Chapter Eight

3.1K 393 4
                                    

Jennie adalah orang yang sangat peka terhadap sesuatu, seperti sekarang ini gadis bermata kucing itu tau bahwa Lisa tak nyaman semobil dengannya dan juga Rose. Dari tadi gadis berponi itu hanya diam menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone.

Sedangkan Jennie gadis itu hanya mendengarkan pembicaraan Jisoo dan Rose, sesekali dirinya juga ikut berbicara. Menurut gadis bermata kucing itu, Jisoo dan Rose sangat mudah akrab karena mereka sama-sama memiliki jiwa sosial yang tinggi.

"Unnie terima kasih atas tumpangannya." Dari dalam mobil Jisoo mengangguk dan tersenyum kearah Jennie dan Rose yang keluar bersamaan.

"Lisa-ya kau tak mau turun?" Tanya Jisoo saat melihat adiknya itu masih betah duduk dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya dengan mata tertutup. Melihat sama sekali tak ada respon Jisoo mendengus, dia tau adiknya itu sebenarnya mendengarnya.

"Lisa-ya turunlah! Unnie bisa terlambat."

"Suruh mereka pergi dulu baru aku turun." Jennie yang peka menarik tangan adiknya untuk segera menjauh setelah mengangguk mengatakan tak masalah pada Jisoo yang menatapnya dengan tatapan bersalah atas sikap Lisa.

Setelah Jennie dan Rose sudah tak terlihat, Jisoo menatap Lisa kesal. Bahkan adiknya itu sama sekali tidak kelihatan bersalah atas ucapannya. Baru saja gadis pecinta ayam itu ingin bicara, adiknya sudah melesat pergi tanpa berpamitan kepadanya.

Lisa berjalan menyelusuri koridor seperti biasa dengan wajah dingin dan datarnya. Awalnya tujuan Lisa adalah ke kelasnya tapi tiba-tiba saja dia mengubah arahnya berbelok ke kiri tempat kelas XII berada.

Gadis berponi itu menghentikan kakinya di tengah-tengah koridor yang mulai sepi karena bel masuk yang berbunyi beberapa menit yang lalu. Memperhatikan segerombolan perempuan yang sedang melakukan perundungan pada seorang gadis.

Sebenarnya Lisa sama sekali tak peduli tapi karena dia masih memiliki hati nurani tanpa rasa takut dia mulai mendekati gadis jangkung yang menunduk, Mengaitkan tangannya pada tangan dingin gadis itu.

"Sepertinya ada pahlawan kesiangan." Gadis yang bername tag Sowon  melihat kearah teman-temannya lalu mereka tertawa bersama. Lisa mengernyitkan dahi menurutnya tak ada yang lucu disini. Sedangkan gadis yang disampingnya mempereratkan kaitan tangannya pada Lisa menandakan bahwa dia ketakutan.

"Aku sarankan lebih baik kau pergi sebelum kau juga dapat masalah." Gadis yang disamping Sowon berbicara, melihat Lisa dari atas sampai bawah.

"Memangnya kalau aku tetap disini apa yang akan kalian lakukan?"

"Woah, kau benar-benar mencari masalah."

Sowon memerintahkan teman-temannya mendekati Lisa dan gadis yang ada disampingnya tapi sebelum itu terjadi suara Lisa berhasil menghentikan aksi mereka.

"Sedikit saja kalian mendekat, aku pastikan kalian semua akan menjadi gelandangan." Lagi-lagi Sowon dan teman-temannya tertawa bahkan mereka memandang remeh Lisa.

"Kau pikir aku takut dengan ancaman mu itu?"

"Kau tau Kim Suho? Dia Ayahku!"

Siapa yang tak tahu Kim Suho? Pengusaha sukses yang memiliki cabang perusahaan dimana-mana. Meskipun sempat tinggal di Canada tetap saja nama Suho terkenal di Korea karena kesuksesannya.

Tanpa pikir panjang mereka semua pergi meninggalkan Lisa dan gadis jangkung itu berdua. Mereka semua masih waras untuk melawan seorang Kim Lalisa, Bisa-bisa mereka semua benar-benar jadi gelandangan.

"Gomawo, a-aku permisi." Gadis jangkung itu berbicara dengan gugup, dia masih menundukkan kepalanya. Berlalu pergi tapi cekalan tangan Lisa terlebih dahulu menghentikannya.

"Lain kali kau harus melawan mereka agar kejadian seperti ini tak terulang lagi."

"Aku hanya gadis beasiswa mana mungkin bisa melawan mereka." Lisa mengangguk mengerti menarik tangan gadis jangkung itu agar mengikutinya.

Saat telah sampai ditempat tujuan yaitu taman belakang sekolah Lisa dan gadis jangkung itu duduk dibangku kosong. Taman ini memang selalu sepi karena berada dibelakang sekolah, apalagi saat ini pelajaran sedang berlangsung. Lisa tak peduli kali ini dia bolos lagi pula dia lagi malas belajar.

"Jadi nama kau Park Sooyoung."

"Ne! Kau bisa panggil aku Joy Unnie karena aku lebih tua setahun darimu." Sekarang Joy bisa berbicara lebih santai karena menurutnya Lisa sangat mudah mengakrabkan diri.

Sebenarnya Joy termasuk orang beruntung yang bisa berbicara panjang lebar dengan Lisa. Gadis jangkung itu tak mengetahui kalau Lisa adalah gadis dingin dan datar karena saat bersamanya gadis berponi itu yang lebih banyak berbicara.

..........

Dari tadi Rose sibuk melirik kebelakang bangkunya yang kosong, padahal sudah jelas kalau dia pagi tadi berangkat bersama dengan pemilik bangku itu. Tzuyu yang melihat sahabatnya seperti itu merasa kesal sendiri karena dia jadi tak fokus memperhatikan guru menerangkan.

"Rose berhentilah seperti itu, aku takut leher mu jadi patah." Gadis blonde itu mendelik mendengar perkataan Tzuyu yang menurutnya sangat berlebihan.

Guru kimia masih sibuk menerangkan tentang unsur-unsur dengan serius. Rose memasang wajah datar sebisa mungkin karena masih kesal dengan gadis yang berada disampingnya. Sedangkan Tzuyu dengan tak ada akhlaknya malah menyender pada Rose sambil memejamkan mata, malam tadi dia Maraton Drakor.

Jam terus berlanjut hingga akhirnya sampai pada yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua murid dipenjuru dunia, apalagi kalau bukan jam istirahat. Kelas yang tadinya ramai sekarang hanya berisikan satu sampai dua tiga murid dan itu termasuk Rose dan Tzuyu yang masih betah di dunia mimpinya.

Gadis blonde itu bisa saja membangunkan Tzuyu dengan cara tak elite tapi gadis sebaik Rose mana mungkin tega melakukan itu. Jadi dia merelakan bahunya merasakan pegal asalkan temannya itu tidur dengan nyenyak.

"Astaga kenapa dia malah tidur."

"Kau kesini Unnie? Aku pikir kau akan menghabiskan waktumu di perpus." Jennie berjalan ke arah Tzuyu, menggoyangkan tubuh gadis itu agar terbangun.

Gadis bermata kucing itu terus saja menganggu mimpi indah Tzuyu, membuat gadis itu menggeliat dan refleks mengucek-ngucek matanya.

"Ya! Siapa yang berani menganggu tidurku." Setelah tau siapa pelakunya bukannya mencincang-cincang dia malah cengengesan membuat Jennie menaikkan alis matanya sebelah.

"Unnie duduklah! Aku pergi cuci muka dulu."

"Dia kenapa?" Tanya Jennie heran memperhatikan punggung Tzuyu yang hilang dibalik pintu.

"Kau tak sadar Unnie? Matamu itu sangat menyeramkan."

Jennie mengedikkan bahu tak peduli lalu melirik bangku belakang yang kosong bahkan tas pemiliknya pun tak ada. Tentu saja dia bingung gadis bermata kucing itu hampir setiap hari ke kelas adiknya dan baru kali ini dia tak melihat Lisa berada dibangkunya.

"Lisa absen dia tak masuk kelas."

"Mwo? Bukannya tadi pagi kita berangkat bersama. Lalu dia kemana?" Rose menggeleng dia pun tak tahu dimana keberadaan gadis berponi itu.

"Sudahlah dia bukan siapa-siapa kita jadi jangan dipikirkan." Rose mengangguk lesu entah kenapa dia seperti mempunyai ikatan dengan gadis berponi itu dan melihatnya saja sudah membuatnya bahagia. bukan hanya Lisa tapi juga Jisoo, kakaknya.

Diamondfrsh, 15 September 2020

Pertama-tama aku mau mengucapkan terima kasih atas vote dan komen kalian karena itu sudah membuat aku senang untuk melanjutkan cerita yang menurut aku;)

Yang kedua aku mau minta maaf karena baru bisa up dan semoga kalian suka dengan cerita aku kali ini

I Love You guys😘

See you di Next Chapter🥰

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang