Chapter Twelve

2.7K 358 9
                                    


"Jadi kau memang selingkuh?" Melihat Mino mengangguk membuat Suho mengepalkan tangan kekarnya. Ingin sekali sekarang dia menonjok wajah Mino yang berantakan, dia tak akan terima kalau Jessica tersakiti dari dulu bahkan sampai sekarang.

"Dasar bodoh! Kau bilang kau sangat menyanyanginya dan anak-anaknya tapi kau malah menyakitinya. Dasar Brengsek!" Mino tersentak kaget saat Suho tiba-tiba saja menarik kerah bajunya. Dia tak menyangka Suho akan Semarah ini setelah mendengar semua ceritanya.

Hampir saja Suho melayangkan kepalan tangannya ke wajah Mino kalau saja dia tak berhasil mengendalikan emosinya. Pria itu memalingkan wajahnya saat melihat Mino yang terbatuk-batuk karena ulahnya.

"Hyung kau ini sebenarnya kenapa? Kenapa kau sangat marah?"

"Kau masih tanya kenapa? Kau tau sendiri kan aku paling benci dengan pria brengsek yang hanya tahu menyakiti hati dua wanita."

"Yaa aku memang bodoh, brengsek, egois. Aku tidak pantas untuk dicintai oleh wanita manapun tapi aku tak bisa kehilangan Jessica dan aku juga tak bisa memilih antara istriku dan Tiffany. Aku menyanyangi keduanya sekarang aku harus apa Hyung?" Mino menarik rambutnya frustasi bahkan dia tak mempedulikan tatapan orang yang mungkin akan menganggapnya gila.

Sekarang dia dihadapkan oleh dua pilihan dan dia tak akan mungkin bisa memilih salah satunya. Kedua wanita itu sangat berharga baginya dan dia tak akan sanggup jika kehilangan salah satunya.

"Tunggu dulu! Apakah Tiffany yang kau maksud adalah cinta pertamamu dulu?"

........

"Itu masalahnya Eomma."

"Jisoo Unnie......"

"Jisoo Unnie? Memangnya Jisoo Unnie kenapa sampai kalian bicarain." Jessica dan Jennie menatap terkejut Rose yang datang tiba-tiba dan berjalan mendekati mereka.

"Kamu belum tidur sayang?"

"Udah kok Eomma tapi kebangun gara-gara haus dan Karena air minum dikamar habis makanya tadi aku kedapur." Jessica dan Jennie mengangguk mengerti berharap kalau Rose lupa akan pertanyaannya tadi.

"Kalian berdua belum tidur? Terus Jennie Unnie ngapain di kamar Eomma dan Appa?" Rose menatap bingung Jessica dan Jennie yang malah saling pandang seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan darinya.

"Kau tau sendiri kan Appa belum pulang makanya Unnie mau nemenin Eomma." Melihat Rose mengangguk Jennie menghela nafas lega sepertinya adiknya itu melupakan pertanyaannya tadi.

"Terus Eomma dan Unnie bicarain apa tadi sampai nyebut Jisoo Unnie?" Jessica dan Jennie saling lirik membuat Rose tambah yakin kalau memang ada yang mereka sembunyikan.

"I-itu tadi Eomma nanya pulang sekolah kita kemana. Terus Unnie mau jawab pergi sama Jisoo Unnie dan Lisa eh kamunya malah datang ngagetin." Rose mengangguk walaupun sebenarnya dia masih curiga dengan Ibu dan kakaknya.

"Sekarang kalian tidur gih udah malam besok kan mau sekolah." Bukannya balik ke kamar Rose malah menghempaskan tubuhnya di ranjang Jessica.

"Malam ini aku mau tidur sama Eomma dan Jennie Unnie." Jessica tersenyum sudah lama dia tidak tidur bersama kedua putrinya semenjak mereka beranjak dewasa.

Mereka bertiga mulai menutup mata dan memasuki alam mimpi masing-masing dengan posisi Rose berada ditengah Jessica dan Jennie yang memeluknya.

........

Setelah mobil Jisoo menjauh Lisa memasuki pekarangan sekolahnya dengan langkah lebar. Dia harus menemui seseorang untuk menanyakan kenapa kakaknya lebih pendiam dari biasanya. Kakinya berbelok kearah koridor anak kelas dua belas memasuki tempat yang dia yakini adalah kelas orang tersebut.

"Jennie sunbae aku ingin berbicara denganmu." Jennie yang sedang membaca buku tersentak kaget saat namanya disebut apalagi orang yang memanggilnya adalah Lisa dan sekarang gadis berponi itu sudah duduk disamping bangkunya.

"K-kau mau bicara apa? Dan bisakah jangan terlalu formal kau bisa memanggilku Unnie."

"Sebenarnya apa yang kau bicarakan sama Jisoo Unnie sampai membuatnya jadi pendiam." Ucap Lisa langsung ke intinya karena dia tak suka berbelit-belit.

Jennie yang ditanya seperti itu tentu saja tak tahu harus menjawab apa karena setelah dia meminta Jisoo untuk menemui Jessica suasana berubah menjadi lebih canggung.

"Kenapa kau hanya diam? Kau pasti mengancam Jisoo Unnie ya?" Jennie menjauhkan wajahnya saat Lisa menunjuknya. Wajah dan suara datar Lisa benar-benar membuatnya merinding.

Jika orang lain mungkin saja mereka diam dan menundukkan wajahnya tapi tidak untuk Jennie dia malah menatap gadis berponi itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dia tak menyangka bahwa gadis yang didepannya ini adalah adiknya kembaran Rose.

Sedangkan Lisa yang ditatap seperti itu oleh Jennie merasa tak nyaman apalagi gadis bermata kucing itu memeluknya dengan tiba-tiba.

"Hey lepas! Seharusnya kau menjawab pertanyaanku bukannya malah memelukku seperti ini." Lisa berusaha melepaskan pelukan Jennie walau rasanya dia merasa nyaman. Seharusnya tadi dia tak kesini apalagi sekarang dia menjadi pusat perhatian di kelas gadis bermata kucing itu.

"Hey! Aku hanya memeluk bukan mencekikmu jadi tenang saja." Lisa menatap gadis bermata kucing itu tak percaya. Kenapa gadis itu yang lebih galak?

........

"Rose aku pergi dulu." Setelah selesai merapikan peralatan sekolahnya Tzuyu dan teman-temannya yang lain pergi keluar kelas menuju kantin.

Gadis blonde itu pindah dari posisinya semula menjadi disamping Lisa. Memperhatikan wajah gadis berponi itu yang berbeda dari biasanya.

"Kau kenapa? Wajahmu semakin jelek tau kalau seperti itu." Lisa menatap Rose tak minat lalu beralih ke gadis bermata kucing yang sudah berdiri diambang pintu kelasnya.

"Kau dan kakakmu sama saja. Sama-sama membuatku kesal!" Rose yang dikatakan seperti itu tentu saja tak terima karena dia sama sekali tak merasa melakukan hal yang bisa membuat gadis berponi itu kesal.

"Mwo? Unnie memangnya kita melakukan apa hingga membuatnya kesal?" Tanya Rose pada Jennie yang sudah duduk disamping Lisa dengan mengambil bangku murid lain. Sehingga sekarang gadis berponi itu berada ditengah-tengah kakak beradik yang membuat Moodnya hancur hari ini.

"Sekarang apalagi? Dari banyaknya bangku kosong kenapa malah milih disamping aku sih." Ucap Lisa frustasi membenamkan wajahnya agar tak melihat wajah menyebalkan kakak beradik itu.

Sedangkan Jennie sibuk menyiapkan bekal yang dia bawa dari rumah dan memberikan kotak bekal yang lain pada Rose. Membawa bekal dari rumah adalah hal wajib baginya.

"Ayo buka mulutnya sebentar lagi pesawat mau mendarat." Ucap Jennie membuat Rose tersedak dan segera meminum air. Sedangkan gadis  berponi itu menggeleng dan membekap mulutnya dengan tangan.

"Gak mau emangnya aku anak kecil apa digituin segala."

"Unnie sebaiknya kau pergi ke UKS. Aku takut ada yang bermasalah dengan otakmu." Jennie menatap tajam Rose membuat gadis blonde itu terkekeh.

"Aku hanya bercanda Unnie jangan terlalu serius."

"Aniya! Aku pikir yang dikatakan Rose benar kau harus ke UKS kalau perlu ke rumah sakit itu akan lebih baik."

Melihat wajah Jennie yang merah padam Rose segera beranjak dari kursinya. Bukankah lebih baik menghindar dari pada mengobati?

"Unnie sepertinya Tzuyu menungguku di kantin. Aku pergi dulu bye bye." Rose mengancir begitu saja keluar kelas membuat Lisa bingung menatap kepergiannya.

Lisa meneguk salivanya kasar saat melihat wajah Jennie yang siap menerkamnya hidup-hidup. Sekarang dia tahu mengapa Rose tadi berlari terbirit-birit keluar kelas.

"A-aku akan memakannya. kau tenang saja." Ucap Lisa memakan makanan tersebut cepat-cepat membuat Jennie tersenyum didalam hati.

Diamondfrsh, 17 Oktober 2020

Sorry guys updatenya lama soalnya lagi banyak tugas dan sibuk dengan real life

See you di Next Chapter 🥰



Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang