"aku perhatiin Seokjin Sunbae dari tadi ngeliat kesini mulu deh Jis." Jisoo memandang Momo tak minat lalu kembali menyeruput lemon teanya."Yaelah Mo, itu aja diperhatiin kayak gak ada kerjaan aja." Dengus Jisoo." Lagian kan dia punya mata jadi wajarlah dia ngelihat."
Momo ikut mendengus." Kalau itu aku juga tau kali Jis! Masalahnya tuh dari tadi pandangannya itu gak lepas dari kamu."
"Positif thinking aja, aku kan cantik jadi wajarlah ya." Lagi-lagi Momo mendengus dia sudah sangat hafal dengan sifat Jisoo yang satu ini.
Jisoo terkekeh melihat Momo yang menatapnya kesal dan sedetik kemudian ponsel Momo bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Setelah tahu siapa pengirimnya sekarang malah Jisoo yang kesal.
"Jis aku per......."
Jisoo memotong ucapan Momo cepat." Udah pergi aja sana, aku udah terbiasa kok ditinggal pas lagi sayang-sayangnya." Ucap Jisoo membuat wajahnya sesedih mungkin.
"Lah dia malah curhat, makanya buruan cari pacar biar kita bisa double date."
"Kalau gitu aku pergi ngebucin dulu jangan kangen." Momo memang pendiam tapi kalau udah dekat dengan seseorang apalagi sefrekuensi dengannya Nauzubillah bobroknya gak ketulungan.
"Idiih apa-apaan siapa juga yang mau pacaran apalagi ngebucin, amit-amit deh." Monolog Jisoo kembali menyeruput lemon teanya yang sudah tinggal sedikit.
.......
Bel pertanda pulang sekolah berbunyi dengan nyaring membuat seluruh murid yang ada disekolah pergi berhamburan keluar kelas.
"Unnie ayo pergi." Ucap Rose pada Jennie yang memang selalu menunggunya didepan kelas.
"Kita tunggu Lisa dulu." Rose berdecak sebal belakangan ini kakaknya itu memang sangat aneh.
"Unnie kau ini sebenarnya kenapa? Kita bisa minta jemput oleh sopir atau Eomma." Pagi tadi mereka memang berangkat dengan Jessica tentu saja itu adalah permintaan gadis bermata kucing dengan alasan malas membawa mobil. Padahal Rose tahu banget kalau kakaknya itu paling tidak suka diantar.
Setelah beberapa detik menunggu akhirnya gadis berponi itu keluar dari kelasnya melewati Jennie dan Rose begitu saja. Sepanjang perjalanan menuju gerbang sekolah Rose hanya mencebikkan bibirnya sambil memakan Snack yang memang selalu tersedia didalam tasnya.
Sekarang mereka seperti bodyguard untuk Lisa yang berjalan didepan mereka dan mengikuti setiap langkah kaki gadis berponi itu.
Setelah sampai didepan gerbang sekolah Jennie mengernyitkan dahinya saat Lisa berhenti didekat mobil yang gadis bermata kucing itu ketahui kalau itu bukan mobil Jisoo.
Matanya membelalak lebar saat seorang pria paruh baya keluar dan menghampiri Lisa. Dia tak menyangka akan bertemu secepat ini dengan Ayah kandungnya untuk yang kedua kalinya.
"Kenapa Appa yang menjemput? Jisoo Unnie mana?" Suho tak menjawab pertanyaan Lisa karena saat ini perhatiannya terfokus menatap Jennie dan Rose yang berdiri dibelakang Putri bungsunya.
Rose yang merasa diperhatikan memilih maju ke depan dan menyalami tangan Suho diikuti Jennie karena mereka selalu diajarkan sopan santun oleh Jessica.
"Paman kenalin saya Rose temannya Lisa dan ini kakak saya Jennie." Sebagai seorang Ayah tentu saja hati Suho sakit saat anak kandungnya memanggilnya dengan sebutan paman.
Kalau saja tak ada Rose dan Lisa mungkin Jennie sudah berhamburan ke pelukan Suho mengatakan kepada Ayahnya kalau dia sudah mengetahui semuanya dan tak mau lagi terpisah untuk kedua kalinya.
Melihat Ayahnya yang hanya diam menatap sendu Jennie dan Rose, gadis berponi itu menyenggol lengan Suho membuat sang empu menoleh kaget.
"Appa ayo pulang."
"Paman kami boleh numpang nggak? Paman tenang saja rumah kita searah kok." Ucap Rose dengan tatapan memohonnya karena percuma sekarang dia meminta jemput sama Jessica atau sopir pasti akan lama. Sedangkan perutnya sudah memberontak minta diisi.
"Tentu saja. Tentu saja boleh, ayo masuk."
Mobil Suho melaju meninggalkan pekarangan sekolah dengan kecepatan sedang. Dia terus saja memperhatikan Jennie dan Rose yang duduk dibelakang dari kaca spion.
Kalau saja dia mempunyai keberanian mungkin dia sudah mengatakan semuanya kepada putri-putrinya. Tapi dia tak seberani itu, dia takut akan respon yang diterima dari anak-anaknya. Dia takut mereka akan membencinya jadi dia hanya harus menunggu waktu yang tepat tapi entah sampai kapan.
"Paman ayo masuk dulu." Ucap Rose saat sudah keluar dari mobil mewah Suho bersama Jennie.
"Kalian ajak Lisa masuk. Ada sesuatu yang mau Appa bicarakan sama Appa nya Lisa." Ucap Mino datang tiba-tiba dan berdiri disamping Rose.
Sebenarnya untuk beberapa saat Suho ingin menghindari bertemu dengan Mino karena dia sangat kecewa dengan pria yang sudah dianggap adiknya itu. Apalagi wanita yang disakiti oleh Mino adalah Jessica yaitu Ibu dari anak-anaknya dan wanita yang sampai yang mengisi hatinya.
Mau tak mau Lisa keluar dari mobil dan mengikuti Jennie dan Rose yang berjalan masuk kedalam Rumah. Saat sampai di Ruang Tamu gadis berponi itu langsung duduk tanpa perlu di suruh oleh tuan rumah dan Jennie serta Rose hanya bisa memaklumi.
"Lisa kami keatas dulu tukar baju kalau perlu sesuatu kau bisa memanggil maid." Lisa menjawab dengan deheman tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel pintarnya.
Sudah beberapa menit berlalu tapi Jennie dan Rose belum tampak keberadaannya dan Lisa juga sudah bosan memainkan ponselnya. Maka gadis berponi itu hanya bisa meruntuki Ayahnya yang lama berbicara melebihi Ibu-ibu arisan.
"Dasar menyebalkan! Kalau tau seperti ini lebih baik aku tadi pulang dengan taksi." Gerutu Lisa sambil berdiri dari duduknya dan ingin menghampiri ayahnya.
Tapi belum sempat dia melangkah seorang wanita paruh baya menghampirinya dan Lisa yakini kalau itu adalah Ibu Jennie dan Rose.
"Kau pasti temannya Rose. Maaf karena dia sudah membuatmu menunggu. Rose bilang sebentar lagi dia akan turun, kau....." Saat Lisa berbalik gadis berponi itu menatap bingung Jessica yang tampak terkejut melihatnya. Lisa rasa dia tak sejelek itu sampai membuat orang terkejut atau ada yang salah sama penampilannya?
"K-kau Lisa? Benarkah? Kau tahu Eomma sangat merindukanmu nak."
Degh
Diamondfrsh, 27 Oktober 2020
Masih adakah yang nungguin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawel VS Dingin ✓
FanfictionKalian salah besar kalau berpikir ini kisah tentang Cewek periang dan Cowok Cool yang jatuh cinta karena nyatanya sama sekali tidak