happy reading <3
•••
Haikal meremas foto itu dengan emosi. Ia berlari meninggalkan teman-temannya yang masih bingung dengan yang terjadi barusan.Rahang nya semakin mengeras ketika mendapati sosok yang di carinya tengah duduk dengan santai menghadap ke panti Kuta yang menyuguhkan pemandangan sunset.
"Hi, Kal..." Sapa gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya.
Untuk sesaat Haikal benar-benar ingin bersikap kasar kalau saja Han bukanlah seorang perempuan.
Ia benar-benar benci dengan gadis di depannya ini. Bahkan untuk memandangnya saja Haikal benar-benar sangat muak.
"Nice, sunset Bali dengan fakta yang lo lakuin barusan gak akan merubah apapun. How's beautiful?" Ujar Haikal dengan sarkas.
Han menoleh sambil matanya menelisik Haikal dengan teliti, dari ujung kepala hingga kaki. Ia rindu dengan segala sesuatu yang ada pada Haikal. Senyumnya, wanginya, leluconnya, apapun itu.
"I miss you." Haikal tertawa dengan keras sambil menatap Han miris.
Benar-benar tidak ada gunanya ia menemui gadis ini.
"I swear and I still love you."
Haikal menatap Han tidak suka. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Haikal bertemu dengan orang seegois ini. Setelah apa yang dilakukan di masa lalu kemudian datang kedalam hidup Haikal kembali membuat cowok itu tidak habis pikir.
"After all of this? Bener-bener sejahat itu ya lo?" Sahut Haikal yang seketika membuat Han merasakan perih yang teramat dalam di dadanya.
"Gue gak suka cara lo, Al. Lo pergi duluan ninggalin gue, dan lo udah gak ada hak lagi sama apa yang gue lakuin. Lo gak berhak, Al..." Haikal menghela nafas panjang.
"Lo gak ada hak untuk ikut campur urusan hidup gue lagi. Lo gak ada hak untuk mengklaim diri lo sebagai orang penting di hidup gue and talking shit to Reeyana. Because you're nothing to me. Lo bukan apa-apa semenjak kertas berwarna biru itu lo kasih ke gue."
Han tertegur beberapa saat. Ia tahu yang dilakukannya kepada Haikal adalah hal yang jahat.
Bukankah di setiap tindakan pasti ada alasannya? Ia memiliki alasan dibalik kepergiannya. Alasan yang sampai sekarang tidak akan pernah bisa ia ceritakan kepada Haikal, karena hal itu menyakitkan baginya.
"I have a reason, Kal. Dan waktu itu kamu mau nunggu aku." Haikal tertawa miris.
"Apa? Sakit? Gue tahu semuanya."
Kali ini Han benar-benar dibuat mati kutu dengan perkataan Haikal.
"K-kamu tahu darimana?" Tanya Han dengan wajah yang luar biasa kaget. Ia tidak pernah menceritakan hal ini pada Haikal sebelumnya.
"Kadang lucu banget saat itu lo lupa sedeket apa gue sama keluarga lo. Ya... Your Mom told me about what happened to you. You know what, saat itu untuk pertama kalinya gue nangisin seorang cewek selain nyokap kandung gue yang milih buat tinggalin gue di pantai asuhan. Gue benci nunggu semenjak gue disuruh nunggu nyokap di pantai asuhan. Tapi bodohnya gue ngira lo berbeda."
"Gue nunggu, Al. Gue nunggu lo tiap hari di lapangan basket lama tempat basecamp kita bertiga... Gue, lo, Marcel. Nothing change, karena lo ada di negara lain."
Han terdiam dengan dada yang semakin sesak ketika Haikal mengingatkan dirinya akan hari berat dimana Han harus pergi meninggalkan kenangan mereka.
"Tapi aku balik, Kal. Aku pulang ke kamu, sekarang." Ujar Han dengan bibir bergetar menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
reeya [ PASTOLOGY ]
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ; FOLLOW DULU ] [ s ] selfish ❝ there's nothing wrong with being selfish ❞