Chapter Two

6K 513 4
                                    

Suho menuruni tangga dengan langkah cepat, kalau bukan ada berkasnya yang tertinggal mana mungkin sekarang dia sudah berada dirumah. Bahkan dia mengabaikan kedua putrinya yang baru pulang sekolah, dia benar-benar dikejar oleh waktu.

Lisa menyeka air matanya yang turun begitu saja, memandang lirih punggung sang ayah yang menghilang di balik pintu. Begitupun Jisoo, tapi dia harus terlihat kuat seakan semua baik-baik saja.

"Bukankah kau belum makan? Unnie akan membuatkanmu sesuatu." Ucap Jisoo berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.

Meskipun sang ayah sudah sering bersikap seperti itu tapi Lisa masih tak bisa menerimanya. Dia juga ingin seperti anak-anak lainnya yang menghabiskan waktu dan bermanja dengan sang ayah.

"Aku belum lapar Unnie, kalau kau mau makanlah terlebih dahulu." Ucap Lisa lirih.

Dia meninggalkan Jisoo begitu saja, menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamarnya berada. Sekarang moodnya benar-benar buruk dan Jisoo tau itu, makanya dia menyusul sang adik.

"Lisa-ya, bagaimana sekarang kita keluar? Makan Ice Cream akan membuat moodmu kembali." Saat Jisoo membuka pintu kamar sang adik, hal pertama yang dia lihat adalah Lisa yang membelakanginya.

Jisoo berjalan mendekati Lisa, dia dapat begitu jelas melihat mata Lisa yang berair dan memerah. Sebagai kakak tentu saja Jisoo tersakiti melihat adiknya begitu, apalagi penyebabnya adalah ayahnya sendiri.

Jisoo merangkul Lisa dan menggunakan tangan sebelahnya lagi untuk menghapus air mata sang adik. Lisa sudah berusaha untuk tidak menangis, tapi bulir air mata itu turun begitu saja tanpa dia minta. Bahkan sekarang dia memalingkan wajahnya dari sang kakak.

"Menangislah dengan begitu kau akan merasa lebih baik." Isakan itu mulai keluar dari mulutnya, dia mendekap sang kakak. Menangis sejadi-jadinya didalam dekapan hangat Jisoo.

Setelah dirinya merasa lebih baik, Lisa menyeka air matanya dengan kasar. Menatap Jisoo dengan pandangan lirih.

"Unnie, berjanjilah bahwa kau tak akan meninggalkanku." Ucap Lisa menyodorkan kelingkingnya.

"Tentu. Tentu Unnie tak akan meninggalkanmu. Memangnya Unnie mau kemana, hmm?" Ucapan Jisoo mengundang senyuman Lisa terbit.

"Unnie, ayo kita makan Ice Cream. Hari ini kau yang traktir okey." Ucap Lisa mengedipkan sebelah matanya, lalu pergi bersiap-siap menukar baju sekolahnya.

Jisoo terkekeh melihat sikap Lisa yang seperti anak kecil sangat berbanding terbalik ketika berada diluar rumah.

.......

"Kau pikir aku wanita bodoh yang tak tahu apa yang kau lakukan diluar sana?"

"Mino kau benar-benar lelaki brengsek."

"Cukup Jessica! Cukup! Aku benar-benar muak melihatmu yang selalu mencurigaiku."

"Seharusnya kau menyambut kedatanganku dengan baik, bukannya menuduhku yang bukan-bukan."

Baru saja Jennie dan Rose memasuki rumah, suara kedua orang tua mereka yang berasal dari ruang tamu sudah menggelegar ke seluruh penjuru rumah. Jennie dan Rose benar-benar muak mendengarnya, tapi mereka juga tak bisa melakukan apapun selain diam dan mendengarkan.

"Ayo Rose kita ke kamar." Ajak Jennie berusaha mengabaikan suara Ayah dan Ibunya yang saling bersahut-sahutan.

Ketika melewati Ruang tamu mereka dapat melihat kekacauan yang dibuat oleh Ayah dan Ibu mereka. Jessica menangis sejadi-jadinya di pojok Ruangan. Sedangkan Mino memilih pergi setelah kembali memakai Jasnya yang sempat dilempar.

Jennie mendekati Jessica, membawa orang yang telah melahirkannya itu kedalam dekapan hangatnya.

"Sudahlah Eomma jangan menangis lagi. Air matamu terlalu berharga untuk menangisi lelaki brengsek itu." Sorot mata Jennie menajam, tangannya mengepal dengan kuat.

Rose hanya diam, gadis berambut blonde itu tak tahu harus melakukan apa? Inilah alasannya selalu datang pagi dan lebih sering berada diluar rumah.

"Jennie-ya, jaga bicaramu! Bagaimanapun dia tetaplah Appa kalian." Jessica berucap dengan tegas.
Bagaimanapun perlakuan Mino, lelaki itu telah berjasa kepadanya dan anak-anaknya.

Jessica menghampus air matanya, menatap lirih Rose yang masih terdiam. Ini semua salahnya, kalau dia tak egois dan lebih mementingkan harta mungkin sekarang hidupnya tak sekacau ini.

"Sayang maafin Eomma, maafin Eomma karena belum bisa membuat kalian bahagia." Jessica kembali terisak, dia merasa gagal menjadi seorang Ibu.

"Eomma jangan bicara seperti itu." Ucap Rose lirih, berlari menghampiri Jessica dan menangis didalam dekapan hangat Ibunya.

........

"Akhirnya siap juga." Jisoo tersenyum melihat hasil masakannya, mencium aroma nasi goreng sederhana buatannya.

Setelah mentraktir Lisa makan Ice Cream, Jisoo langsung pergi ke dapur. Membuatkan makanan kesukaan Lisa. dia tau mood adiknya itu masih buruk, bahkan tadi Lisa tak menghabiskan Ice Cream rasa coklat kesukaannya.

"Makanan datang." Ucap Jisoo lalu duduk disamping Lisa.

Gadis berponi itu memaksakan senyumnya, berusaha menghargai usaha kakaknya. Dia memakan nasi goreng itu dengan tak bersemangat yang membuat Jisoo geram sendiri.

"Kau tak suka makanannya? Kalau begitu biar aku saja yang memakannya."

"Tidak Unnie aku suka, kau tak perlu mengancamku." Jisoo mengernyitkan dahinya, siapa yang mengancam?

"Aku lagi tak mengancam."

"Unnie beneran? Kalau begitu makanlah, apa perlu aku suapi?"

"Jadi kau benar tak menyukainya? padahal aku membuatnya dengan hati." Ucap Jisoo sendu.

"Unnie bukan begitu tapi... Ah sudahlah." Lisa menundukkan kepalanya, Jisoo pasti kecewa padanya. Dia benar-benar adik yang tak tau diri.

"Unnie hanya bercanda dan kau tak perlu merasa bersalah Lisa-ya." Jisoo menangkupkan wajah adiknya, memberikan senyuman termanisnya yang berhasil tertular ke Lisa.

"Unnie suapi aku, maka rasanya akan lebih enak."

"Oh ya? Kenapa bisa begitu?"

"Karena kau menyuapinya dengan penuh kasih sayang." Ucap Lisa tulus yang membuat Jisoo tersentuh.

"Kenapa disini ada bawang? Mataku jadi perih."

Diamondfrsh, 30 Juli 2020

Silahkan dimasukkan kedalam perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan updatenya

Vote dan komen dari kalian adalah moodbooster bagiku

Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H

See you guys😘

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang