Chapter Five

3.9K 460 5
                                    

Kursi yang biasanya selalu kosong kini telah di isi oleh penghuninya, bahkan Suho tadi melemparkan senyumannya pada kedua putrinya yang baru sampai di Ruang makan. Tentu saja dibalas senyum kikuk oleh Jisoo, sedangkan adiknya seperti biasa bersikap dingin dan datar.

Suasana benar-benar terasa canggung, entah kapan terakhir kalinya mereka makan bersama seperti ini. Jisoo yang memang tak terbiasa dengan suasana seperti ini ingin mencairkan sebelum suara Suho mengurungkan niatnya.

"Nanti Appa akan mengantarkan kalian ke sekolah." Lisa yang sedang mengunyah makanannya tersedak setelah mendengar penuturan sang Ayah. Yang benar saja seorang Kim Suho akan mengantarkan anaknya? Woah Daebak! Entah setan apa yang merasuki Ayahnya.

Setelah Jisoo memberikan air minum ke adiknya, gadis penggila Ayam itu menatap Ayahnya dengan pandangan berbinar. Tak menyangka Kim Suho yang selalu mementingkan pekerjaan diatas segalanya mau mengantarkan dia dan adiknya.

"Appa kau tak bercanda kan?" Tanya Jisoo memastikan, takutnya pas tadi Ayahnya berbicara telinganya sedang bermasalah.

.........

"Tak bisakah kau diam sebentar?" Rose menyengir gadis itu dari tadi sibuk mengoceh membuat Lisa yang berada di sampingnya terganggu.

"Tapi kau akan datang kan Lisa-ya?"

"Tidak! Aku sibuk." Lisa menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari papan tulis. Gadis berponi itu sibuk mencatat soal yang diberikan guru matematika.

"Ayolah memangnya kau tak kasihan pada sahabatmu ini?"

"Hey! Sejak kapan aku jadi sahabatmu! Bahkan aku sama sekali tak menganggap mu teman." Kalau orang lain mungkin sudah sakit hati mendengar ucapan Lisa, tapi tidak untuk Rose.

"Mulai hari ini! Menit ini! Dan detik ini!" Ucap Rose dengan tegas dan penuh keyakinan, selanjutnya dia menyengir lebar ke Lisa yang menganga.

"Apa kau gila? Kau tak......"

Teng Teng Teng

"Baiklah karna bel nya sudah berbunyi kalian kumpulkan besok tugasnya di meja Ibuk."

Lisa menghela nafas pasrah kalau saja tadi Rose tak mengganggunya mungkin tugasnya sudah selesai. Sekarang apa boleh buat? Dia akan menggunakan waktu istirahatnya membuat tugas, mematikan ponselnya dan siap-siap mendengarkan omelan kakaknya.

Setiap jam istirahat didalam kelas hanya ada Rose, Lisa dan juga Jennie yang memang selalu menemani Rose adiknya. Tapi hari ini gadis bermata kucing itu ada jam tambahan karena sebentar lagi akan ujian kelulusan anak kelas tiga.

Rose yang duduk disamping Lisa mengelus perutnya yang sudah kenyang karena dia memang selalu membawa bekal dari rumah. Setelahnya gadis blonde itu melirik kesampingnya mendapati Lisa yang masih sibuk dengan tugasnya.

"Lisa-ya kau tau kan kalau berbagi itu indah?" Lisa menjawabnya dengan deheman tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dia ini tipe gadis yang hanya akan fokus dengan satu hal. Jadi kalau kalian ingin mencari pacar maka pilihlah Lisa.

"Dan kau juga tau kan kalau tadi makanan masakan Eomma ku sangat menggoda?" Lisa kembali menjawabnya dengan deheman walaupun dia tak mengerti apa maksud gadis blonde itu.

"Perutku tadi benar-benar lapar dan aku tak bisa tahan untuk tak memakannya."

"Langsung saja ke intinya." Ucap Lisa malas dia sangat tak suka pembicaraan yang berbelit-belit.

Gadis berponi itu memasukkan peralatan menulisnya kedalam tas, akhirnya tugas matematika yang memusingkan otak sudah siap. Setelah itu dia melirik ke Rose yang menyimpan peralatan tulisnya ke laci.

"Aku mau mencontek punyamu tapi sebelum itu temani aku dulu ke toilet." Tanpa menunggu jawaban Rose sudah lebih dulu menarik tangan Lisa keluar kelas. Membuat gadis berponi itu menghela nafas lelah dengan tingkah seenaknya Rose.

"Kau sangat merepotkan."

........

Lisa melebarkan matanya tak percaya saat melihat mobil Ayahnya terpakir didepan gerbang sekolah, Ternyata Ayahnya itu menepati janjinya. Setelah Lisa masuk Suho melajukan mobilnya sesekali dia melirik ke Jisoo yang berada disampingnya dan ke kaca spion memperhatikan Lisa yang duduk di kursi belakang.

Suasana benar-benar terasa canggung sama seperti tadi pagi yang untuk pertama kalinya Suho mengantarkan kedua putrinya. Pria itu ingin mencairkannya tapi mulutnya terasa kaku karena sudah lama tak berinteraksi dengan kedua putrinya.

"Kita pulang saja Eoh, tadi Appa sudah memesankan makanan kesukaan kalian." Hanya kalimat itu yang berhasil keluar dari mulut Kim Suho. Jisoo dan Lisa hanya diam mereka tak tau harus merespon seperti apa.

Mobil Range Rover Sport 3.0 HSE terpakir sempurna di halaman luas Mansion milik keluarga Kim Suho. Pria itu menyusul kedua putrinya yang sudah memasuki rumah terlebih dahulu, mereka seperti orang asing yang baru bertemu dan tak tau harus membicarakan apa?

"Tukar baju kalian, Appa tunggu di meja makan."

Perlakuan Suho yang mendadak perhatian tentu saja membuat kedua putrinya bingung. Seperti sekarang dari tadi Lisa hanya berdiam didalam kamar, memainkan ponselnya asal untuk mengatasi kebosanan.

"Appa sudah menunggumu di bawah jadi cepatlah keluar sebelum kamarmu ini hancur ditanganku." Lisa menatap kakaknya malas, lain kali dia akan membeli plester agar Jisoo tak berbicara sembarangan.

"Kalian makan duluan saja, aku belum lapar." Bukannya keluar Jisoo malah menarik tangan Lisa membuat gadis berponi itu berjalan dengan malas.

"Unnie kenapa kau sangat menyebalkan?" Jisoo mengedikkan bahu. Membiarkan Suho mengambilkan makanan untuknya dan Lisa.

"Makan yang banyak Eoh, biar kalian semakin pintar."

"Appa aku ini anakmu tentu saja aku pintar."

Lisa tersenyum tipis melihat kehangatan yang mulai tercipta antara kakak dan Ayahnya. Dia juga ingin seperti Jisoo yang mudah akrab dan menyingkirkan ego yang sering membuat permasalahan didalam kehidupan manusia.

"Lisa-ya bagaimana sekolahmu apa menyenangkan?"

"Harinya selalu membosankan. Bahkan dia tak memiliki teman satupun." Lisa melototkan matanya, mulut kakaknya ini benar-benar minta di plester. Sedangkan yang ditatap malah bersikap acuh dan melanjutkan makannya.

"Waeyo? Apa tak ada yang mau berteman dengan Putri Appa yang cantik ini?"

"Jangankan berteman bahkan melihat wajahnya saja orang takut, awh." Jisoo meringis memegangi tangannya yang dipukul Lisa.

"Unnie diamlah sebelum kau ku kubur hidup-hidup."

"Appa lihat sendiri kan mana ada orang yang mau berteman dengannya." Jisoo memeletkan lidahnya pada Lisa yang terlihat kesal. Membuat adiknya kesal adalah kesenangan tersendiri baginya.

"Jisoo-ya jangan ganggu adikmu."

Diamondfrsh, 23 Agustus 2020

Vote dan komen dari kalian adalah semangatku.

50 Vote bakal double Up

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang