wajah Haikal yang datar dan cenderung dingin.

Gadis itu beranjak dari duduknya kemudian berjalan mendekat kearah Haikal.

Tinggi mereka tidaklah terlalu jauh. Reeyana memiliki tinggi sebatas bahu Haikal yang membuatnya harus sedikit mendongak untuk melihat wajah lelaki itu.

"Aku bingung mau mulai darimana..."

"Kal, I'm sorry..."

Cup

Reeyana mematung ditempat dengan bibir terkunci rapat. Haikal dengan wajah tanpa ekspresi sambil menaikkan sebelah alisnya. Bahkan ia tidak memberikan tanggapan apapun setelah mencium bibir Reeyana singkat.

"Aku beneran mau minta-"

Cup

"Haikal, aku mau minta-"

Cup

Sebenernya ada apa dengan Haikal? Reeyana menatap lelaki itu cukup lama...

"Aku minta maaf!" Ujar Reeyana dengan cepat sambil menutup bibirnya dengan tangan hingga membuat pergerakan Haikal tertahan.

"Kal!" Sentak Reeyana dengan kesal karena di abaikan.

Haikal tidak bergeming dengan mata yang tetap terfokus pada Reeyana. Rasanya lelaki itu seperti tidak membiarkan matanya berkedip.

"Aku kangen."

Hanya dengan satu kalimat itu hati Reeyana serasa tercabik-cabik kemudian di beri perasan jeruk nipis. Perih.

Setelah semua yang telah terjadi, masih sempat-sempatnya Haikal mengucapkan kata rindu? Terbuat dari apa hati lelaki itu?

Kepala Reeyana tertunduk dengan air mata yang tidak dapat terbendung lagi. Bodoh, ia benar-benar bodoh.

Bilang saja jika Reeyana adalah gadis tertolol dan tercengang di dunia ini.

Haikal berjalan semakin mendekati kemudian mengikis jarak di antara mereka dengan menarik Reeyana kedalam pelukannya.

Ia rindu gadisnya ini. Sangat.

Rasanya ia benar-benar tidak mampu untuk sekedar menyimpan amarah padanya. Memang betul ia kecewa. Lebih tepatnya sedikit kecewa karena Reeyana melanggar janji mereka. Tetapi hal itu seolah tidak cukup untuk membuatnya betah berlama-lama tidak bertemu Reeyana.

reeya [ PASTOLOGY ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang