Chapter Six

3.8K 429 3
                                    

Rose menuruni tangga sambil bersenandung kecil, dia akan mengunjungi Tzuyu yang sedang sakit. Makanya tadi disekolah dia duduk dengan Lisa.

"Rose-ya kau mau kemana?"

"Ke rumah Tzuyu. Unnie mau ikut?" Jennie menggeleng sekarang adalah hari-hari tersibuknya untuk belajar bahkan disekitarnya penuh dengan tumpukan buku.

"Unnie aku pergi dulu. Semangat belajarnya aku menyayangimu." Jennie terkekeh, Rose adiknya itu selalu berhasil membuatnya ketawa.

Mobil mewah milik Rose sampai di mansion sahabatnya, gadis blonde itu memasuki rumah Tzuyu seperti rumahnya sendiri. Tersenyum kearah maid yang menyapanya lalu melanjutkan langkahnya ke lantai 2 tempat kamar Tzuyu berada.

"Aish, kau mengejutkan ku." Rose sama sekali tidak tampak merasa bersalah, ini sudah menjadi kebiasaannya setiap kali berkunjung ke rumah Tzuyu membuka pintu tanpa diketuk dahulu.

"Kau bilang sakit tapi malah joget-joget seperti orang gila." Tzuyu mendelik menarik tangan sahabatnya yang masih berdiri diambang pintu. Lalu menutup dan mengunci pintunya rapat-rapat.

"Diamlah kau bisa menghancurkan sandiwara ku." Tzuyu duduk disamping Rose menatap sahabatnya yang terlihat kesal.

"Kenapa kau tak bilang? Aku tak perlu repot-repot kesini." Rose ingin beranjak dari sana tapi suara Tzuyu menghentikan langkahnya.

"Maaf...." Rose berbalik tak biasanya Tzuyu berkata seperti itu." Brownies nya tolong ditinggalkan."

Gadis blonde itu mendengus seharusnya dia berpikir realistis mana mungkin seorang Tzuyu mau meminta maaf. Bersahabat semenjak kelas satu SMA membuat Rose mengetahui sifat Tzuyu, gadis yang suka melakukan berbagai cara hanya untuk menarik perhatian kedua orang tuanya.

Meskipun terlihat kesal tetap saja Rose memberikan brownies yang memang dia belikan untuk gadis itu.

........

Sedari tadi Lisa berjalan dengan kepala menunduk, hidupnya sama sekali tak menarik terlalu monoton. Dia ingin seperti orang kebanyakan yang menghabiskan masa remajanya bersama orang-orang tersayang.

Biasanya gadis berponi itu selalu keluar bersama Jisoo tapi sekarang kakaknya itu sibuk dengan tugasnya. Dia menendang botol yang tergeletak tak berdaya dengan kaki panjangnya, berharap dengan cara itu pikirannya bisa sedikit lebih tenang.

Akhir-akhir ini dia sering berperang melawan batinnya yang menginginkan menerima sang Ayah tapi otaknya malah berpikir sebaliknya.

"Hey! Siapa yang melempar botol ke kepala ku." Saat mata tajam pria yang berteriak tertuju padanya Lisa hanya bisa memalingkan wajah.

"Itu pasti kau kan?" Lisa terlonjak kaget pria ini seperti hantu yang muncul tiba-tiba.

"Nona kau tak bisa mengelak! Disini hanya ada kita berdua, tak mungkin aku yang melempar ke kepalaku sendiri kan?" Lisa mendengus padahal dia belum memberikan pembelaan tapi pria ini sudah menyudutkannya.

"Memangnya kenapa kalau aku yang melakukannya?"

"Kau masih bertanya kenapa? Tidak merasa bersalah? Daebak! Kau benar-benar gadis yang menyebalkan."

"Seharusnya aku yang mengatakan itu! Kau menyebalkan! Menjengkelkan! Merusak hariku yang sudah buruk." Baru kali ini Lisa berbicara panjang lebar pada orang asing. Bukankah seharusnya kita memberikan dia penghargaan?

"Kenapa kau malah menyalahkan ku! Aku tau hari-hari mu memang selalu buruk." Wajah Lisa berubah menjadi sendu membuat pria tersebut kalang kabut saat melihat gadis berponi itu merosot kebawah dengan suara isakan yang mulai terdengar.

"Kau benar hari-hari ku selalu buruk tak ada yang istimewa." Pria itu semakin merasa bersalah mendengar suara gadis itu yang lirih. Padahal dia tak serius dengan ucapannya.

Pria itu mengedarkan pandangannya hanya ada mereka berdua disini, daerah ini cukup sepi dan hanya ada beberapa kendaraan yang lewat.

"Kau mau coklat?"

Lisa mendongak menatap pria itu dengan kesal." Kau menyogok ku?"

"Aniya, aku hanya menawarkan! Kalau kau tak mau ya sudah." Setelah itu pria yang Lisa tak ketahui namanya itu berlalu dengan santai.

Lisa melongos, berdiri dengan mulut yang tak berhenti mendumal. Dia pikir pria itu akan membujuknya dan menghiburnya tapi nyatanya malah berlalu seperti tak terjadi apa-apa.

"Aish, aku harap aku tak akan bertemu dengannya lagi."

Sebenarnya gadis berponi itu juga bingung dengan dirinya sendiri yang dengan begitu mudahnya memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan pria yang tak dikenal. Sebelumnya mana ada orang yang melihat Lisa menangis selain Jisoo  kakaknya.

"Hey Lisa-ya! Kau ada disini?"

Lisa menghela nafas kasar, tujuan utamanya ke sini adalah untuk memenangkan diri dari keramaian. Tapi sekarang dia malah bertemu orang-orang yang menyebalkan.

Sebelum semua rasa kesalnya di luapkan kepada gadis blonde itu, Lisa memilih berjalan menjauhi meskipun teman sekelasnya itu terus mengejar dan meneriaki namanya.

"Kau cepat sekali? Aku sampai ngos-ngosan mengejarmu." Rose menumpu kedua tangannya pada lutut, mengatur nafasnya yang memburu karena berlari.

"Kau mau kemana?" Lisa menepis tangan Rose yang mencegat lengannya, menatap gadis blonde itu jengah.

"Bukan urusan mu."

.........

Rose tetaplah Rose gadis blonde itu akan mendapatkan apa yang dia mau, sifatnya yang tak mudah menyerah membuat sekarang dia dan Lisa berada didalam mobil yang sama.

Sedangkan Lisa dia menatap teman sekelasnya itu kesal, gadis blonde itu memaksanya untuk pulang bersama. Kalau dia tak menuruti mungkin sampai sekarang Rose masih betah berbicara panjang lebar untuk membujuknya.

"Rumah mu disini?" Lisa mengangguk keluar dari mobil yang diikuti Rose.

"Lisa-ya kenapa la....." Ucapan Jisoo terhenti saat melihat gadis lain bersama Lisa.

"Kau temannya Lisa?" Anggukan dari Rose membuat mata Jisoo berbinar, tak menyangka kalau adiknya sekarang mempunyai teman.

"Unnie dia bukan......"

"Ayo masuk aku akan membuatkan mu makanan yang enak." Lisa hanya bisa menghela nafas lelah, mengikuti Jisoo dan Rose dari belakang.

Menurut Rose, Jisoo dan Lisa sangat berbeda gadis berponi itu sangat dingin dan tertutup sedangkan kakaknya sangat ramah dan asik.

"Unnie makanannya sangat lezat." Rose berbicara dengan mulut penuh makanan, soal panggilan itu Jisoo sendiri yang minta agar mereka lebih akrab.

"Kau bisa menjadi Chef terkenal."

"Ah, Rose-ya kau membuatku tersanjung."

Lisa meletakkan sendok nya dengan kasar, dua orang itu sibuk berbicara dan memuji satu sama lain tanpa menghiraukan kehadirannya. Seolah-olah dirinya tak ada didekat mereka.

"Lisa-ya kau mau kemana?"

"Kalian berdua membuatku muak."

Diamondfrsh, 29 Agustus 2020

Parah parah MVnya bagus banget, W jadi ketagihan Streaming.....

Sampai lupa nulis🤭

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang