Chapter Nine

3K 367 17
                                    

Hari berlalu begitu cepat Mansion keluarga Song sudah dihias dengan berbagai pernak-pernik. Mansion itu sudah disulap sedemikian rupa menjadi tempat pesta yang mengagumkan. Orang-orang berlalu lalang untuk memastikan tempat itu sudah sempurna untuk dipakai.

Acara ulang tahun Rose diadakan pukul tujuh tiga puluh Menit di halaman Mansion dan sebentar lagi waktu itu akan segera tiba. Berbagai kolega bisnis Mino sudah mulai berdatangan sedangkan Putri dari acara tersebut masih berada dikamar.

Di hari ulang tahunnya yang ke 17 Rose tampak elegan dengan gaun silver pilihan Jennie. Dia terus saja memandang dirinya di cermin tak percaya kalau sudah memasuki usia dewasa. Pintu kamarnya terbuka menampakkan sosok Jennie tak kalah cantiknya dengan gaun putih miliknya.

"Rose-ya cepatlah! Acaranya sudah mau dimulai."

"Ne, Unnie." Rose berjalan bergandengan dengan kakaknya menuju tempat acara. Gadis blonde itu berjalan dengan anggun dan tersenyum saat ada orang yang menyapanya.

Acara ini tentu saja bukan hanya dihadiri oleh kolega bisnis Mino tapi juga teman-teman Jennie dan Rose yang tentunya mereka semua berasal dari keluarga terpandang.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue Mino menyuruh semua tamu undangan untuk menikmati berbagai hidangan yang telah tersedia.

"Woah Hyung, kau datang? Aku pikir kau sibuk." Mino menghampiri Suho yang datang dengan kedua putrinya.
Memerintahkan pelayan untuk mengambil minuman.

"Maaf datang terlambat tadi ada sedikit halangan." Mino mengangguk mengerti, mereka mulai berbincang-bincang tentang bisnis.

Hal ini yang paling Lisa benci mereka hanya menjadi pendengar karena tidak mengerti pembicaraan orang dewasa. Alasan mereka datang terlambat pun karena Lisa yang awalnya tak mau ikut tapi berkat bujukan Jisoo akhirnya gadis berponi itu mengalah.

"Aigoo, kenapa wajah kau jelek sekali Lisa-ya." Jisoo berbisik pada Lisa yang menekukkan wajahnya, adiknya itu memang jarang senyum tapi ini adalah yang paling parah.

"Hari ini aku juga berulang tahun tapi Appa malah memaksaku pergi ke pesta orang lain." Jisoo mencubit pipi adiknya, gemas melihat tingkah Lisa seperti anak kecil.

"Kau mau apalagi? Bukannya Appa sudah mengabulkan semua permintaan mu." Yang dikatakan Jisoo memang benar, seharian tadi mereka sudah melakukan apa yang Lisa minta.

Pagi-pagi sekali gadis berponi itu sudah mendapatkan kejutan dari sang Ayah dan Kakaknya padahal dulu hanya Jisoo yang merayakannya. Sedikit demi sedikit Lisa sudah mulai menerima Suho kembali, bahkan gadis berponi itu sudah meminta yang macam-macam pada Suho.

"Tapi tetap saja Unnie aku merasa kesal."

"Mari Hyung kita kesana. Aku ingin memperkenalkan mu pada Istri dan juga kedua putriku."

"Appa aku disini saja. Kakiku lagi malas berjalan." Beginilah kalau sudah dekat dengan Lisa, gadis berponi itu akan berubah menjadi manja tanpa mempedulikan sekitar.

"Kau mau Appa gendong kesana?"

"Appa jangan dengarkan! Biar aku yang menyeretnya." Jisoo menarik tangan Lisa mengikuti Suho dan Mino yang berjalan duluan.

Mereka berjalan mendekati tiga orang wanita yang tampak sedang berbincang dengan para tamu.

"Yeobo!"

"Saya permisi dulu." Jessica mengangguk, Jennie dan Rose lebih dahulu membalikkan badannya. Mereka terkejut melihat sang Ayah bersama Jisoo dan Lisa.

"Kau datang Lisa-ya."

"Kalian saling kenal?" Rose mengangguk semangat, bahkan dia baru menyadari ada Pria seumuran Ayahnya.

Saat Jessica berbalik suasana berubah hening, pandangan wanita itu tertuju pada Suho yang menatapnya terkejut. Bukan hanya Suho dan Jessica, Jisoo pun terkejut melihat wanita yang berada disamping Jennie. Menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya.

"Kenapa wajah kalian berubah menjadi kaku? Kalian juga saling kenal?"

"A-aniyo, aku tak mengenalnya."

"Lisa-ya ayo kita pergi! Disini sangat memuakkan." Jisoo menarik tangan Lisa begitu saja tak mempedulikan adiknya yang berteriak kesakitan dan juga tatapan orang-orang yang tertuju kepadanya.

"Unnie lepaskan tangan aku sakit."

"Jisoo Unnie kenapa?" Tanya Rose yang mendapatkan gelengan dari Jennie.

"Mino maafkan ucapan Jisoo sepertinya dia ada masalah. Aku pergi dulu." Sebelum pergi Suho menatap Jennie dan Rose dengan tatapan yang sulit diartikan setelah itu menatap Jessica yang menunduk.

.........

Semuanya tampak membingungkan, Lisa sama sekali tak tahu apa yang terjadi pada Ayah dan Kakaknya. Keduanya hanya diam sibuk dengan pemikiran masing-masing. Padahal tadi semuanya masih seperti biasanya.

"Unnie kau ini kenapa? Sikapmu aneh sekali." Tak ada jawaban dari Jisoo, kakaknya itu asik dengan pikirannya sendiri memandang jajaran gedung yang menjulang tinggi. Lisa menghela nafas lalu memandang Ayahnya yang menyetir.

"Appa kau kenal dengan wanita tadi?" Sebelum menjawab pertanyaan anaknya Suho tampak menghela nafas kasar, melirik pada Lisa yang duduk dibelakang dari kaca Spion.

"Sebenarnya......, Sebenarnya dia adalah...." Suho menghentikan ucapannya setelah melihat putri sulungnya menggeleng.

"Appa tak mengenalnya." Ucap Suho mantap walaupun dia tau kalau Putri bungsunya itu tak mempercayainya ucapannya.

Lisa mengernyitkan dahinya." Benarkah?"

"Lisa-ya kenapa kau kepo sekali? Itu urusan Appa mengenal wanita itu atau tidak dan kau tak perlu mengetahuinya." Lisa menoleh pada Jisoo yang baru membuka suara, kecurigaannya bertambah saat melihat Jisoo mengusap wajahnya kasar.

"Sebenarnya wanita itu siapa?"

.........

Semuanya terjadi begitu saja, tiba-tiba, tanpa aba-aba, tanpa Jessica bisa menyiapkan diri terlebih dahulu.
Wanita itu tak mempedulikan wajahnya yang kacau karena lama menangis. Setelah acara Rose selesai dia langsung pergi ke kamar dan untungnya malam ini Mino tak ada dirumah. Suaminya itu bilang ada urusan penting dan akan menginap di hotel padahal Jessica tau kalau yang menelpon Mino tadi adalah Tiffany, selingkuhannya. Tapi, untuk kali ini Jessica tak mempedulikan itu.

Wanita itu berjalan kearah lemari setelah mengusap air mata yang ada diwajahnya. Mengambil sebuah peti kecil yang selama ini dia sembunyikan dari suami dan kedua anaknya. Peti itu terkunci dengan rapat dan hanya Jessica yang mempunyai kuncinya.

Isakan yang dari tadi dia tahan akhirnya keluar bersamaan dengan terbukanya peti itu. Jessica mengambil sebuah foto lusuh lalu membawanya kedalam dekapannya. Didalam foto itu menampakkan dua orang anak kecil yang tersenyum manis bersama kedua orangtuanya yang masing-masing mengendong anak kecil berumur 2 tahun

"Eomma bukankah pria ini paman tadi?" Jennie tiba-tiba saja datang dari balik pintu membuat Jessica terkejut.

Sebenarnya gadis bermata kucing itu sudah lama memperhatikan gerak-gerik Jessica yang berubah setelah bertemu dengan Ayah adik kelasnya itu. Dan rasa penasarannya memuncak ketika melihat Jessica memeluk foto lusuh itu.

"Bukankah anak kecil ini aku? Dan yang digendong paman itu Rose?" Jessica terdiam tak tau harus mengatakan apa pada putrinya.

"Eomma kenapa kau diam? Aku benarkan? Tapi kenapa kita bisa foto dengan mereka? Dan dua anak kecil itu siapa?"

Diamondfrsh, 18 September 2020

Gimana guys gantung ya? Tapi tak apalah suka aja gitu bikin orang penasaran wkwkw🤣🤣

Bakal double Up kalau Vote sampai 70

Sampai jumpa Minggu depan😘

Ramaikan kuy🥰

Bawel VS Dingin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang