Chapter One

13.3K 679 3
                                    

Bunyi derap langkah kaki memenuhi koridor yang masih terlihat sepi, hanya ada beberapa murid yang berdiri didepan kelas. Dan dengan langkah riang Rose memasuki dan melempar senyum ke sebagian temannya yang sudah datang pagi seperti dirinya.

Rose selalu datang pagi bukan tanpa alasan tapi karena dia terlalu malas menyaksikan kedua orang tuanya yang selalu beradu argumen. Bahkan dia pergi begitu saja tanpa pamit dan tak mempedulikan teriakan sang kakak yang memanggil namanya.

Sejujurnya Rose bukanlah sosok yang rajin tapi karena dia benar-benar merasa bosan makanya dengan senang hati dia membersihkan papan tulis yang penuh dengan coretan. Dia ini tipikal cewek yang tak bisa berdiam diri karena dengan dirinya yang aktif dia bisa menutupi segala kesedihannya dari orang lain.

Berbeda lagi dengan Lisa gadis berponi itu malah bersikap dingin kepada semua orang untuk menutupi kekecewaan nya pada sang ayah yang lebih mementingkan pekerjaan. Dia hanya bersikap hangat kepada sang kakak, Jisoo.

"Lisa-ya, Unnie tau kau kecewa tapi cobalah untuk bersosialisasi karena itu akan membuat hidupmu lebih bahagia."

Lisa sama sekali tak menanggapi ucapan sang kakak, dia turun begitu saja setelah mengecup singkat dahi Jisoo. Dan setelah mobil sang kakak melesat jauh dia berjalan memasuki pekarangan sekolah dengan wajah datar andalannya.

Sudah terhitung empat belas hari Lisa bersekolah di Seoul hight school, tapi selama itu pula dia selalu sendiri tanpa ada teman.

Awal nya Jisoo dan Lisa tinggal di Canada bersama sang ayah tapi karena Suho harus mengurus cabang perusahaan nya yang berada dikorea dengan terpaksa mereka juga ikut pindah.

"Lisa bolehkah aku duduk bersamamu? Hari ini Tzuyu tidak masuk dan kau tau kan aku tidak suka duduk sendiri." Sebelum Lisa menjawab Rose sudah terlebih dahulu mendudukkan dirinya.

Lisa hanya menatap sekilas karena dia sama sekali tidak peduli dan suaranya begitu berharga hanya untuk menanggapi ucapan cewek yang dia tak tahu namanya.

"Lisa ambilkan penggaris itu! Aku tak bisa menjangkaunya."

"Lisa pulpen ku terjatuh didekatmu, tolong ambilkan."

"Aku tak mengerti apa yang diterangkan oleh guru itu, bisakah nanti kau jelaskan kepadaku?"

Semua ucapan Rose hanya dianggap angin lalu oleh Lisa tapi meskipun begitu gadis blonde itu tak pernah menyerah. Dia hanya ingin berteman dengan gadis berponi itu.

Rose menyimpan semua peralatannya kedalam tas, lalu hendak menyusul Lisa yang sudah keluar duluan. Ketika Rose ingin memanggil Lisa sebuah tangan terlebih dahulu mengenggamnya dan membawanya kembali masuk kelas.

"Makanlah, kau pasti lapar. Unnie sengaja singgah di cafe favoritmu." Jennie tersenyum melihat adiknya makan dengan lahap. Tak sia-sia dia dihukum karena terlambat kesekolah.

"Lain kali jangan seperti itu lagi, suara Unnie sampai habis karena memanggilmu."

"Kau sangat berlebihan Unnie, buktinya sekarang kau masih bisa berbicara."

Rose mengatakannya dengan mulut penuh makanan, Jennie menyodorkan botol minum ketika adiknya itu tersedak dan mengusap lembut punggung sang adik.

"Bukannya Unnie sudah sering bilang jangan berbicara ketika sedang makan." Ucap Jennie kesal sambil menutup dan meletakkan botol air minum diatas meja.

"Kau selalu sering bilang begitu Unnie, tapi kau juga yang selalu mengajakku berbicara." Ucap Rose tak kalah kesalnya.

......

Meskipun Lisa sudah pindah sekolah tetap saja setiap jam istirahat dia selalu pergi ke taman belakang sekolah yang sepi. Mengobrol dengan sang kakak lewat Video Call. Jisoo tau adiknya itu pasti menghabiskan waktu istirahatnya sendiri.

Sebenarnya Jisoo bukan tak pandai bersosialisasi tapi karena baginya Lisa adalah segalanya maka dia rela merelakan menghabiskan waktunya bersama sang adik. Menolak tawaran teman barunya untuk pergi ke kantin bersama.

"Sungguh Unnie, aku tak apa kalau kau tak menghubungiku. Aku sudah terbiasa sendiri." Jisoo menghela nafas menatap layar ponsel yang menampakkan wajah adiknya. Meskipun adiknya selalu bilang baik-baik saja tapi Jisoo tau kalau gadis berponi itu sangat membutuhkan teman untuk mengerti dirinya.

"Unnie tak akan berhenti menghubungimu sebelum kau mempunyai teman dan mempertemukannya dengan Unnie." Ucap Jisoo mutlak dan Lisa hanya bisa menghela nafas pasrah.

Karena percuma dia berdebat dengan Jisoo, ucapan kakaknya itu tak akan bisa diganggu gugat. Lisa benar-benar meruntuki waktu yang terasa berjalan lambat, dia ingin segera menutup panggilannya dengan Jisoo. Dan terbebas dari Omelan sang kakak yang panjang kali lebar, untung saja telinga Lisa sudah biasa mendengarnya.

"Besok pagi Unnie akan menyiapkan bekalmu terlebih dahulu dan kau harus memakannya didepan mata Unnie." Jisoo benar-benar merasa bersalah, seharusnya dia ingat kalau Lisa tak akan pergi ke tempat yang ramai seperti kantin dan sekarang adiknya itu belum makan siang.

"Unnie, yang benar saja aku tak mungkin pergi ke kampusmu hanya untuk makan siang."

Ditempatnya Jisoo terkekeh, sejak pindah ke korea dan Suho semakin sibuk Lisa selalu berbicara seadanya dan semakin dingin. Dan hari ini Lisa kembali bergurau walaupun hanya kepadanya.

"Dasar, maksud Unnie kau makan sambil kita Video Call."

Diamondfrsh, 27 Juli 2020

Selamat membaca karya hasil kegabutan aku...

See you di chapter berikutnya

Chapter berikutnya tergantung Vote dan komen dari kalian

Silahkan dimasukkan kedalam perpustakaan kalian...

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang